Thursday, April 10, 2014

KERAJAAN-KERAJAAN DI SIMALUNGUN

KERAJAAN-KERAJAAN DI SIMALUNGUN
Oleh: Edward Simanungkalit



Dalam sejarahnya ada 3 (tiga) fase kerajaan yang pernah berkuasa dan memerintah di Simalungun. Adapun pada fase pertama adalah fase kerajaan yang dua (harajaon na dua), yaitu: kerajaan Nagur (marga Damanik) dan Batanghio (marga Saragih). Sedang fase kedua adalah kerajaan berempat (harajaon na opat), yaitu: kerajaan Siantar (marga Damanik), kerajaan Panai (marga Purba Dasuha), kerajaan Silau (marga Purba Tambak), dan kerajaan Tanoh Jawa (marga Sinaga). 

Fase ketiga adalah kerajaan yang tujuh (harajaon na pitu), yaitu: kerajaan Siantar (marga Damanik), Panai (marga Purba Dasuha), Silau (marga Purba Tambak), Tanoh Jawa (marga Sinaga), Raya (marga Saragih Garingging), Purba (marga Purba Pakpak) dan Silimakuta (marga Purba Girsang) (Damanik, 2010:1-2). Fase ketiga ini dimulai dari tindakan pemerintah Belanda menyusun pemerintahan di wilayah Simalungun dengan memperlakukan Belsuit Gubernur General Hindia Belanda Stbl. No 531 tahun 1906 dengan susunan pemerintah Swapraja, terdiri dari tujuh wilayah Kerajaan yang disebut dengan “Raja Napitu” (Raja yang Tujuh) (awisaragih.blogspot.com).
http://sopopanisioan.blogspot.com
1. Kerajaan Nagur
Kerajaan Nagur adalah kerajaan Dinasti Damanik yang pernah berdiri di Simalungun. Berbagai sumber asing seperti Cheng Ho dan Ma Huan dari Tiongkok ada melaporkan tentang kerajaan Nagur ini yang dikompilasi oleh Groenevelt. M.O. Parlindungan, dalam bukunya Tuanku Rao (2007), mengemukakan bahwa Kerajaan Nagur bangkit pada abad ke-5 dan runtuh pada abad ke-12. Namun demikian, Cheng Ho melaporkan tentang Nagur dengan nama 'Nakkur', 'Nakureh', atau 'Japur', yang dikunjunginya sebanyak tiga kali hingga pada tahun 1423. Sedang dalam laporan Ma Huan bahwa nama Nagur adalah ‘Napur’ merupakan kerajaan ‘Batta’. Tome Pires (1512-1515) maupun Mendez Pinto (1539), Marco Polo (1292), Augustin de Beaulieu (1621), dan Ibnu Batutah (1345) banyak menyinggung nama Nagur yang berdekatan dengan Aru. (Damanik, 2009:1-2).

Demikian juga dalam tulisan lainnya seperti tulisan T. Lukman Sinar, SH (1974), TM Lah Husni (1976), Tarikh Aceh Jilid II, dan Brahmo Putro (1984) ada juga menyinggung kerajaan Nagur. Manuskrip yang ada dan meriwayatkan tentang kerajaan Nagur adalah Parpadanan Na Bolak. Sedang Djahutar Damanik (1984) dan Sejarah Simalungun (TBA Tambak, 1976) juga telah mencoba menyajikan tentang kerajaan Nagur (Damanik, 2009:3-4). Kerajaan ini menguasai wilayah sampai ke Hulu Padang-Bedagai dan Hulu Asahan. Lokasi kerajaan Nagur adalah di Pematang Kerasaan sekarang dekat kota Perdagangan ditandai lewat adanya konstruksi tua bekas kerajaan Nagur dari ekskavasi yang pernah dilakukan (Tideman, 1922:51).
http://sopopanisioan.blogspot.com
2. Kerajaan Batanghio
Mengenai Kerajaan Batanghio, Tideman (1922) ada menulis dalam laporannya mengenai Simalungun. Kerajaan ini terletak di Tanah Jawauri (Tanoh Jawa) (Tideman, 1922, Kroesen 1904 : 557). Batanghio pada awalnya dipercaya sebagai partuanon Nagur, tetapi kemudian status Batanghio diangkat menjadi kerajaan dari marga Saragih. Kerajaan Nagur dan Kerajaan Batanghio di atas itulah kemudian yang biasa disebut dengan kerajaan yang dua (harajaon na dua) sebagai fase pertama. Sekitar tahun 1293-1295, kerajaan Nagur dan Batanghio diinvasi kerajaan Singasari pada masa pemerintahan raja Kertanegara. Ekspedisi yang dikenal dengan ekspedisi Pamalayu ini kemudian mendirikan Kerajaan (Dolog) Silou pada akhir abad XIV (Damanik, 2008:2-3).

