Saturday, April 28, 2012

Masyarakat Batak telah mengenal demokrasi sebelum kolonial


Friday, 20 November 2009

Masyarakat Batak telah mengenal demokrasi sebelum kolonial




Warta  
WASPADA ONLINE MEDAN - Peneliti Universitas Leiden Belanda, Johann Angerler, mengatakan, jauh sebelum era kolonialisme masyarakat Batak Toba telah mengenal demokrasi.    

“Sistem sosial politik orang Batak Toba pada saat itu telah memiliki institusi-institusi politik dalam bius (organisasi-organisasi teritorial mandiri), yakni semacam pemimpin sekuler dan pemimpin bius ini disebut dengan raja bius,” katanya di Medan, siang ini.    

Menurutnya, pada awalnya, sebelum prakolonial masyarakat Batak Toba digambarkan sebagai masyarakat tanpa negara (stateless society), diatur secara terpisah-pisah (segmentarily) dan memiliki sebuah sistem sosial yang relatif egaliter.     

Dalam bius terdapat parbaringin yakni struktur hierarkhis sebagai pemimpin yang mengurusi upacara dan ritual yang berbeda dari datu yang dilihat sebagai ahli sihir.    

Pengaruh parbaringin terhadap dimensi sosial politik masyarakat sangat krusial, setiap parbaringin mewakili kelompok yang berbeda dalam bius organisasi teritorial Batak Toba.

 "Kedudukan parbaringin bisa diturunkan dan biasanya diwariskan dari ayah ke anak laki-laki tertua. Melalui sebuah upacara, mereka sekaligus mengatur siklus tanam dan menjaga sistem irigasi,"katanya.     

Melalui  pengetahuan mereka yang luas dan pelaksanaan ritual sebagai instrumen yang terpenting, mereka dapat mempengaruhi proses politik dan ekonomi. Parbaringin memiliki andil kekuasaan dalam organisasi-organisasi teritorial lokal, namun mereka bukanlah penguasa sesungguhnya, meskipun mereka disebut raja.    

Disamping Parbaringin, katanya, juga dikenal pemimpin lainnya dalam suatu bius yang disebut dengan Paniaran, yakni pemimpin perempuan dalam suatu bius.  Tugas-tugas paniaran ini adalah untuk menyampaikan aspirasi perempuan dalam bius, atau sebagai bentuk saluran aspirasi keterwakilan perempuan di tingkat regional bius.    

"Jadi sesungguhnya konsep bius, parbaringin, dan paniaran itu adalah spirit demokrasi bagi masyarakat Batak Toba sebelum era kolonialisme Belanda di tanah Toba,"katanya.



Sumber:
Waspada Online

No comments:

Post a Comment