Tuesday, April 24, 2012

MASYARAKAT KARO TIDAK PERNAH BERKEPERCAYAAN BATAK


MASYARAKAT KARO TIDAK PERNAH BERKEPERCAYAAN BATAK

Oleh: Ngajarsa Sinuraya Bre Bangun
Tanah Karo  adalah terletak mulai dari selatan tepi Danau Toba bagian Timur laut  terbentang luas ke utara samapai ke Selat Malaka  dan dari sebelah barat mulai dari perbatasan   Aceh sampai  keperbatasan Simalungun di sebelah tenggara  dan timur. Daerahnya disebelah barat mulai dari perbatasann Aceh sampai ke perbatasan Simalungun di sebelah tenggara  dan timur . Daerahnya disebelah barat dan selatan bergunung- gunung , termasuk bagian- bagian  dari Bukit Barisan atau dataran tinggi, sedangkan bagian utara  dan timur adalah dataran rendah. Sebagai batas dari  dataran tinggi dan rendah ini terletak gunung- gunung  tinggi yaitu Gunung Sinabung ( 2451 M diatas permukaan Laut ) sebalah  barat dan Gunung Sibayak ( 2060 M  diatas permukaan laut ) sebelah timurnya. Sungai yang terbesar di tanah Karo ada 2 ( dua ) yang pertama  bernama  Sungai Wampu  yang bermuara   ke Selat malaka . Sungai ini berasal dari  Lau Biang ( Sungai Anjing ) didataran tinggi Karo dan dan yang kedua  Sungai Simpang yang bermuara  Singkil  di lautan Indonesia  di pantai  Pulau Sumatera  bagian barat Aceh selatan. Sungai ini berasal dari  Lau Jandi dan Lau Bengap Renun  menjadi Sungai Simpang kanan dan Sungai simpang kanan bergabung dengan sungai simpang kira dan hasil penggabungan ini menjadi simpang kiri( Rawe Alas )  bersala dari dataran tinggi Tanah Karo.Kedua  muara  sungai - sungai  ini  sangat erat sekali hubungannya  dengan suku  Karo. Muara sungai Simpang  adalah tempat mendaratnya  pertama kali nenek moyang  orang- orang Karo  baik yang datangnya dari perbatasana Buram dan Thailan maupun yang datangnya dari Maderas  India Selatan , seperti merga Sembiring Melialala  dan lainnya .  Sedangkan Muara Sungai Wampu terkenal dengan  Kerajaan AROE atau AROE wampu    ( Kl 1200 - 1505 ) , sedangkan  pada priode itu di tapanuli  ada pula kerajaan Batak dengan segala kepercayaannya  itu yang diperintah oleh seorangt raja  dengan gelar Sori (  Seri ),  Manga ( Maha  besar )  Raja  ( Raja )  berkedudukan diSianjur  Sagala Limbong Mulana ( sekarang disebut tempat itu  Tanjung Bunga ).Kerjaaanya orang Karo  didataran rendah pantai   Selat Malaka selama  14 generasi. di Abad  ke  X I X  Tanah Karo dataran rendah ini terbagi menjadi kesultanan Langkat dan tanah Deli  serta tanh- tanah di kiedua kesultanan ini  dibagi- bagi oleh pemerintah Belanda  memnjadi tanah- tanah Konsesi  selam 99 tahun brelaina halnya dengan dataran tinggi Karo dimana daerah ini pada Abad 19  penduduknya masih hidup dialam merdeka dibawah p pemerintahan setempat secara regional yakni : Sibayak- Sibayak dengan sistim Pemerintahan Adat dibawah  pengaruh pemerintahan  Aceh. Pada thn 1128 . M.  daerah dataran rendah  Karo  atu  lajim juga disebut  Karo Jahe ,  telah masuk pengaruh agama Islam  dari Kesultanan Daya Pasae  ber mazhab Syi "ah  Fathimiah yang berpusat dimuara  Pasai Aceh,  sedangkan di daerah  dataran Tinggi  Karo atau  Pegunungan opada Abad ke XIX  tersebut diatas penduduk   Karo belum ada yang memeluk agama Islam, kecuali seorang  Raja  daro Kerajaan JUHAR  yaitu  Sebayak  Kaeisar( Kaisar   panggilan tenteranya , tentera jawi yang terdiri dari orang- orang Singkil, Alas dan Gayo  berasal dari daerah Aceh  dan kesemuanya telah beragama Islam ). Tiga bersaudara lelaki putra dari JUHANG( panggilan JUANG )  TARIGAN  dan ibunya  beru Sebayang dari Rumah  Jahe  Perbesi ,bersama istrinya bernama Paras  beru Sebayang dari  Kula / Singalorlau dan seaorang anaknya  Sebayak Juan ( Pa Jalapi ). Dan inipulah latar belakang sejarah mengapa merga  Trigan Sibero  dari Kerajaan Juhar  ini oleh pemerintah Belanda  dikucilkan karena Belanda Khuatir pengaruh Aceh yang melawan  tetap ada di Kerajaan ini kemudian hari  sehingga  Sibayak Kaisar  adalah  salah seorang sahabat dari Sultan Daut dari Kerajaan Aceh dan Sultan ini menganjurkan  supaya  Sibayak  Kaisar memeluk agama Islam, maka inilah orang Karo  di dataran Tinggi yang pertama  menjadi Islam dan meninggalkan kepercayaan  agama  pemena asal kata  Brgu  suatu sekte agama Hindu  Ciwa.Pada permulaan  abad XX  tahun ( 1904 - 1905 )  seluruh dataran tinggi Karo ini peraktis telah  diduduki oleh tentera Belanda  dan Kapten  Coleijn menjadi  penguasa perang daerah militer ( Militair Gezaghebber ) didataran tinggi  Karo  dan sebelumnya telah mengetahui  keadaan raj- raja  dan rakyatnya di daerah ini dan  Poortman mantan  Controleur Sipirok di daerah Tapanuli diangkat menjadi  Reggeringsgemachtigde Belanda  di dataran tinggi Karo  dan menetapkan  Kabanjahe sebagai  ibu kota dataran tinggi ini.Poortman dari Sipirok membawa  baginda Johannes  Pohan seorang guru  Zending dan menerpakan  menjado manteri  Polisi  di kabganjahe  dan kedu8anya  berjasa untuk menegakkan  Pax Newerlandica  disamping  Law  and Order  di daerah ini.
by: Ngajarsa Sinuraya Bre Bangun





No comments:

Post a Comment