BATAM- Seniman Sumatera Utara (Sumut) mendapat penghargaan dari Pemerintah Indonesia. Adalah Tilhang Oberlin Gultom seniman yang dimaksud. Seniman dan pendiri Opera Batak yang dinamai Opera Tilhang ini dianugerahi Satya Lencana.
Penghargaan ini diberikan oleh Preseiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Menteri Kebudayaan dan Parawisata, Jero Wacik. Satya Lencana itu diserahkan di Jakarta dan diterima budayawan atau keturunan yang mewakilinya. Untuk Tilhang Oberlin Gultom, penghargaan diterima oleh anak dan cucunya yang tinggal di Batam.
Sebagaimana diungkapkan Hotman Gultom, cucu Tilhang kepada Tanjungpinang Pos (Grup Sumut Pos), Selasa (12/4), penghargaan diberikan atas sumbangsing Tilhang Gultom dalam memelihara budaya Batam lewat opera dan musik. Penghargaan mereka terima di Jakarta, 24 Maret 2010 lalu. “Kita merasa bangga karena penghargaaan itu diberikan atas jasa ompung (kakek). Saya bersama bapak saya yang menerima penghargaan itu karena bapak anak pertama Tilhang,” ungkap Hotman.
Tilhang Oberlin Gultom, seniman dan pendiri Opera Batak yang dinamai Opera Tilhang (1920-1973). Selama karirnya telah mencipta 360 lagu, 12 tumba dan 24 judul drama.
Opera Tilhang mencapai masa keemasannya dari tahun 1960-1973. Setelah sang pendiri sekaligus pemimpin meninggal pada tahun 1973, para penerusnya, di antaranya Abdul Wahab Kasim Samosir (Pimpinan Opera Serindo) dan Zulkaidah br Harahap, ratu Opera Tilhang kala itu, bersama suaminya Pontas Gultom, melanjutkan usaha pertunjukan opera Batak bernama Seni Ragam Indonesia alias Serindo tersebut atas persetujuan seluruh keluarga Tilhang Gultom.
Kala itu masih ada sekitar 70 anggota. Opera Serindo yang juga merupakan penjelmaan Opera Tilhang menggelar pertunjukan keliling dari desa ke desa. Namun hanya mampu bertahan sampai tahun 1985. Perubahan zaman tak bisa disainginya. Para penontonnya sudah mempunyai banyak pilihan hiburan, mulai dari pertunjukan musik dan artis populer, juga terutama dengan kehadiran televisi sampai pelosok desa. Akhirnya, tahun 1985 grup opera Batak Serindo yang kala itu masih punya 45 anggota, bubar.
Bagaimana proses kehadiran opera tradisi Batak yang lebih mirip teater keliling ini, tidak ada catatan pasti. Namun, nama Tilhang Oberlin Gultom selalu dikaitkan sebagai tokoh seniman yang diperkirakan sudah ada sejak tahun 1920-an. Kala itu ia menggelar opera ini di pedalaman Tapanuli Utara. Sebutan Opera Batak dipopulerkan oleh Diego van Biggelar, misionaris Belanda yang datang ke Pulau Samosir pada 1930-an.
Nah, mendapat perhatian dari pemerintah ini, keluarga besar Tilhang disebutkan berencana kembali menghidupkan warisan tersebut. Mereka ingin suku Batak bisa tetap memelihara warisan leluhurnya, termasuk opera Batak. “Kami sudah sampaikan soal penghargaan dari pemerintah ini kepada keluarga besar dan mereka menyambutnya. Mereka juga yang mendorong Bapak (Efendy Gultom, Red) yang menerima. Makanya, saya bersama bapak dan adek saya, Alasmen dan Luhut Gultom, yang berangkat ke Jakarta,” ujar Hotman.
Hotman menambahkan, penghargaan dari Menteri Kebudayaan ini bukanlah penghargaan yang pertama diterima kakeknya. Sebelumnya, kakeknya sudah menerima banyak penghargaan, baik yang diterima langsung semasa hidupnya ataupun yang diterima keluarga mewakili Tilhang, termasuk dari pemerintah Sumut dan lainnya.
“Kami mengucapkan terima kasih kepada presiden, menteri kebudayaan dan parawisata atas perhatiannya. Juga ucapan terima kasih kepada wali kota Pematang Siantar, bupati Tobasa, bupati Taput dan gubernur Sumatra Utara yang ikut mengingatkan soal peran ompung kami dalam memelihara kebudayaan Batak,” pungkasnya.(mbb/jpnn)
Sumber:
http://www.hariansumutpos.com/arsip/?p=40759
No comments:
Post a Comment