Tour de Samosir Lebih Dilirik Dunia
JAKARTA -- Pesta pasti berakhir. Begitu pepatah yang juga judul lagu
Rhoma Irama. Pesta Danau Toba (PDT) yang akan digelar 27-30 Desember
2011 mendatang, terus mendapat sorotan. Percuma saja digelar pesta,
tapi usai pesta nasib Danau Toba kembali sepi.
"Pesta jangan hanya saat pesta, tapi bagaimana usai pesta rutin itu,
masyarakat di sekitar Danau Toba bisa terus merasakan dampaknya.
Pengelolaan Pesta Danau Toba harus dikaji ulang," ujar sosiolog dari
Universitas Indonesia (UI), yang juga putra Batak, Kastorius Sinaga,
kepada JPNN di Jakarta, kemarin (7/12).
Menurut Kastorius, sebelum PDT digelar, mestinya digelar
diskusi-diskusi mendalam. Diskusi ini untuk mendapatkan gambaran yang
jelas mengenai apa sebenarnya yang menjadi kendala bagi pengembangan
Danau Toba. "Untuk mengkaji kondisi Danau Toba terkini, untuk
rekomendasi pengembangan ke depan. Termasuk merekomendasikan, kegiatan
apa yang cocok ditampilkan di Pesta Danau Toba itu. Jadi tidak
sembarangan. Bukan pesta sekedar pesta," ujar mantan Staf Ahli Kapolri
saat dijabat Bambang Hendarso Danuri itu.
Pria yang kini juga sebagai Ketua Depertemen Perencanaan Pembangunan
Nasional DPP Partai Demokrat itu, menilai, persoalan yang menghambat
pengembangan Danau Toba adalah rendahnya rasa memiliki masyarakat
sekitar terhadap danau. Namun, lanjutnya, masyarakat sekitar juga tidak
bisa disalahkan sepenuhnya.
Yang perlu disalahkan adalah pemerintah daerah, baik Pemprov Sumut
maupun pemkab/kota di sekitar Danau Toba, yang kurang mensosialisasikan
manfaat Danau Toba, baik secara ekologis maupun ekonomis. "Juga tidak
tersosialisasikan dengan baik, apa kiranya manfaat yang bisa dirasakan
masyarakat sekitar jika Danau Toba terurus dengan baik," imbuh Kasto,
panggilan akrabnya.
Dia memberi contoh isu aktual, terkait rencana divestasi saham PT
Inalum yang selama ini dikuasai konsorsium perusahaan Jepang, yang pada
2013 akan diambil alih 100 persen oleh pemerintah RI. Masyarakat tidak
akan peduli bahwa Inalum sangat tergantung pada air Danau Toba sebagai
penggerak sumber energinya. "Karena ada pertanyaan besar di
masyarakat, apa yang didapat mereka dari Inalum? Masyarakat tidak
merasa punya tanggung jawab menjaga Danau Toba sebagai elemen penting
Inalum. Padahal, tak ada Inalum tanpa ada Danau Toba," ujarnya.
Mestinya, selagi rencana nasionalisasi Inalum ini masih hangat, isu
ini dimanfaatkan pemda untuk menumbuhkan rasa memiliki di kalangan
masyarakat terhadap keberadaan Danau Toba. "Pemda tak pandai memainkan
isu ini untuk penumbuhan kesadaran masyarakat, untuk pengembangan Danau
Toba," kritik Kasto.
Kembagi ke soal PDT, menurut Kasto, selama kesadaran masyarakat
sekitar belum tumbuh, maka pesta-pesta tahunan tidak akan ada
manfaatnya. "Pesta hanya promosi instan," cetusnya.
Kasto berpendapat, lebih baik promosi Danau Toba meniru saja Pemprov
Sumbar, yang menggelar Tour de Singkarak secara rutin. "Singkarak
terkenal di level internasional hasil promosi goes-goes sepeda saja.
Nah, kenapa tidak ditiru saja Tour de Singkarak itu, dengan membuat Tour
de Samosir. Tak perlu pesta dengan biaya tinggi, tapi efektif,"
sarannya serius.
Dikatakan Kasto, dengan Tour de Samosir, dengan bersepeda balap, maka
aspek infrastruktur juga akan terdongkrak. Pasalnya, untuk tahap awal,
untuk Tour de Samosir perlu dibangun jalan yang mulus untuk sejumlah
etape. Termasuk fasilitas-fasilitas lain yang layak untuk turis asing.
(sam/jpnn)
http://www.jpnn.com/read/2011/12/08/110533/Tour-de-Samosir-Lebih-Dilirik-Dunia-
No comments:
Post a Comment