SEJARAH SUKU KARO
by Ngajarsa Sinuraya Bre Bangun on Friday, 17 June 2011 at 03:51
MIGERASI:>>>>>Pada pra- sejarah terjadi perpindahan bangsa- bangsa termasuk di Asia yang khusus ke Indonesia datang dari ASia Selatan dan Tenggara . Percampuran darah terjadi antar bangsa- bangsa tersebut dengan penduduk yang telah bermukim sebelumnya di Nusantara ini merupakan nenek moyang kita dan pada umumnya yang mendiami pesisir sebagai orang bahari. Menurut Versi Karo : Leluhur hidup dari menangkap ikan , bertani,berburu,berdagang , mengarungi samudra luas. Hal ini diseritakan bersambung hampir setiap malam di lantai lumbung padi yang dinamakan " Jambur " dari purbakala hingga menjelang tahun 1940 di daerah yang penduduknya suku Karo . Cerita yang bersambung yang mengenai seluk beluk asal muasal suku Karo , kebudayaan, bahasa dan adat istiadat serta perjuangan hidupnya basanya di namakan " Turi- turin atau Terombo Karo ". Setiap cerita ditayangkan melalui lagu merdu pada malam hari dini hari selama tujuh malam.Aku dulu pernah menmdengarkan cerita bersambung itu sebelum memasuki bangku sekolah . Karena sudah di lalui puluhan tahun, bisa jadi ada kelupaan dalam menguraikan inti sarinya, terutama pencocokan daerah kejadian saat dipergunakan pengetahuan umum geografi dan sejarah dunia atau nasional dalam keadaan tertentu menurut suasana hikayatnya. Pada pokok hikayat di uraikan bahwa nenek moyang itu datang ke pesisir Indonesia umumnya dan Sumatera khususnya yang menurut logat mereka "... reh ku pertibi enda si la ertepi enda... " dari dua " negeri nini pemena " yaitu leluhur Pemula, datang dari dari dari negeri yang disebut " YUNA ( YUNAN ) ialah dari Cina Selatan dan Asia Tenggtara serta " BARAT " yakni Asia Selatan ( India , Pakistan, Banglades, dan lain- lain ). Yang datang dari negeri " Yuna " itu masih tergolong " animisme " atau " agama pemena " , sedanmgkan yang berasal dari " Barat " sudah ber agama Budha . Suku- suku bangsa pesisir yang saling bercampur darah ( perkawinan ) sesamanya inilah merupakan nenek moyang suku Karo setelah kelak masuk ke daerah pedalaman ( Pembauran ). PEMUKIMAN DATARAN TINGGI KARO .Leluhur kita yang yang bermukim disepanjang pesisir Sumatera berkembang memeluk kepercayaan yang beraneka ragam yaitu animisme , Budha , Hindu,danlain lain, sebelum maupun sesudah berdiri Negara Nasional I, ( Kedatuan Sriwijaya ) dan Negara Nasional II , ( Keprabuan Majapahit ), anatra abat VII- XVI . Kerja nenek moyang kita selaku kaum bahari dan pedagang ,, maqka sudah jelas mereka pun bergaullah dengan orang asing yang memeluk pelbagai agama ; termasuk Muslim , sehingga kian lama makin banyaklah agama yang dianut penduduk.Perbedaan agama pun tak dapat dihindahkan . Yang dalam turi- turi Karo diceritakan bahwa dalam satu keluarga mungkin terdapat dua atau beberapa kepercayaan yang berlainan satu dengan yang lainnya. Begitu juga bangsa asing yang memeluk pelbagai macam agama datang ke Indonesia umtuk berdagang sambil menyiarkan agamanya masing- masing selain membawa ke agama juga mengenai kebudayaan mempengaruhi tata kehidupan pendududk. Demikian lah seorang pedagang Venesia benama Marcopola pada tahun 1292 telah menyaksikan m,berkembang pesat penyiaran agama Islam didaerah Aceh yaitu Samudra Pasai dan Peureulak. Pada tahun 1345, menurtut Ibnu Batulah ,sudah mapan benar agama Islam sebagai anutan penduduk Di Samudra Pasai , yang keterangannya ini diperkuat puloa oleh musyapir Cina bernama Ceng Ho, yang berkunjung ke daerah tersebut tahun 1405.
