• Peninggalan Masa Kejayaan Islam di Barus


    PUTRA BARUS - Barus merupakan pelabuhan niaga samudera diperkirakan sudah ada sejak 3000 tahun sebelum Masehi. Hal ini didasarkan pada temuan bahan pengawet dari berbagai mummy Fir'aun Mesir kuno yang salah satu bahan pengawetnya menggunakan kamper atau kapur barus. Kristal kayu itu yang paling baik kualitasnya kala itu hanya ditemukan di sekitar Barus. Seorang pengembara Yunani, Claudius Ptolomeus menyebutkan bahwa selain pedagang Yunani, pedagang Venesia, India, Arab, dan juga Tiongkok lalu lalang ke Barus untuk mendapatkan rempah-rempah.

    Pada sekitar tahun 627-643 atau tahun pertama Hijriah kelompok pedagang Arab memasuki pelabuhan Barus. Diantara mereka tercatat nama Wahab bin Qabishah yang mendarat di Pulau Mursala pada 627 M. Ada juga utusan Khulafaur Rasyidin bernama Syekh Ismail yang singgah di Barus sekitar tahun 634. Sejak itu, bangsa Arab (Islam) mendirikan koloni di Barus. Bangsa Arab menamakan Barus dengan sebutan Fansur atau Fansuri, misalnya oleh penulis Sulaiman pada 851 M dalam bukunya Silsilatus Tawarikh.

    Sejak itu Islam berkembang di Barus. Islam berkembang di Barus dibawa oleh para penyebar agama Islam. Seorang sejarawan, Dada Meuraksa mengatakan Islam masuk ke Barus pada tahun I Hijriah, berdasarkan penemuan batu nisan Syekh Rukunuddin di komplek pemakaman Tuan Mahligai. Dari Barus agama Islam berkembang ke Aceh yang melahirkan Kerajaan Samudra Pasai.
    Perhitungan masuknya Islam di Barus itu didukung pula dengan temuan 44 batu nisan penyebar Islam di sekitar Barus yang bertuliskan aksara Arab dan Persia. Sehingga Barus juga dikenal dengan julukan KOTA KERAMAT 44.

    Sejarah awal masuknya Islam ke Nusantara melalui Barus ini tidak banyak yang tahu. Karena Barus terlanjur terlupakan dan menjadi sebuah kampung yang terpencil dan tidak tercatat oleh sejarah. Hal ini dikarenakan sejarah telah lebih banyak mencatat kerajaan Samudra Pasai sebagai kerajaan Islam pertama di Nusantara. Dan Barus juga tidak mempunyai peninggalan Islam yang bersifat monumental seperti layaknya mesjid-mesjid di pulau Jawa.
    Tetapi sebagai bukti awal masuknya Islam di Nusantara ini melalui Barus dapat kita lihat dari makam para penyebar agama Islam disana, yang oleh masyarakat setempat disebut TUAN. Ada banyak “tuan” di Barus, tetapi banyak diantaranya sudah punah karena kurang perhatian dari pemerintah. Diantara TUAN yang bisa dikunjungi al:

    TUAN DIATAS
    Makam Syekh Makhmud. Diperkirakan sebagai penyebar agama Islam pertama. Makam terletak di bukit Papan Tinggi dengan ketinggian 200 meter diatas permukaan laut. Desa Pananggahan berjarak 4 km dari pusat kota Barus.

    TUAN MAHLIGAI
    Makam Syekh Rukhunudin. Nisan tertulis tahun 48 H. Terletak di Desa Aek Dakka, berjarak 6 km dari pusat kota Barus.

    TUAN BATU BADAN
    Makam Syekh Ibrahim. Terletak di Desa Bukit Hasang, berjarak 3 km dari pusat Kota Barus.

    TUAN MAKHDUM

    TUAN AMBAR
    Makam tidak dikenal. terletak di Desa Pananggahan, berdekatan dengan situs Palinsir.
    TUAN GUNUNG
    Makam tidak dikenal. Terletak di Desa Pananggahan berdekatan dengan sirus Palinsir.

    TUAN PALINSIR
    Salah satu komplek makam yang cukup luas dengan peninggalan yang banyak pula. Tetapi saat ini sudah tidak ada karena terlanjur dibuat oleh masyarakat setempat sebagai kebun singkong.

    Sumber:
    http://kotabarus.blogspot.com/2011/08/peninggalan-masa-kejayaan-islam-di.html