Ditinjau dari kacamata etnomusikologi, gondang merupakan salah satu jenis musik tradisi Batak Toba. Namun gondang juga dapat diterjemahkan sebagai komposisi yang ditemukan dalam jenis musik tersebut. Ada dua ensembel musik gondang, yaitu Gondang Sabangunan yang biasanya dimainkan di luar rumah, di halaman rumah, dan Gondang Hasapi yang biasanya dimainkan dalam rumah.
Gondang Sabangunan terdiri dari sarune bolon (sejenis alat tiup-â€oboâ€), taganing (perlengkapan terdiri dari lima kendang yang dikunci punya peran melodis dengan sarune), gondang (sebuah kendang besar yang menonjolkan irama ritme), empat gong yang disebut ogung dan hesek sebuah alat perkusi (biasanya sebuah botol yang dipukul dengan batang kayu atau logam) yang membantu irama.
Sarune Bolon adalah alat tiup double reed (obo) yang mirip alat-alat lain yang bisa ditemukan di Jawa, India, China. Pemain sarune mempergunakan teknik yang disebut marsiulak hosa (mengembalikan napas terus-menerus) dan biarkan pemain untuk memainkan frase-frase yang panjang sekali tanpa henti untuk menarik napas.
Menurut Viky, keunikan musik gondang terletak pada tangga nadanya. Ia menjelaskan, tangga nada pada musik gondang dikunci dalam cara yang hampir sama dengan tangga nada diatonis mayor yang ditemukan di musik Barat. “Sejauh yang saya tahu, tidak bisa ditemukan di tempat lain di dunia ini,†ujar Viky.
Seperti musik gamelan yang ditemukan di Jawa dan Bali, sistem tangga nada yang dipakai dalam musik gondang punya variasi di antara setiap ensembel, variasi ini bergantung pada estetis pemain sarune dan pemain taganing. Kemudian ada cukup banyak variasi di antara kelompok dan daerah yang menambah diversitas kewarisan kebudayaan ini yang sangat berharga.
Ogung terdiri dari empat gong yang masing-masing punya peran dalam struktur irama. Pola irama gondang disebut doal, dan dalam konsepsinya mirip siklus gong yang ditemukan di musik gamelan dari Jawa dan Bali, tetapi irama siklus doal lebih singkat.
Sebagian besar repertoar Gondang Sabangunan juga dimainkan dalam konteks ensembel Gondang Hasapi. Ensembel ini terdiri dari hasapi ende (sejenis gitar kecil yang punya dua tali yang main melodi), hasapi doal (sejenis gitar kecil yang punya dua tali yang main pola irama), garantung (sejenis gambang kecil yang main melodi ambil peran taganing dalam ensembel Gondang Hasapi), sulim (sejenis suling terbuat dari bambu yang punya selaput kertas yang bergetar, seperti sulim dze dari China), sarune etek (sejenis klarinet yang ambil peran sarune bolon dalam ensembel ini), dan hesek (sejenis alat perkusi yang menguatkan irama, biasanya alat ini ada botol yang dipukul dengan sebuah sendok atau pisau).
Tangga nada yang dipakai dalam musik gondang hasapi hampir sama dengan yang dipakai dalam Gondang Sabangunan, tetapi lebih seperti tangga nada diatonis mayor yang dipakai di Barat. Ini karena pengaruh musik gereja Kristen.
Sayangnya kekayaan musik gondang kurang mendapatkan perhatian. Beberapa musisi menyambung napas musik gondang yang tengah tersengal antara mati dan hidup dengan mengadakan acara Gondang Naposo. “Mirisnya acara tersebut diadakan oleh Dewan Kesenian Jakarta,†kata Jeffar.
Ada banyak jalan yang dapat ditempuh untuk menyelamatkan musik tradisional seperti gondang, di antaranya dengan mengadakan pertunjukkan yang dikemas secara modern. “Media berperan besar dalam menciptakan tren,†ujar Viky.
Senada dengan Viky, Jeffar juga menyarankan agar musisi lebih sering melakukan pertunjukkan musik tradisonal. Selain itu, ia juga menghimbau agar para musisi populer menyelipkan satu dua lagu dalam albumnya, untuk mempengaruhi anak muda. “Mereka punya pengaruh yang sangat besar,†tuturnya. (Grathia Pitalok)
Sumber:
http://www.bengkelmusik.com/forum/archive/index.php/t-3008.html
No comments:
Post a Comment