3. Kerajaan Siantar


Kediaman Raja Siantar di awal abad ke-20
Kerajaan Siantar bersama-sama dengan kerajaan Tanah Jawa, Dolok Silau dan Pane yang masing-masing dikuasai marga Damanik, Sinaga, Dasuha dan Purba dibentuk oleh Aceh menjadi kerajaan yang empat (harajaon na opat). Ini terjadi pada abad ke-16 di masa Iskandar Muda berkuasa yang merencanakan unifikasi Sumatera Timur di bawah kekuasaan Aceh (Damanik, 2008:1). Kerajaan Siantar dari marga Damanik Bariba dengan wilayah bagian tengah dari Pantai Timur Sumatera sampai pegunungan Simanuk-manuk terus laut tawar sekitar daerah Tambun Rae Sipolha, sedang wilayah bagian timur pesisir pantai yang diserobot kolonial Belanda masuk kepada kesultanan Asahan (awisaragih.blogspot.com). Raja terakhir dari dinasti keturunan marga Damanik yaitu Tuan Sangnawaluh Damanik (1882-1904), yang memegang kekuaaan sebagai raja ke-14 dari Dinasti Siantar (1350-1904). Kerajaan Siantar di Pematang Siantar.

4. Kerajaan Panei
Kerajaan Panei adalah marga Purba Sidasuha dengan wilayah bagian pedalaman sampai ke pegunungan simanuk-manuk terus kelaut Tawar sekitar daerah Salbe Tigaras. Menurut sejarah Kerajaan Dolok Silau dari kitab Pustaha Bandar Hanopan di Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun bahwa Purba Dasuha adalah marga yang muncul kemudian dari Kerajaan Silau di Simalungun sekitar tahun 1450. Tuan Suha Bolak yang mendirikan Kerajaan Panei merupakan anak dari Raja Silau bermarga Purba Tambak, tetapi kemudian dirubah marganya menjadi Purba Dasuha. Raja Panei terakhir bernama Tuan Bosa Sumalam Purba Dasuha wafat pada tanggal 3 Maret 1946 dan istana raja juga turut dibakar (Dasuha, 2005:2). Kerajaan Panei di Pematang Panei.






5. Kerajaan Dolok Silau

Kerajaa Dolok Silau marga Purba Tambak dengan wilayah di bagian utara pantai Timur Sumatera sampai pegunungan ke laut Tawar sekitar daerah Tongging. Haranggaol. Marga Purba Tambak, istilah yang digunakan untuk menyatakan keturunan dari satu golongan dari Kerajaan Silau. Keturunan Purba Tambak pertama bernama Jigou dengan gelar Penghulu Tambak Bawang. Keturunan kedua juga bergelar Penghulu Tambak Bawang hingga dinobatkan menjadi Raja Silau, yang berkedudukan di Silau Bolak, sekaligus memulai sejarah adanya Kerajaan Dolok Silau. Raja Dolok Silau yang ke-13 bergelar Tuan Bandar Alam Purba Tambak yang merupakan raja terakhir hingga terjadinya revolusi sosial di Sumatera Timur (localnews2008). Kerajaan Dolok Silau di Pematang Dolok Silau.
http://sopopanisioan.blogspot.com
6. Kerajaan Tanoh Jawa
Kerajaan Tanah Jawa marga Sinaga dengan wilayah bagian hilir pantai Timur Sumatera sampai ke pegunungan Simanuk-manuk terus ke laut tawar sekitar daerah Panahatan perapat. Menurut versi Simalungun, Sinaga menjadi salah satu dari 4 marga asli suku Simalungun saat terjadi “Harungguan Bolon” (permusyawaratan besar) antara 4 raja besar (Raja Nagur, Raja Banua Sobou, Raja Banua Purba, Raja Saniang Naga) untuk tidak saling menyerang dan tidak saling bermusuhan (marsiurupan bani hasunsahan na legan, rup mangimbang munssuh). 