Menurut versi karo,; pada masa- masa itulah terjadai perubahan tata kemasyrakatan yaitu kaum yang tak hendak memeluk agama Islam membentuk kelompok - kelompok . Lalau berpindah ke daerah pedalaman meninggalkan sanak keluarga yang telah mayoritas beragama Islam. Kemudian agama Isalam meluas berkembang sepanjang pesisir; terutama dalam pemerintahan Sultan Iskandar Muda ( 1607 - 1636 )., maka terjadilah apa yang dinamakan " Mburo Bicok Pertibin ", yaitu mengadakan pengungsian secara besar- besaran dengan bertekad untuk tidak akan kembali lagi ke negeri asal buat selama- lamanya. Diceritakan pada masa itu hutan raya di daerah pedalaman belum dihuni oleh manusia . Bahasa " kita " ialah cakap melawi -- , yang kemudian berubah seperti yang sekarang ini. Perubahan bahasa terjadi akibat peroses pembauran melalui puak- puak dan saling mempengaruhi satu dengan lainnya dalam kehidupan adalah logis. Sebagian mereka yang masuk kepedalaman dari arah pantai Timur maupun dari arah pantai Barat, pulau Sumatera. Mereka yang tertinggal adalah sudah memeluk agana Islam dan hijrah tidak hendak memeluk Islam .Perjalanan memasuki rimba hutan belantara itu, sangat sukar, perlu ada peminpin atau Panglimanya. Mereka masuk dan beranggapan bahwa ditempat yang dituju itu religinya / kepercayannya itu akan aman dilanjutkan sebagai warisan newnek moyangnya.Diketahui dalam hikayat bahwa pemeluk Islam , selalu mangadakan pendekatan dengan saudara- saudaranya yang kini berada di wilayah pegunungan dan bergaul saling berkunjung , akhirnya , kaum yang tadinya mempertahankan kebiasaan memuja religi nenek moyangnya itu pelan- pelan di tinggal mereka dan mereka memeluk Islam. Atau diam- diam status quo, sementara menimbang- nimbang mana patut dilanjutkan dan mana patut diterima, atau ditolak.Selanjutnya perjalanan yang sedemikian jauhnya yang disebut ke - dataran tinggi dinyatakan sebagi " taneh tumpah darah " yang baru kemudian di berikan nama " TANAH KARO SI MALEM ; PERTIBI PERTENDIN MERGA SI LIMA; SI ENGGO KA REH IBAS DESA SI WALUH NARI "Tanah Karo Si Malem artinya : peryataan bahwa tanah tumpah darah yang baru itu nnyaman, hidup atau mati, akan dipertahankan selamanya. Pertibi Pertendin Merga Silma artinya: Dibata yang telah menetapkan daerah ini untuk pemukiman kaum yang LIMA MERGA terdiri dari : Karo- Karo , Ginting, Sembiring, Tarigan , Perangin- angin.. Sienggo ka reh ibas desa siwaluh nari artinya: untuk jangka waktu yang lama tak henti- hentinya datang rombongan pengungsi dari segala penjurui mata angin( delapan penjuru ) kedataran tinggi. Sehingga menjadi buah bibir setiap ada rombongnan terlihat datang dari pesisir , terucaplah kata- kata, enggo ka reh... enggo kalakreh enggo kalakreh...( Kareh ) kemudian berubah sebutannya kalak reh, kareh ... kare, Karo , menjadi ... KARO, yang artinya kalak= orang . reh = datang,Karo = orang datang. Artinya menjadi; orang yang datang sengaja mengungsi untuk mempertahankan religinya/ kepercayaaannya . Mewreka datang dan mengharukan, sebab perjalan mereka itupun jauh, lebih kita terharu, KALAK AROE = KARO Mereka itu melanglang, berani, harus keras hati, mandiri, budi luhur tyetapi suka bermusyawarah dan mau menerima tidak kaku. terlihat dalam perkembangannya Merga Karo- Karo, Perangin- mangin , Sembiring sebelum berangkat meninggalkan leluhurnya di " Barat " tempo dulu sudah memiliki Indentitas berupa Merga dan BERUPA MERGA DAn cabang Merga , seperti Merga Ginting dan Merga Tarigan bersasal dari YUna ( Wilayah Selatan ; bahkan ada hubungan atas serangan Mongolia dari utara Jengis Khan dsb ) Jatidiri berupa " Merga " telah disandang turun temurun. Oleh karena itu sekalipun kelompok itu tiba, mendapat kemudahan untuk mengelompokkannya sesuai Merga yang disebutkan orang yang baru deatang. Di Suku Karo hanya ada LIMA MARGA, dan cabang tiap marga, sekalipun hal itu tdak terlalu banyak, tidak mencapai ratusan jumlahnya keseluruhannya dari cabang Merga Silima hanya 75. merga jadinya.Meneliti sejarah maka pemukiman orang Karo di dataran tinggi diperkirakan pengungsian awal sekitar tahun1350-an dan terbanyak tatkala pemerintahan Sultan Iskandar Muda tahun 1660-an sehingga disimpulkan bahwa sudah ada orang Karo tahun 1300-an.Orang Karo yang datang dengan rombongan tepo dulu ke hutan rimba raya tidaklah besar, sekalipun persyaratannya bherangkat "KUH SANGKEP SITELU " yaitu Kalimbubu,Senina, Anak Beru . Contohnya dalam ceriitra bahwa rombongan K ARO mergana , berangkat dari LINGGA RAJA menuju dataran tinggi, sampailah di puncak " Deleng Penolihen " yaitu pegunungan antara " Tiga Lingga - Tiga Binanga" terpaksa di tunda perjalannya. Sekalipun jumlah rombongan sebelas, tetapi tertinggal anak beru-nya Prangin- angin mergana. Terpaksa di jemput lagi kearah asal atau memberi ganti nya sebagai " anak beru ". Terpenuhilah syarat tadi , tiba mereka disuatu lokasi dan mendirikan " KUTA LINGGA PAYUNG ". Sejak itu nama bukit barisan diantara Karo - Dairi disebutkan oleh orang Karo " Deleng Kuh Sangkep ".Setiap orang Karo mesti dapat dimasukkan dalam salah satu diantara lima marga tersebut diatas, sebab barang siapa yang yang tak hendak memakai indentitas demikian, tidak akan diakui sebagai " Kalak Karo " yang dinamakan '; nasap tapak nini" misalnya, banyak dahulu terjadi orang yang "tercela ahlaknya " di desanya lalu merantau kenegeri lain tanpa mejunjujng tinggi merganyas atau menggantinya, orang yang memeluk agama Islam dengan menghilangkan indentitasnya itu seraya mengaku orang Melayu kampung atau " kalak Maya- Maya" terutama di mKaro Jahe " dan lain- lain . Tetapi sebaLIKNYA SETELAH TERBENTUK SUKU KARO DAHULU ADA ORANG DARI SUKU SEKALI PUN YANG OLEH SESUAtu SEBAB MISALNYA, MENGADAKAN PERKAWINAN DENGAN ORANG KARO BISA DITERIMA BERMERGA ATAU MEMILIKI BERU PADA SALAH SATU MERGA DI Antara yang lima .tersebut.
