Tuesday, May 31, 2016

DARI SUNDALAND HINGGA DI NEGERI TOBA: Sebuah Penelusuran Para Ahli Genetika


DARI SUNDALAND HINGGA DI NEGERI TOBA Sebuah Penelusuran Para Ahli Genetika
Oleh: Edward Simanungkalit *


Sumber: forgottenmotherland.com

Sundaland dalam Ilmu Pengetahuan Modern

Setelah Gunung Toba meletus 74.000 tahun lalu yang memusnahkan hampir semua manusia dan kalderanya menjadi Danau Toba, maka terjadi kembali migrasi manusia dari Afrika ke Sundaland di sekitar 70.000 tahun lalu. Mereka bermigrasi menyusuri pesisir pantai melalui India Selatan sebagaimana dikemukakan oleh Prof. Stephen Oppenheimer dari Oxford University, Inggris, yang dikenal menulis buku: “Eden in The East: The Drowned Continent of Southeast Asia” (1999). Dia menulis buku ini setelah memimpin proyek besar yang dipercayakan HUGO (Human Genome Organizatioan) melakukan pemetaan DNA manusia sedunia (Kompas, 20/10-2011). Kemudian 90 orang lebih ilmuwan Asia dari konsorsium Pan-Asian SNP di bawah naungan Human Genome Organization (HUGO) memetakan jalur migrasi manusia ini sebagai satu-satunya jalur migrasi ke Sundaland secara lebih tegas. Para ilmuwan ini telah melakukan studi terhadap 73 populasi Asia Tenggara dan Asia Timur, yang selain berhasil memetakan jalur migrasi tadi, mereka menyimpulkan bahwa akar genetik manusia berhubungan sangat erat antara kelompok etnik dan kelompok bahasa (Detik, 11/12-2009; Kompas, 14/12-2009 & 12/12-2011). Migrasi dari Afrika yang tejadi ini sebagian melewati Sundaland hingga sampai ke Papua dan Australia, yang sekarang disebut Aborigin di Australia. Migrasi dari Afrika ini sesuai dengan teori “Out of Africa” yang terkenal itu.

Sejak 20.000 tahun lalu, menjelang tenggelamnya Sundaland, terjadi banyak letusan gunung berapi, gempa bumi, dan banjir, sehingga membuat para penghuni Sundaland berhamburan ke Asia Daratan, yang disebut sebagai peristiwa “Out of Sundaland”. Dengan demikian, selama 50.000 tahun sudah banyak manusia mendiami Sundaland, sehingga Stephen Oppenheimer tiba pada kesimpulan bahwa Sundaland merupakan induk peradaban dunia (Kompas, 27/10-2010). Di sisi lain, Prof. Arysio Nunes dos Santos, Ph.D. dalam bukunya: “Atlantis The Lost Continent Finally Found” (2005), malah menguraikan sebuah teori yang menempatkan secara definitif bahwa Atlantis berada di wilayah Indonesia, Malaysia, Thailand, dan Brunei (Wikipedia). Kemudian terkait dengan keterlibatannya dalam penelitian atas situs megalitik Gunung Padang di Cianjur, geolog Dr. Danny Hilman (2013), menulis dan meluncurkan bukunya dalam acara seminar: “PLATO TIDAK BOHONG: Atlantis Ada di Indonesia”. Lebih jauh lagi, Dhani Irwanto, dalam bukunya: “Atlantis: The Lost City is in Java Sea” (2015), menyampaikan sebuah hipotesis baru bahwa Atlantis ada di Laut Jawa, dekat Pulau Bawean, yaitu di antara pulau Bawean dengan daratan Kalimantan. Semuanya ini menyebabkan Indonesia menjadi perhatian para ilmuwan dunia sekarang ini dengan sebuah pertanyaan: “Apakah yang mereka kerjakan selama 50.000 tahun di Sundaland?”. Stephen Oppenheimer dan Arysio Nunes dos Santos telah berjasa mempromosikan Indonesia ke seluruh dunia melalui buku yang mereka tulis.

Sundaland akhinya tenggelam sekitar 8.000 tahun lalu di mana air laut naik permukaannya hingga memasuki daratan rendah Sundaland tersebut. Sehingga, tinggallah Sumatera, Kalimantan, Jawa, dan pulau-pulau kecil di sekitarnya, yang merupakan daratan tertinggi dari Sundaland tersebut dan menjadi terpisah dari Semenanjung Malaka. Demikianlah bekas kawasan Sundaland yang sekarang dikenal dengan Semanjung Malaka, Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan pulau-pulau kecil lain di sekitarnya.

Y-DNA Haplogroups dari Populasi Toba

Sebagaimana dikemukakan oleh Tatiana M. Karafet (Karafet et al. 2010), dari Universitas Arizona – Amerika Serikat, bahwa TOBA Y-DNA Haplogroup terdiri dari: K-M526*= 13,51%, O-M95*= 13.51%, O-M201*= 56,76%, O-M110= 10,81%, O-P203= 2,7%, dan R-M214= 2,7% (http://www.anthrogenica.com/showthread.php?2573-New-DNA-Papers-General-Discussion Thread/page49).

