derita danau ku
Kamis, 19 Mei 2011
Semua kalangan pasti sudah tidak asing lagi jika mendengar objek wisata “ Danau Toba” bahkan kemungkinan besar sudah berkunjung ke daerah tersebut. Danau Toba merupakan suatu objek wisata yang memiliki keindahan yang sangat luar biasa, mempesona, udara yang masih segar, pemandangan yang indah dan bagi siapa saja yang melihatnya pasti terkesima dan merasa nyaman tinggal di tempat itu. Bahkan akan terkagum-kagum melihat panorama alam yang menjulang luas di sekitar Danau Toba.
Namun, lama kelamaan keindahan alam tersebut semakin memudar dan hilang karena banyak pencemaran baik yang disengaja maupun tidak disengaja seperti penebagan pohon secara sembarangan oleh pihak yang tidak bertanggungjawab seperti yang dikatakan oleh Edwar Simanjuntak selaku Badan Ketua Pelaksana Badan Koordinasi Pengelolaan Ekosistem Kawasan Danau Toba (BKPEKDT) bahwa degralasi lingkungan terutama akibat penebangan hutan, kebakaran hutan, tanah longsor kedanau, sampah dan pencemaran air sudahlah sangat hebat di sekitar Danau Toba bukan hanya itu saja pada dahulunya Danau toba sangat dipenuhi dengan pepohonan namun sekarang bukan pepohonan lagi yang tumbuh melainkan diselimuti oleh rerumputan hingga mengurangi nilai keindahan yang dipancarkan alam tersebut. BKPEKDT juga melaporkan bahwa dari 260.154 hektar daerah tangkapan air berupa daratan Danau Toba sebanyak 116.424 hektar di antaranya lahan kritis, sedangkan sisanya berupa hutan, permukiman, kebun rakyat, sawah, lahan industri, dan areal pariwisata.
Padahal jika Danau Toba ini dijaga dan dilestarikan dengan baik maka akan memberikan aset yang cukup besar untuk negara. Bukan hanya itu saja bagi kalangan yang tinggal di daerah perairan ini pun bisa berpenghasilan dari berbagai fasilitas yang disediakan. Karena Danau Toba sudah terkenal di segala penjuru dunia baik itu dalam negeri maupun luar negeri. Contoh keuntungannya adalah ketika seseorang menyewa speed boat maka harganya sekitar 180-200 ribu rupiah kali berapa orang menyewa per hari apalagi kalau sudah hari libur maka banyak orang yang berkunjung ke danau ini. Namun, mengapa Danau Toba tersebut tidak dijaga?
Dan jika diperhatikan sekitar danau tersebut sudah kotor dan airnya sudah terkontaminasi sehingga tercemar dengan berbagai jenis polutan dan residu aktif. Kondisi ini sangat memprihatinkan dan mungkin butuh waktu yang lama untuk mengembalikan atau memulihkan keindahan Danau Toba seperti dahulu lagi. Jika kita perhatikan, sekarang Danau Toba sudah berkurang nilai estetika keindahannya seperti tumbuhnya eceng gondok mulai merajalela di berbagai tempat. Bukan hanya itu saja hotel-hotel di Parapat terkesan kehilangan daya tarik hal lain yang dapat kita perhatikan yaitu ketika kita berkunjung ke daerah pesisir Danau Toba kita akan menjumpai banyak sampah yang tidak pada tempatnya bahkan di dalam Danau Toba itu pun ada sampah seperti bekas-bekas makanan pop mie, bungkus roti, indomie dan lainnya. Hal tersebut tentunya akan mencemari air Danau Toba.
Jika diperhatikan sepertinya orang-orang yang tinggal di daerah danau toba hanya mengambil keuntungan saja. Contohnya pada waktu libur biasanya selalu dikunjungi oleh khalayak ramai baik itu dalam negeri maupun dari luar negeri. Ada yang naik perahu penyebrangan dari Ajibata, Parapat ke Pulau samosir dan ini bisa kita temui hampir setiap jam dan dengan perahu ini pula pelancong bisa berkeliling danau toba. Hal ini sangat memberikan keuntungan namun mengapa taman wisata tersebut tidak dipelihara kebersihannya padahal mereka tahu bahwa tempat itu banyak dikunjungi oleh orang-orang yang mengagumi keindahan alam itu atau apakah mereka hanya mengambil “keuntungannya” saja lalu kalau itu terjadi terus menerus bagaimana dengan kelanjutan wisata itu ke depannya?.
