Saturday, April 21, 2012

Tour de Samosir Lebih Dilirik Dunia

Tour de Samosir Lebih Dilirik Dunia

JAKARTA -- Pesta pasti berakhir. Begitu pepatah yang juga judul lagu Rhoma Irama. Pesta Danau Toba (PDT) yang akan digelar 27-30 Desember 2011 mendatang, terus mendapat sorotan. Percuma saja digelar pesta, tapi usai pesta nasib Danau Toba kembali sepi.
"Pesta jangan hanya saat pesta, tapi bagaimana usai pesta rutin itu, masyarakat di sekitar Danau Toba bisa terus merasakan dampaknya. Pengelolaan Pesta Danau Toba harus dikaji ulang," ujar sosiolog dari Universitas Indonesia (UI), yang juga putra Batak, Kastorius Sinaga, kepada JPNN di Jakarta, kemarin (7/12).

Menurut Kastorius, sebelum PDT digelar, mestinya digelar diskusi-diskusi mendalam. Diskusi ini untuk mendapatkan gambaran yang jelas mengenai apa sebenarnya yang menjadi kendala bagi pengembangan Danau Toba. "Untuk mengkaji kondisi Danau Toba terkini, untuk rekomendasi pengembangan ke depan. Termasuk merekomendasikan, kegiatan apa yang cocok ditampilkan di Pesta Danau Toba itu. Jadi tidak sembarangan. Bukan pesta sekedar pesta," ujar mantan Staf Ahli Kapolri saat dijabat Bambang Hendarso Danuri itu.

Pria yang kini juga sebagai Ketua Depertemen Perencanaan Pembangunan Nasional DPP Partai Demokrat itu, menilai, persoalan yang menghambat pengembangan Danau Toba adalah rendahnya rasa memiliki masyarakat sekitar terhadap danau. Namun, lanjutnya, masyarakat sekitar juga tidak bisa disalahkan sepenuhnya.

Yang perlu disalahkan adalah pemerintah daerah, baik Pemprov Sumut maupun pemkab/kota di sekitar Danau Toba, yang kurang mensosialisasikan manfaat Danau Toba, baik secara ekologis maupun ekonomis. "Juga tidak tersosialisasikan dengan baik, apa kiranya manfaat yang bisa dirasakan masyarakat sekitar jika Danau Toba terurus dengan baik," imbuh Kasto, panggilan akrabnya.

Dia memberi contoh isu aktual, terkait rencana divestasi saham PT Inalum yang selama ini dikuasai konsorsium perusahaan Jepang, yang pada 2013 akan diambil alih 100 persen oleh pemerintah RI. Masyarakat tidak akan peduli bahwa Inalum sangat tergantung pada air Danau Toba sebagai penggerak sumber energinya. "Karena ada pertanyaan besar di masyarakat, apa yang didapat mereka dari Inalum? Masyarakat tidak merasa punya tanggung jawab menjaga Danau Toba sebagai elemen penting Inalum. Padahal, tak ada Inalum tanpa ada Danau Toba," ujarnya.

Mestinya, selagi rencana nasionalisasi Inalum ini masih hangat, isu ini dimanfaatkan pemda untuk menumbuhkan rasa memiliki di kalangan masyarakat terhadap keberadaan Danau Toba. "Pemda tak pandai memainkan isu ini untuk penumbuhan kesadaran masyarakat, untuk pengembangan Danau Toba," kritik Kasto.

Kembagi ke soal PDT, menurut Kasto, selama kesadaran masyarakat sekitar belum tumbuh, maka pesta-pesta tahunan tidak akan ada manfaatnya. "Pesta hanya promosi instan," cetusnya.

Kasto berpendapat, lebih baik promosi Danau Toba meniru saja Pemprov Sumbar, yang menggelar Tour de Singkarak secara rutin. "Singkarak terkenal di level internasional hasil promosi goes-goes sepeda saja. Nah, kenapa tidak ditiru saja Tour de Singkarak itu, dengan membuat Tour de Samosir. Tak perlu pesta dengan biaya tinggi, tapi efektif," sarannya serius.

Dikatakan Kasto, dengan Tour de Samosir, dengan bersepeda balap, maka aspek infrastruktur juga akan terdongkrak. Pasalnya, untuk tahap awal, untuk Tour de Samosir perlu dibangun jalan yang mulus untuk sejumlah etape. Termasuk fasilitas-fasilitas lain yang layak untuk turis asing. (sam/jpnn)


http://www.jpnn.com/read/2011/12/08/110533/Tour-de-Samosir-Lebih-Dilirik-Dunia-

No comments:

Post a Comment