Kemudian lebih lengkap lagi mengenai Y-DNA Toba ini digambarkan seperti di bawah ini:

Sumber: forgottenmotherland.com

Populasi Sundaland Tatiana M. Karafet et al. (2010) menjelaskan sebelumnya bahwa K-M526* ditemukan di Sumatera dan Sulawesi. K-M526* ditemukan pada Toba dan Mandar. Karena ada ditemukan pada populasi etnis Toba, sehingga perlu juga hal ini dibicarakan secara khusus. Phylogeny tree yang disusun berdasarkan penelitian Tatiana M. Karafet et al. (2014), dalam papernya: “Improved phylogenetic resolution and rapid diversification of Y-chromosome haplogroup K-M526 in Southeast Asia”, membantu memberikan penjelasan tentang K-M526* yang berawal dari K2. Terkait dengan Toba Y-DNA Haplogroups di atas, maka lebih jauh perlu juga melihat Phylogenetic Tree berdasarkan Karafet et al., (2014) sebagai berikut:

Sumber: forgottenmotherland.com

Karafet et al. (2014) menjelaskan bahwa struktur filogenetik dari haplogroup K-M526* sekarang dibagi dalam 4 subclade utama (K2a-d). Adapun yang terbesar ialah K2b, yang dibagi menjadi dua kelompok: K2b1 dan K2b2. K2b1 menggabungkan haplogroup sebelumnya yang dikenal sebagai haplogroup M, S, K-P60 dan K-P79. Sedang K2b2 terdiri dari haplogroup P dan sub-haplogroup Q dan R, yang mayoritas membentuk garis keturunan ayah/pria (paternal) di Eropa, Eurasia dan Amerika. Dan, merupakan satu-satunya subclade K2b yang berada di luar geografi Sundaland dan Oseania. Itu sebabnya, disimpulkan bahwa haplogroup P, yang merupakan leluhur bangsa Eropa, bermigrasi dari Sundaland seperti dikemukakan sebelumnya oleh Stephen Oppenheimer. Sementara itu, K2-M526* ditemukan pada populasi Sumatra & Sulawesi, dan jika perpisahan ini terjadi 50.000 tahun yang lalu, maka lokasi paling ideal adalah di antara keduanya, yaitu Sundaland. Berdasarkan mtDNA populasi Etnis Toba dengan macrohaplogroup M yang sebanding dengan frekuensi K-M526*, maka diperkirakan K-M526* berasal dari populasi Sundaland.

Sumber: geneticdisorders.info

Y-DNA dari Populasi Toba
Pada Phylogenetic Tree tadi jelas bahwa K-M526* muncul di Sundaland sekitar 50.000 tahun lalu. Haplogroup K menurunkan K1 dan K2, sedang K2 ini juga dikenal sebagai K-M526*. Adapun K-M526* ini merupakan salah satu Toba Y-DNA Haplogroups seperti telah dikemukakan di atas. K2 memiliki subclade utama: K2a, K2b, K2c, dan K2d. Sedang K2a menurunkan NO dan kemudian NO menurunkan O-M175. Adapun O-M175 menurunkan O-M122, O-M119, dan O-M95*, yang menurut Karafet et al. (2010) berasal dari Asia Daratan pada masa Pleistosen. O-M122 menurunkan O-P201* dan O-M119 menurunkan O-M110 dan O-P203. Selanjutnya, K2b2 menurunkan R2 (termasuk R-M124) dan R1 (R1a dan R1b).

K-M526* ada pada sebagian populasi di Indonesia. Di Indonesia Timur dan Tengah, frekwensi K-M526* ini lebih besar persentasenya. Di Sumatera, frekwensi K-M526* relatif lebih kecil persentasenya seperti yang ditemukan pada populasi Aceh, Toba, dan Riau. K-M526* ini diperkirakan lebih awal masuk ke Negeri Toba, tetapi belum ada penelitian lebih mendalam lagi soal K-M526* yang ada pada populasi Toba, sehingga masih diberikan tanda (*). K-M526* di Indonesia Barat ini belum dapat dipastikan darimana datangnya. Bisa saja mereka datang dari daerah Timur di seberang garis Wallace, karena situasi dan kondisi yang dinamis menjelang tenggelamnya Sundaland tidak terlalu berpengaruh di daerah tersebut (lihat gambar di atas). Yang jelas, bahwa K-M526* muncul dan berasal dari Sundaland dan K-M526* ini ditemukan dalam Y-DNA Toba di Negeri Toba, yang merupakan kawasan bekas Sundaland dulu.

Pada gambar Toba Y-DNA Haplogroups di atas tampak bahwa O-P201*, O-P203, O-M95*, dan O-M110, kesemuanya sebesar 83,79%. O-P203 diasosiasikan Austronesia, sedang O-M95 diasosiasikan Austroasiatik, dan O-M110 diasosiasikan Tai Kadai. Khusus O-P201* sering diasosiasikan dengan populasi Sino-Tibetan, Hmong-Mien, atau Han Chinese. Adapun K-M526*: 13,51% ini muncul di Sundaland. R-M124: 2,7% diasosiakan Dravida dari India, Asia Selatan.

