Sunday, April 22, 2012

Bersama Menyelamatkan Danau Toba

Rabu, 28 Des 2011 08:48 WIB
Bersama Menyelamatkan Danau Toba

Akhir-akhir ini gelombang seruan untuk menyelamatkan Danau Toba semakin besar dan kuat. Seruan ini memiliki dua makna. Pertama, adanya kegelisahan dan keresahan masyarakat dengan melihat kondisi Danau Toba yang semakin kritis. Kedua, muncul harapan dan semangat baru untuk menyelamatkan Danau Toba demi kehidupan yang lebih baik di masa depan.

Jika kita melihat kondisi Danau Toba belakangan ini, terjadi kerusakan yang sangat parah. Kerusakan disebabkan oleh kesadaran lingkungan masyarakat yang rendah, pembangunan yang eksploitatif tanpa memperhatian aspek lingkungan, ketidakberdayaan dan ketidakseriusan pemerintah, dan longgarnya peraturan tentang lingkungan dan tata ruang. Dengan demikian, secara umum kerusakan itu disebabkan oleh ulah manusia itu sendiri.

Dalam praktiknya, kerusakan itu bisa melalui pembuangan limbah ke danau, perambahan hutan di sekitar danau, dan usaha keramba apung yang tidak terkendali. Akibatnya adalah terjadi pencemaran air, penurunan permukaan air, hilangnya beberapa hewan air, tumbuhnya tanaman enceng gondok yang merusak keindahan alam Danau Toba, timbulnya berbagai penyakit, dan kerusakan ini tentunya menghambat pariwisata.

Kerusakan Danau Toba juga bisa mengakibatkan kehancuran budaya masyarakat sekitar terutama dalam cara berpikir dan cara hidup. Tidak tertutup kemungkinan, kerusakan Danau Toba juga akan melahirkan konflik sosial budaya pada masyarakat setempat. Perasaan diperlakukan tidak adil secara sosial, ekonomi, dan budaya, tentunya bisa menjadi pemicu konflik.

Tanpa ada upaya yang serius untuk menyelamatkan Danau Toba, maka dipastikan persoalan yang akan dihadapi semakin besar ke depan. Oleh sebab itu, sudah menjadi keharusan untuk mengambil langkah strategis guna menyelamatkan Danau Toba. Tetapi yang perlu dipikrikan adalah bagaimana supaya upaya itu bisa menguntungkan secara ekologi dan ekonomi, supaya sejalan dengan cita-cita kemerdekaan, yakni terciptanya masyarakat adil dan makmur.
Upaya Penyelamatan

Memang upaya penyelamatan Danau Toba bukanlah hal yang mudah seperti membalikkan telapak tangan. Meskipun demikian, tiada kata terlambat demi perubahan yang baik. Kendala yang paling besar dalam penyelamatan danau terbesar di Indonesia ini adalah mengubah pola pikir dan gaya hidup serta membentuk kesadaran lingkungan, baik dari masyarakat maupun pemerintah itu sendiri.

Oleh karena itu, yang pertama dan terutama harus dilakukan adalah membentuk kesadaran lingkungan. Tujuannya adalah bagaimana supaya semua pihak merasa bahwa danau ini adalah milik bersama. Juga menyadari bahwa persoalan kerusakan Danau Toba adalah persoalan bersama. Sehingga ada komitmen bersama untuk meyelamatkannya secara bersama demi kepentingan bersama. Jadi, Danau Toba bukan hanya milik dan tanggungjawab masyarakat setempat, tetapi semua masyarakat (baik global maupun nasional) bertanggungjawab terhadap kelestarian danau ini.

Proses membentuk kesadaran ini dapat dilakukan melalui pendidikan, pelatihan, bimbingan, penyuluhan, serta menggunakan sarana media komunikasi dan informasi seperti koran, majalah, televisi, jejaring sosial, dan media lainnya. Proses ini juga perlu melibatkan tokoh masyarakat, tokoh agama, akademisi, mahasiswa, pers, dan LSM. Sekali lagi tujuannya adalah untuk menebarkan benih-benih kesadaran lingkungan.

Selain itu, cara paling strategis untuk menanamkan kesadaran lingkungan kepada masyarakat khususnya generasi muda adalah melalui pendidikan formal. Bisa melalui mata pelajaran muatan lokal yang diberikan kepada siswa sekolah dasar (SD) hingga sekolah menengah atas (SMA). Misalnya mata pelajaran pendidikan sadar budaya dan lingkungan. Muatan lokal atau mata pelajaran tersebut bisa dirancang sedemikian rupa agar peserta didik memiliki semangat kebersamaan dalam menyelamatkan lingkungan khususnya Danau Toba dengan berpijak pada kearifan lokal.

Kedua, dibutuhkan keseriusan pemerintah (pusat dan daerah) dengan mengedepankan kepentingan masyarakat luas, bukan kepentingan pemilik modal. Pemerintah hendaknya bisa merangkul masyarakat dan menjadikan mayarakat sebagai subyek dalam upaya penyelamatan dan pelestarian Danau Toba. Merangkul masyarakat dilakukan secara dialogis dan melalui pendekatan budaya.

Rencana pengembangan Danau Toba sebagai industri wisata andalan Sumatera Utara (Sumut) mulai 2012 patut didukung. Hanya saja, jangan sampai rencana-rencana seperti ini berhenti di tengah jalan dengan berbagai alasan, misalnya soal anggaran. Atau jangan sampai proses pengembangan ini justru menyingkirkan masyarakat dengan mengatasnamakan pembangunan, yang  hanya menguntungkan segelintir elite dan pemilik modal.

Ketiga, perlu ada aturan yang jelas dan tegas dalam penyelamatan Danau Toba. Aturan-aturan itu bisa dalam bentuk peraturan daerah (Perda) yang menjadi rambu-rambu kelancaran pelestarian danau tersebut. Misalnya memberikan sanksi yang tegas kepada pihak-pihak yang mencemari danau, pelaku perambahan hutan di daerah tangkapan air, mengatur lokalisasi usaha keramba apung, dan mengatur tata ruang.

Obyek Wisata Andalan
Selanjutnya, penyelamatan dan pelestarian Danau Toba ini akan sendirinya memuluskan industri pariwisata di Sumut. Tinggal bagaimana strategi mempromosikannya kepada masyarakat dunia, serta membangun budaya dan ekonomi kreatif yang menarik minat wisatawan. Dalam tahap ini juga, masyarakat harus tetap dilibatkan sebagai pelaku. Sehingga pengembangan Danau Toba sebagai obyek wisata andalan Sumut benar-benar mendatangkan keadilan dan kesejahteraan.

Semoga melalui momen Pesta Danau Toba (PDT) pada 27-30 Desember 2011, menjadi momen hadirnya titik terang penyelamatan dan pengembangan Danau Toba demi kesejahteraan masyarakat. (Jhon Rivel Purba)

Penulis adalah mantan ketua KDAS (Kelompok Diskusi dan Aksi Sosial)
http://www.medanbisnisdaily.com/news/read/2011/12/28/73462/bersama_menyelamatkan_danau_toba/#.T0aE7Hma7hg

No comments:

Post a Comment