• TILHANG GULTOM - Sang Maestro


    oleh isran panjaitan
    Membicarakan dunia opera Batak tentu tidak lepas dari nama tokoh Tilhang Gultom. Pria kelahiran Desa Sitamiang, Pulau Samosir ini pantas disebut maestro dan pelopor opera Batak. Tak hanya sekedar pelopor, lewat karya-karyanya lahir ratusan cerita sandiwara, tari-tari dan juga lagu yang menjadi trade mark dalam setiap pementasan opera yang ada di Sumatera Utara, yang bahkan sampai sekarang lagu-lagunya masih akrab di telinga kita..Sejak usia muda, Tilhang telah mengabdikan dirinya pada dunia seni.

    Tahun 1925, untuk pertama kalinya ia membentuk group trio yang diberi nama Tilhang Parhasapi yang berarti : Tilhang Sang Pemetik Kecapi. Rekannya adalah Pipin Butar-butar (peniup Serunai) dan Adat Raja Gultom (kecapi rythem). Meski belum disebut opera, group inilah yang menjadi cikal-bakal terbentuknya group opera yang pertama : Opera Serindo, Grup yang paling popular hingga teater rakyat itu akhirnya tinggal kenangan.

    Tak bisa dipungkiri, lahirnya opera batak tidak lepas dari jenis opera yang mulai berkembang sebelumnya di timur jauh, misalnya grup Dardanella dan Miss Tjitjih. Tilhangpun terinspirasi sehingga menambah anggotanya dan mulai menyuguhkan sandiwara, lagu dan tari. Tiga tahun berikutnya grup Tilhang maju pesat bahkan memiliki anggota 50 orang.Surat kabar Pertjatoeran, edisi 15 agustus 1928 menyebutkan, pada bulan tersebut, opera Tilhang telah bermain di pasar malam Balige dan Siborong-borong. Sebagai catatan, pada masa itu pemain opera hanya terdiri dari kaum pria. Kondisi zaman agaknya masih tabu bagi kaum wanita untuk melakoni kehidupan opera. Dasar Tilhang, laki-lakipun dimakeupnya menjadi wanita sehingga penonton sering terkecoh. Tokoh wanita yang cukup popular pada masa itu adalah Johanis Situmorang, yang sering mendapat surat ungkapan rasa cinta dari para penggemarnya. Bahkan di barak mereka Johanis sering pula terpaksa minggat, menghindari fansnya yang ingin ketemu.

    Setahun kemudian, Tilhang mengganti nama operanya menjadi Batak Sitamiang. Kemudian ganti lagi menjadi Tilhang operaBatak (TOB).Hebatnya tahun 1933, TOB sudah merambag semenanjung Malaka dan tampil di Penang dan Singapura.Tahun 1936 TOB berganti nama lagi menjadi Tilhang Batak Hindia Toneel (TBHT). Kenapa berbau irlandeer, ini akibat instruksi pihak penjajah Belanda. Pada periode tersebut pemainnya mencapai 60 orang. Grup Tilhang gaknya sudah ditakdirkan berganti-ganti nama. Tahun itu juga TBHT berganti nama menjadi Tilhang Toneel Gezalschap (TTG). Dan sejak Jepang menjajah Indonesia TTG berganti menjadi sandiwara Asia Timur Raya. Tilhang tak kuasa membendung intervensi Gun Seikanbu atau Pemerintah Jepang. Faktor ini pula yang membuat Tilhang memilih operanya mati suri daripada menjadi alat propaganda Jepang.


    Sumber:
    http://isranpanjaitan.wordpress.com/2009/11/23/tilhang-gultom-sang-maestro/