Jean A. Trejaut et al. (2014) mengemukakan bahwa O-M95* bermigrasi dari Indochina ke Indonesia Barat. O-M95* bermigrasi melalui Semenanjung Malaka terus ke Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. O-M95* ditemukan juga pada Toba Y-DNA Haplogroups. O-M95* ini diperkirakan lebih dulu bermigrasi sebelum ekspansi Austronesia di sekitar 4.000 - 6.000 tahun lalu, tetapi jarak waktunya tidak jauh antara O-M95* dengan ekspansi Austronesia. Mungkin O-M95* inilah yang ditemukan jejak aktivitasnya berupa pembukaan hutan kecil-kecilan pada sekitar 6.500 tahun lalu di Humbang, dari Silaban Rura hingga Siborong-borong, berdasarkan penelitian paleontologi yang dilakukan Bernard K. Maloney (1979). Permasalahan dari penggunaan data-data fisik seperti ini bisa saja terjadi bahwa mungkin ada di tempat lain seperti di Toba Holbung, Samosir, dan Silindung, tetapi belum ditemukan atau sudah hilang akibat proses alam.

Ekspansi Austronesia, menurut Karafet et al. (2010), antara lain terdiri dari: O-P203, O-M110, dan O-P201*. Karafet et al. (2010) menyebutkan bahwa O-P201* ditemukan berbahasa Austronesia pada populasi Toba dan O-M110 juga berbahasa Austronesia pada populasi Toba. O-M110 ini ada juga pada populasi Nias dan Mentawai yang mana mereka berbahasa Austronesia. Kelihatannya O-M110 bermigrasi dari Asia Daratan ke Taiwan dan kemudian dari Taiwan kembali bermigrasi ke Indonesia Barat dalam ekspansi Austronesia termasuk ke Nias dan Mentawai. Mengenai O-P203, Karafet et al. (2010) menjelaskan, bahwa O-P203 ini ditemukan pada mayoritas suku Taiwan Asli yang tentunya berbahasa Austronesia. Jadi, ketiganya termasuk dalam ekspansi Austronesia ke Indonesia Barat, yang mana O-P201* dari Asia Daratan sementara O-P203 dan O-M110 keluar dari Taiwan dalam ekspansi Austronesia tersebut. Ekspansi Austronesia ke Indonesia Barat ini berlangsung pada periode 4.000-6.000 tahun lalu (Karafet et al. 2010).

Sebagaimana telah dikemukakan tadi bahwa O-P201* masuk ke dalam ekspansi Austronesia keluar dari Asia Daratan, maka penelitian Jean A. Trejaut et al. (2014) menguatkan bahwa O-P201* memang keluar dari Asia Daratan. O-P201* berasal dari sekitar Yunnan dan Teluk Tonkin. Dengan demikian, teori Out of Taiwan tidak sepenuhnya diterima secara genetik, karena ekspansi Austronesia tidak semuanya keluar dari Taiwan, tetapi ada juga dari Asia Tenggara Daratan (MSEA) ke Indonesia melalui semenanjung Indocina. Dengan melihat asal dari O-P201* ini, maka terlihat bahwa O-P201* ada kemungkinan bersinggungan dengan budaya Dong Son, yang berkembang pada abad ke-5 hingga abad ke-2 SM (Sebelum Masehi) di lembah Song Hong berdekatan dengan Teluk Tonkin, Vietnam. Hal ini mengingat bahwa populasi Toba didominasi budaya Dong Son.  Sedang R-M124 berasal dari dari India, Asia Selatan yang datang sejak millenum pertama masehi.

Akhirnya, K-M526* muncul di Sundaland setelah berevolusi. Kemudian keturunannya bermigrasi ke luar Sundaland (lihat gambar di atas) yang menurunkan O-M175, R, dan lain-lainnya. O-M175 menurunkan O-M95*, O-M110, O-P201, O-P203, dan lain-lain. R menurunkan R-M124, dan lain-lain. Dengan demikian, maka O-M95*, O-M110, O-P201, O-P203, dan R-M124 memiliki hubungan paternal dengan K-M526* yang kesemuanya ada pada Y-DNA Toba. Keenam populasi ini datang dengan masing-masing rombongan ke Negeri Toba dan semuanya bercampur hingga membentuk populasi Toba seperti sekarang ini sesuai dengan apa yang diperlihatkan pada Y-DNA-nya. (*)

   Sumber: www,panatapan.com


Tatiana M. Karafet et al. (2010) – klik

Tatiana M. Karafet et al. (2014) - klik
Jean A. Trejaut et al. (2014) - klik

Y-DNA Macro-haplogroup K-M526 originated in Indonesia (2014) - klik

Dr. Danny Hilman (2013) - klik 

Dhani Irwanto (2015) - klik 

Haplogroup R (Y-DNA) - klik 

Haplogroup R-M124 - klik



* Pemerhati Sejarah Alternatif Peradaban