Budayawan: Tortor Batak Bukan Hiburan
Balige, Sumut, 21/8 (ANTARA) – Budayawan Monang Naipospos mengatakan, Tortor Batak yang sangat individual dan merupakan ritual kehidupan, persembahan kepada publik, lingkungan dan penciptanya bukanlah hiburan.
“Tortor bukan hiburan,” ujar budayawan Batak dari Toba Samosir itu di Balige, Sabtu.
Monang mengatakan, tortor adalah gerakan tubuh mengiringi atau diiringi irama gondang. Pemahaman makna gondang dan untaian irama bagi yang pandai menggerakkan tubuhnya akan menghasilkan tortor yang indah.
Menurutnya, ketika tortor telah menjadi hiburan, para penari dalam pesta adat pun tidak karuan lagi menunjukkan lenggak-lenggok tubuhnya. Bahkan, kadang melampaui tata krama tradisi adat Batak tentang kesopanan, kesantunan dan kehormatan.
“Kreasi tortor untuk hiburan diupayakan keseragaman geraknya. Ini memang menjadi bagian dalam seni pertunjukan,” ujarnya.
Ia menyesalkan generesi muda yang cenderung hanya melihat tortor sebagai hiburan. “Itu karena mereka tidak pernah lagi menyaksikan tortor sebenarnya, yang dilakonkan para panortor murni,” katanya.
Manortor dengan benar, menurut dia, kadang dituding kesurupan. “Tortor Batak semakin tererosi, seiring dengan hilangnya pemaknaan gondang Batak,” kata Monang.
Bila seorang penari menyilangkan tangan di dada, artinya dia sering menjadi sasaran cemohan, sering mendapat hambatan dan permasalahan lainnya.
Tapi, bila seorang penari meletakkan kedua telapak tangan di atas kepala, artinya dia mohon perlindungan, belas kasihan manusia dan penciptanya.
“Bila kedua tangan dirapatkan dipinggang dan telapak tangan dikepal mengarah kebelakang artinya masih banyak rahasia hidupnya yang belum diberitahukan kepada orang lain,” sebut Monang.
Sumber:
http://www.antarasumut.com/berita-sumut/budayawan-tortor-batak-bukan-
No comments:
Post a Comment