Hal ini harus segera ditanggulangi karena akan menberikan dampak buruk terhadap masa depan Danau Toba atau jika hal itu dibiarkan maka kemungkinan besar wisata Danau Toba tidak dikunjungi orang lagi. Kehadiran PT. TOBA PULP LETARI,Tbk berlokasi di kabupaten Tobasa juga memberikan dampak negative bagi Danau Toba. Yang dulunya bernama Indorayon kemudian mendapat Hak Pengusahaan Hutan Tanah Industri seluas 269.000 hektar. Pada awalnya kehadiran perusahaan ini, disambut bahagia oleh kalangan masyarakat Sumatera Utara terutama yang bermukiman di Kabupaten Tobasa menaruh harapan besar terhadap perusahaan ini. Harapan ini bertumpu pada anggapan bahwa PT. TPL dapat berperan sebagi pembantu ekonomi masyarakat karena akan membuka lowongan pekerjaan bagi masyarakat terutama didaerah Tobasa.
Namun fakta berbicara lain, kehadiran PT ini dituding sebagai membawa kerugian ekonomi dengan dampak ganda negatif bagi masyarakat maupun pemerintah. Tuduhan lain bahwa masyarakat kehilangan mata pencaharian. Kehadiran PT. TPL di kecamatan Porsea kabupaten Tobasa ternyata sangat merugikan penduduk di sekitar industri tersebut. Salah satu dampak negatifnya yaitu tata kelola perusahaan yang buruk dalam mengelola hutan pinus di sekitar danau toba yang menjadi sumber utama bahan baku kertas perusahaan sehingga menimbulkan kerusakan lingkungan hutan dan mengganggu sistem tata air di kawasan danau toba. Kehadiran industri PT. Toba Pulp Lestari di kecamatan Porsea kabupaten Tobasa memang menguntungkan warga sekitar. Yaitu dengan adanya lowongan kerja bagi penduduk yang pengangguran mempunyai peluang kerja. Tapi di lain sisi kehaditan PT ini sangat meresahkan warga karena terbukti merugikan masyarakat Porsea dan sekitarnya.
Akibat dari kehadiran PT. Toba Pulp Lestari air Danau Toba semakin tercemar Karena limbah dari PT. Toba Pulp Lestari membuang limbah hasil pabrik ke perairan yang ada di Porsea. Semua perairan yang berada di daerah Tobasa berasal dari Danau Toba akibatnya jika perairan di daerah Porsea tercemar maka air Danau Toba pun ikut tercemar sebab daerah perairan ini adalah satu dan jika salah satu perairan tercemar maka akan menyebar ke yang lainya. Akibat lain dari PT. Toba pulp juga ribuan hektar padi rusak karena limbah dari PT tersebut seperti yang dikemukakan oleh M br Sirait, ia dan sesama petani lainnya ingin dibunuh secara pelan-pelan. Mengapa tidak, dulu sebelum IIU hadir di Tobasa persawahan serta perladangan di Tobasa merupakan harapan para petani. Tetapi sekarang jika diperhatikan hasil pertanian gagal, sawah dan ladang rusak dan jika hal ini terus berlanjut maka biaya untuk mencukupi kehidupan untuk anak dan keluarganya apa? Atau apakah mereka harus mengorbankan anaknya untuk tidak bersekolah. Bahkan ikan dan hewan ternak lainnya juga tidak lagi sesehat sebelumnya. Semua itu terjadi akibat beroperasinya kembali PT TPL pada 1 Maret 2003 lampau secara diam-diam. Namun, secara diam-diam, mereka mengoperasikan pabrik yang sekarang hanya mengolah pulp (bubur kertas). Sama dengan kehadiran PT IIU yang sejak awal telah ditolak, tetapi karena kekuatan Orbe Baru meskipun menyengsarakan rakyat jalan terus.
No comments:
Post a Comment