13 Penerima Kalpataru Prihatin Kondisi Danau Toba
16/10/2011 10:52 WIB
Sumber:
Politikindonesia - Ekosistem Danau Toba belakangan ini kian terganggu keseimbangannya. Tak ingin kerusakan menjadi semakin lebih parah, sebanyak 13 kelompok pengabdi lingkungan penerima penghargaan Kalpataru Sumatera Utara menyatakan komitmennya untuk menyelamatkan danau kebanggaan Provinsi Sumut tersebut.
Mereka akan menyampaikan deklarasi sebagai komitmen melestarikan lingkungan dan seruan penyelamatan Danau Toba di depan Menteri Lingkungan Hidup Gusti Muhammad Hatta.
Ketua Yayasan El Shaddai Toba Samosir, Marandus Sirait, mengatakan, dokumen deklarasi akan diserahkan lima orang utusan kader lingkungan hidup pada acara revitalisasi peran para penerima Kalpataru, hari Kamis (20/10) di Taman Eden Kecamatan Lumbanjulu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatera Utara
“Penyampaian deklarasi bertujuan untuk membangun kesatuan dan kesamaan persepsi di antara para penerima Kalpataru. Yakni sebagai bentuk komitmen terhadap kepedulian perbaikan kualitas ekosistem Danau Toba yang dewasa ini kian terganggu keseimbangannya,” kata Marandus Sirait, di Lumbanjulu, Minggu (16/10).
Sebelumnya, sejak tahun 1980 hingga 2011, pemerintah telah menganugerahkan Kalpataru kepada 285 orang/kelompok masyarakat yang tersebar di berbagai daerah dan 13 orang/ kelompok. Di antaranya berasal dari Provinsi Sumatera Utara.
Marandus, yang juga penerima Kalpataru kategori Perintis Lingkungan tahun 2005 itu menyebutkan, dirinya merasa ngeri memikirkan dampak yang terjadi atas kerusakan ekosistem danau Toba. “Jika terus dibiarkan degradasinya akan semakin parah, ditambah pembalakan liar terhadap kawasan hutan di wilayah tersebut.”
Menurut Marandus, gerakan moral serta tanggungjawab menyelamatkan danau kebanggaan bangsa tersebut merupakan panggilan nurani dan bukan keterpaksaan, yang tentunya harus diperlihatkan dengan aksi nyata.
"Dengan pernyataan sikap 'Clean up The Lake dan Green up The land' mari kita selamatkan Danau Toba, sebab kekayaan alamnya yang luar biasa sudah termasuk dalam daftar keajaiban dunia," kata Marandus.
Lebih jauh Marandus menjelaskan, kondisi danau terbesar di Asia Tenggara tersebut sudah semakin kritis, sebab dari luas 260.000 hektar, sekitar 100.000 hektar ekosistemnya sudah rusak. Keindahannya dikotori sampah dan polusi, bahkan hutan sebagai resapan air pun banyak yang telah dibakar.
Menurut Marandus, kegiatan revitalisasi peran penerima Kalpataru tersebut guna mengendalikan pencemaran dan kerusakan lingkungan dan pihaknya telah berkoordinasi dengan pemerintah daerah, dan Pusat PLH Eko Region Sumatera, serta para penerima Kalpataru dari berbagai wilayah.
(wan/rin/dir)
No comments:
Post a Comment