Thursday, September 10, 2015

BUKU TELAH TERBIT


SERI MENGUBUR MITOS (14)


Telah Terbit!


Buku:




Daftar Isi:

KATA PENGANTAR ................................................................................................................   i
DAFTAR ISI ..........................................................................................................................  iii
BAB 1. PENDAHULUAN ..........................................................................................................   1
BAB 2. GUNUNG TOBA DI SUNDALAND .................................................................................. 12
BAB 3. PESISIR TIMUR SUMATERA BAGIAN UTARA ................................................................. 17
BAB 4. ORANG NEGRITO DI NEGERI TOBA .............................................................................  21
BAB 5. ORANG TAIWAN DI NEGERI TOBA ............................................................................... 25
BAB 6. ANALISA DNA ORANG TOBA ........................................................................................ 31
BAB 7. FAKTA DI SEPUTAR MITOS SIANJUR MULAMULA .......................................................... 36
BAB 8. PENUTUP ................................................................................................................... 49
KEPUSTAKAAN
BIODATA PENULIS
LAMPIRAN: SUNGGUH, ORANG TOBA BUKAN ISRAEL YANG HILANG


Ringkasan Isi:

   Setelah Gunung Toba meletus 74.000 tahun lalu, maka migrasi mulai dari Afrika ke kawasan Sundaland sejak 70.000 tahun lalu. Mereka menyusuri pesisir selatan India hingga tiba di Sundaland, sedang sebagian lagi terus ke Papua dan Australia. Selama 50.000 tahun Sundaland didiami oleh banyak manusia, sehingga mengundang perhatian ilmuwan dunia masa kini. Kemudian, sejak 20.000 tahun lalu banyak terjadi letusan gunung, gempa, dan banjir yang menyebabkan penghuni Sundaland ini berhamburan ke Asia. Mencairnya es pada zaman es akhir membuat permukaan laut naik hingga Sundaland  tenggelam memisahkan Sumatera, Jawa, Kalimantan, dan pulau-pulau kecil lainnya dari Malaka.
  Periode berikutnya mulailah migrasi dari Asia ke bekas kawasan Sundaland tadi. Pertama, Orang Negrito bermigrasi dari Teluk Tonkin, Vietnam ke Kalimantan, Jawa, dan Sumatera pada masa Mesolitik, 10.000 - 6.000 tahun lalu, sedang di Malaysia disebut Orang Asli seperti suku Semang. Kedua, sekitar 4.300 – 4.100 tahun lalu, para penutur Austroasiatik bermigrasi dari Cina Selatan melalui Vietnam, Kamboja, dan Khmer terus ke Malaka hingga ke Sumatera, Jawa, dan Kalimantan. Ketiga, sekitar 4.000-an tahun lalu, para penutur Austronesia bermigrasi dari Cina Selatan melalui Taiwan terus ke Kalimantan, Jawa, dan Sumatera. Jadi, ketiga kelompok inilah yang merupakan leluhur masyarakat di Sumatera, Jawa, dan Kalimantan.  Hasil test DNA Gayo, Karo, Toba, Melayu, Riau, dan Minangkabau menunjukkan juga ada unsur Negrito, Austroasiatik, dan Austronesia, sehingga meneguhkan migrasi leluhur yang dikemukakan sebelumnya.
       Pada tahun Masehi, orang Tamil dari India Selatan datang ke Sumatera bagian Utara dan bercampur dengan masyarakat prasejarah sebelumnya. Berdasarkan gambaran itu sulit membayangkan di mana posisi Si Raja Batak yang keturunannya disebut-sebut membentuk etnik Pakpak-Karo-Simalungun-Mandailing, karena sudah ada masyarakat sebelumnya.  Penghuni awal Sianjur Mulamula yang datang sekitar 800 (+/- 200) tahun lalu berasal dari Suku Amis dan Suku Atayal, suku asli Taiwan. Oleh karena itu, semakin tidak habis dimengerti kalau dikatakan bahwa masyarakat prasejarah di atas tadi dikatakan keturunan dari penghuni awal Sianjur Mulamula. Bahkan Orang Tamil yang datang ke tanah Pakpak-Karo-Simalungun-Mandailing tidak mungkin juga dilahirkan penghuni awal Sianjur Mulamula yang Orang Taiwan itu. Dengan demikian, betapa mustahilnya Si Raja Batak menjadi nenek-moyang bagi etnik Pakpak-Karo-Simalungun-Mandailing. Hal ini membuat sejarah Toba  harus ditulis ulang. Sungguh sangat tidak arif-bijaksana kalau kita mewariskan mitos dan folklore (turiturian) bagi anak-cucu kita di abad ke-21 ini.  
    Akhirnya, selain perlu dibaca oleh Orang Toba, buku ini juga perlu dibaca oleh Orang Pakpak-Karo-Simalungun-Mandailing, karena hubungan Si Raja Batak secara genealogis dengan Pakpak-Karo-Simalungun-Mandailing diungkapkan dalam buku ini dengan jelas! ***