Serat Kehidupan Ulos Batak
TEMPO Interaktif, Jakarta:Ulos
dalam bahasa Batak berarti kain. Dan biasanya ulos dihadiahkan kepada
anak, sanak saudara, tamu dan sebagainya. "Ulos memilki peran pemberi
kehidupan dalam setiap ritual siklus kehidupan keluarga Tapanuli.
Sekarang ulos tak hanya mewakili orang Batak, tapi ia serat kehidupan
lokal di Tanah Air," kata perancang Merdi Sihombing yanag ditemui di
sebuah acara pameran kerajinan Indonesia di Jakarta beberapa waktu lalu.
Perancang
yang melakukan eksplorasi terhadap ulos dari bahan katun keras menjadi
bahan sutra lemas cantik dan menarik ini menuturkan ulos sebagai simbol
kreasi dan kesuburan. Menurutnya menenun kain adalah membuat suatu
kreasi, suatu obyek yang baru. Seperti menciptakan lagu yang terwujud
dimonitor oleh waktu, begitu pula Merdi menilai sehelai ulos muncul
sebagai ekspresi dari waktu yang ditanamkan penenun.
Merdi
meyakini ulos menjadi metafor yang tidak saja waktu tetapi juga hasil
penciptaan atau pembuahaan. Misalnya anak yang baru lahir diberi ulos
dan bila meninggalkan dunia, jasadnya tertutup oleh ulos. Sepasang
suami istri yang belum dikarauniai keturunan, sering dilakukan upacara
pemberian ulos dari orang tua untuk si anak. "Maksudnya supaya ulos
dapat memberkati pasangan tersebut bisa punya anak. Ulos Batak merupakan
serat kehidupan," ungkap Merdi.
Fungsi lainnya
ulos sering diberikan kepada sang ibu yang sedang mengandung supaya
mempermudah lahirnya sang bayi ke dunia dan untuk melindungi ibu dari
segala mara bahaya yang mengancam saat proses persalinan.
Kemudian
ia menyebutkan ulos narsitogutoguan atau tenun ulos berbentuk tabung
yang ujung-ujungnya tidak dipotong tapi dibiarkan menyambung. Orang
percaya bahwa tenunan yang berkesinambungan ini melambangkan kehidupan
anaknya, sebagai lanjutan dari generasi yang satu ke generasi
berikutnya. "Ulospun bermakna metamorfosis yang berkaitan dengan waktu
dan siklus hidup."
Ragam hias ulos Batak umumnya
berasal dari Jaman Perunggu atau jaman kebudayaan Dongson yanag datang
dari Tonkin dan Annam Utara yang terlihat dari hiasan nekara perunggu di
jaman tersebut. "Pada upacara pernikahaan ulospun berperan penting.
Mangulosi ke dua pengantin mempunyai arti memberkati dan mempersatukan
keluarga menjadi keluarga besar," paparnya. Biasanya tutur Merdi, ke dua
pengantin diulosi oleh ayah pengantin perempuan dengan sehelai ulos
ragi hotang (hotang berarti rotan, lambang hidup panjang)yang memberikan
tidak saja berkat tapi juga mengharapkan kehidupan pengantin berjalan
langgeng.
Pada ulos ragidup sebagai unsur penting
dalam pembentukan ulos sebagai simbol kehidupan. Pada ulos yang relatif
baru ini biasanya bagian tenunan putih disambung pada bagian yang
berwarna lebih gelap dengan menjahitnya dengan tangan. Ada pula ragidup
yang tidak memakai sambungan yang dijahit, tetapi benang lungsi bagian
putihnya ditenun disambung merupakan perpanjangan dari bagian lebih
gelap.
Fungsi lain yang tak kalah penting ujar
Merdi, selain dipakai dalam upacara adat, ulospun dipakai untuk menari.
Ulos digantungkan di bahu atau di leher silih berganti sebagai tanda
penghormatan dan penghargaan. "Hal inipun menandakan sebuah
persahabatan, sebagai atanda pengakuan bahwa si penerima ulos akan
menjadi salah satu anggota keluarga."
Sumber:
http://www.tempo.co/read/news/2009/03/17/108165180/Serat-Kehidupan-Ulos-Batak
No comments:
Post a Comment