" Merga " ialah indentitas pria yang diturunkan terhadap putranya dan dinamakan " beru " kepada putrinya misalnya Ginting putranya bermerga Ginting serta putrinya " beru Ginting ". Beru adalah indentitas wanita yang diturunkan terhadap putra - putrinya umpamanya , beru Karo, diturunkan kepada putra putrinya dengan sebutan bere- bere Karo.. Semua indentistas tersebut merupakan lambang suci yang dalam bahasa Karo dinamakan :" Tanda Kemuliaan " yang untuk menghitung" berapa tingkat keturunan telah berlangsung merga atau ab marega yang bersangkutan hingga dirinya sendiri sejak dari nenek moyang yang dahulu berangkat dari negeri asalnya " yaitu( Barat ) bagi keturunan Karo- Karo , Perangin- angindan Sembiring, sedangkan " Yuna " untuk Ginting serta Tarigan. Hitungan jumlah tingkat keturunan itu dinamakan " Beligan Kesunduten Nini Adi " yang dahulu turun temurun diceritakan sehingga tahulah sesorang akan asal usul dan nenek moyangnya Putra - Putri yang seketurunan pantang mengadakan kawin mawin sesamanya, sebab indetitasnya akan sama buat selama- lamanya, kendatipun dengan memakai " Sub Merga " yaitu "nama khusus " yang diciptakan berdasarkan keluarga tertentu dalam suatu desa dan/atau sesuatu peristiwa dahulu yang merupakan aliran darah khas pula , namun harus tunduk kepada pokok merga , Merga Silima. Jadi orang Karo terbentukl dari bermacam- macam suku atau puak bangsa yang oleh pengaruh lingkungan daerahnya membentuk watak, adat istiadat dan masyrakatnya yang tertentu yang membuat punyai perasamaan serta perbedaaan dengan suku- suku bangsa Indonesia lainnya, namun bersifat " mandiri " dalam arti sejak dahulu bebas merdeka mengatur pemerintahannnya. Akan tetapi karena Tanah karo merupakan daerah pedalaman yang tak akan dapat berswasembada dalam segala hal akan kebutuhan hidupnya, maka terpaksa jugalah mereka mengadakan hubungan dengan "suku " atau " bangsa lain " lain terutama bahan makanan seperti garam yang bdisebut " Sira :Mereka langsung menyebarkan pendudukinya keluar batas dataran tinggi karo yang berguna sebagai daerah pengubung dan penyangga seranbgan dari luar yang menurut logat mereka dinamakan " Negeri Perlanja Sira Ras Pulu Dagang "., yang kini daerah- daerah tersebut ialah Aceh Tenggara , Dairi, Tapanuli Utara,, Simalungun demikian sekelumit ceritanya maka nama pegunungan yang puncak- puncaknya antara lain gunung Snabung- Sibayak dinamakan orang Karo deleng Merga silima. Sibar em lebe aron sisangana cio cio bas saponta enda, bujur ras mejuah - juah ita kerina
aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa aaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaaa
Share
- Sri Malem Ginting Manik likes this.
- Ngajarsa Sinuraya Bre Bangun Sri Malem Gintings @ Bujur ibas responndu e bagepe rikut rasc jempoldue nangdangi pesan sebagai persinget nginget nginget silupana sinipeseh manbanta kerina enda17 June at 08:38 · 1 person
- Ngajarsa Sinuraya Bre Bangun Betro Tarigan terima ksih atas jempolnya terhadap komen pesan yang disampaikan ini17 June at 16:20
No comments:
Post a Comment