Keturunan dari Raja Saniang Naga di atas adalah marga Sinaga di Kerajaan Tanah Jawa, Batanghio di Asahan. Saat kerajaan Majapahit melakukan ekspansi di Sumatera pada abad XIV, pasukan dari Jambi yang dipimpin Panglima Bungkuk melarikan diri ke kerajaan Batanghiou dan mengaku bahwa dirinya adalah Sinaga. Menurut Taralamsyah Saragih, nenek moyang mereka ini kemudian menjadi raja Tanoh Djawa dengan marga Sinaga Dadihoyong setelah ia mengalahkan Tuan Raya Si Tonggang marga Sinaga dari kerajaan Batangiou dalam suatu ritual adu sumpah (Sibijaon). Walaupun begitu ada juga yang menyebutkan bahwa Sinaga keturunan raja Tanoh Djawa berasal dari daerah Naga Land (Tanah Naga) di India Timur yang berbatasan dengan Myanmar (Wikipedia: Sinaga). Raja pertama dari Kerajaan Tanah Jawa ialah Tuan Sorgalawan Sinaga. Tuan Kaliamsjah merupakan raja ke-12 hingga terjadinya revolusi berdarah (sinagaeone.bolgspot.com).

7. Kerajaan Raya
Marga Saragih pertama (Hasusuran-1) itu sendiri muncul saat salah seorang Puanglima (Panglima) dari kerajaan Nagur dijadikan menantu oleh Raja Nagur dan selanjutnya mendirikan satu kerajaan baru di Raya (di sekitar daerah yang kini disebut Pematang Raya. Tuan Pinang Sori merupakan Raja yang pertama menjadi Raja Raya. Raja terkenal dari kerajaan Raya ini ialah Tuan Rondahaim Saragih Garingging, yang gagah perkasa melawan Belanda yang tidak pernah dapat dikalahkan Belanda sampai akhir hayatnya. Tuan Yan Kaduk Saragih Garingging merupakan raja terakhir yang ke-17 dari dinasti ini yang berakhir pada masa revolusi berdarah tahun 1946 (Wikipedia: Saragih).
http://sopopanisioan.blogspot.com
8. Kerajaan Purba
Rumah Bolon Pematang Purba sendiri merupakan kediaman Raja Purba yang pertama kali diduduki Tuan Pangultop-ultop (1624-1648), yang kemudian diteruskan secara turun-temurun dengan sebuah tradisi budaya setempat. Raja terakhir yang memimpin adalah Raja Tuan Mogang, yang konon jasadnya hingga kini belum ditemukan. Disinyalir raja ini wafat ketika revolusi sosial berlangsung di Simalungun pada tahun 1947 (tonggo.wordpress.com). Kerajaan Purba di Pematang Purba.

9. Kerajaan Silimakuta
Terdapat tujuh generasi raja yang memerintah Silimakuta. Oleh karenanya,Girsang, pendiri Kerajaan Silimakuta, diperkirakan hidup pada abad ke-18. Kerajaan Silimakuta ini didirikan oleh Datu Parulas dan mendirikan kampungnya Naga Saribu yang menjadi ibukota kerajaan Silimakuta (Wikipedia: Girsang). Kerajaan Silimakuta di Nagasaribu.
 
Tujuh Raja raja simalungun 
1. Tn Gomok Saragih Garingging I Pematang Raya Radja Raya
2. Tn Bosar Sumalam Purba Dasuha I Pematang Panei,.Radja Panei
3. Tn Sang Madjadi Sinaga Dadihoyong I Pematang Tanah Djawa,Radja Tanah Djawa
4. Tn Ragaim Purba Tambak I Pematang Dologsilou,Radja Dologsilou
5. Tn Padiraja Purba Girsang I Naga Saribu,Radja Silimakuta
6. Tn Sawadin Damanik I Pematang Siantar ,Radja Siantar
7. Tn Karel Tanjung ( Parjabayak ) Purba PakPak I Pematang Purba.Radja Purba
Demikianlah kerajaan-kerajaan yang pernah bangkit di Tanah Simalungun terdiri dari tiga fase yang berakhir pada fase ketiga. Kerajaan-kerajaan yang tujuh pada fase terakhir dari kerajaan di Simalungun ini berakhir dengan terjadinya revolusi berdarah pada tahun 1946 di Sumatera Timur. ***



Telah dimuat di:
Harian BATAK POS
Edisi Sabtu, 19 Januari 2013
http://sopopanisioan.blogspot.com

No comments:

Post a Comment