Danau Toba harus dikelola dengan professional
Sunday, 25 September 2011 09:44
WASPADA ONLINE
MEDAN – Kawasan Danau Toba yang selama ini menjadi primadona pariwisata di Sumatera Utara (Sumut) masih kurang memadai dari segi kebersihan dan infrstruktur tempat pariwisata maupun jalannya.
Kurangnya perhatian pemerintah setempat dan kurang maksimalnya peran stakeholder dalam mengembangkan potensi alam di kawasan pariwisata Danau Toba ini menjadi sejumlah kendala yang harus diperbaiki segera.
Ditunjuknya Danau Toba sebagai salah satu dari Destination Management Operasional (DMO) harus mendapat perhatian lebih besar lagi. DMO yang merupakan pembentukan dan pengembangan organisasi tata kelola destinasi pariwisata yang berkelanjutan berbasiskan proses mulai dari perencanaan hingga operasional dan pemantauan, ialah salah satu sistem yang akan diterapkan dalam mengambangkan potensi alam di kawasan Danau Toba.
“Dana Toba merupakan warisan dunia,” ujar pemerhati lingkungan hidup Sumut, Jaya Arjuna kepada Waspada Online, hari ini.
Kawasan pariwisata yang telah lama popular di Sumut maupun Indonesia ini sudah seharusnya dikelola secara profesional. Melalui DMO ini, Jaya mengharapkan agar kawasan Danau Toba menjadi lebih baik. Baik dari pelayanan kepada para turis, infrstruktur, kebersihan dan sebagainya.
Jaya Arjuna yang juga aktif sebagai Dosen Teknik Mesin Universitas Sumatera Utara (USU) mengatakan hal yang melatarbelakangi diterapkannya sistem DMO kepada Danau Toba karena pemerintah setempat dinilai tidak maksimal dalam pengembangan kawasan tersebut. “Jelas karena peran pemerintah tidak terlihat, makanya DMO dinilai lebih efektif untuk mengembangkan potensi pariswisata kebanggan orang Sumut ini,” terangnya.
Jaya menilai masih sangat banyak potensi di Danau Toba yang masih bisa dikembangkan. Dirinya mencontohkan pulau Samosir, yang terdapat di tengah Danau Toba dengan luas ± 630 km2 merupakan ”pulau dalam pulau” yang terbesar serta tertinggi di dunia.
“Di Pulau Samosir, kita dapat menikmati keindahan danau pada pulau di tengah danau. Ada banyak air terjun. Saat ini, Danau Toba merupakan dam alami terluas di dunia, karena saluran keluar satu-satunya melalui Sungai Asahan dapat dikontrol di Siruar,” imbuhnya menjelaskan potensi pulau Samosir.
“Danau Toba memiliki keindahan jutaan misteri, tapi pengelolaan infrastrukturnya sama dengan pengelolaan daerah pinggiran kota besar,” imbuh Jaya.
Dirinya menambahkan bahwa pengelola kawasan wisata telah membiarkan pembangunan fasilitas berkembang sesuai dengan pikiran dan kemauan masing-masing pemilik modal. Jaya membeberkan beberapa masalah yang saat ini dialami di kawasan Danau Toba.
Yakni alat transportasi air dikelola sekadar ada. Wisatawan yang berlayar menikmati air danau, pasti akan berkurang kesannya bila terpaksa menggunakan WC kapal yang tidak standar dari segi kelengkapan dan kebersihannya. Parapat, Tomok, Haranggaol dan Pangururan seakan terbiar dan berkembang menjadi kota ”anti wisata”.
Bagi Jaya, menjual objek wisata tanpa didukung oleh kesiapan pengelola, sikap masyarakat memperlakukan tamu, sarana dan prasarana, fasilitas yang memenuhi syarat estetis, ekologis dan kesehatan, sama dengan membunuh citra objek secara perlahan. “Objek alam yang indah akan mati dalam pikiran pengunjungnya, bila ada kenangan pahit yang sulit terpupus. Sayang sekali kalau barang bagus tidak laku, atau terjual murah karena ketidaktahuan dan ketidakmampuan pemiliknya,” ujarnya mengakhiri pembicaraan.
Sebelumnya, Ketua Bidang Bina Pemasaran Pariwisata Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sumut, Muchlis, mengatakan program DMO ini sudah berjalan sejak 2009 lalu. Untuk kawasan Danau Toba sendiri, pulau Samosir menjadi salah satu penerapannya.Muchlis mengungkapkan bahwa yang lebih penting dari DMO ini aialah keikutsertaan masyarakat di sekitar kawasan wisata karena masyarakatlah yang lebih tahu kondisi lingkungan dan situasi yang terjadi di daerah tersebut.
Sedangkan Direktur Jenderal Pengembangan Destinasi Pariwisata Kementerian Kebudayaan dan Pariwisata, Firmansyah Rahim, mengungkapkan sebanyak 15 destinasi pariwisata di Indonesia akan dikembangkan dengan konsep DMO dalam kurun empat tahun ke depan. Adapaun 15 destinasi pariwisata itu adalah Kota Tua (Jakarta), Pangandaran (Jabar), Borobudur (Jateng), Bromo-Tengger-Semeru (Jatim), Toba (Sumut), Sabang (NAD), Bali, Rinjani (NTB), Komodo-Kelimutu-Flores (NTT), Tanjung Putting (Kalteng), Derawan (Kaltim), Toraja (Sulsesl), Bunaken (Sulut), Wakatobi (Sultra), dan Rajampat (Papua).
Editor: ANGGRAINI LUBIS
No comments:
Post a Comment