DANAU TOBA : Danau Vulkanik Terbesar di Dunia
Posted on03 February 2011.
Mengunjungi Sumatera Utara belum lengkap rasanya jika tak mampir di Danau Toba dan Pulau Samosir yang berada di tengah-tengahnya. Danau vulkanik terbesar di dunia ini, selain menyajikan keindahan alam, juga menjadi tempat tujuan wisata budaya yang menarik.
Menuju Danau Toba dari Kota Medan, dapat ditempuh lewat dua jalur, yakni jalur Pematang Siantar dan jalur Brastagi. Jalur Pematang Siantar yang berakhir di Parapat, kota kecil di tepi Danau Toba, memakan waktu kurang lebih 4 jam dengan mobil. Untuk mencapai Pulau Samosir, kita masih harus menyeberang menggunakan kapal motor atau ferry dari dermaga Ajibata di Parapat. Kurang lebih satu jam lama pelayaran menuju Tuk-Tuk, kampung wisata di Samosir.
Melalui jalur Brastagi, kita bisa mencapai Pulau Samosir tanpa harus menyeberang menggunakan kapal. Soalnya ada jembatan yang menghubungkan daratan Sumatera dengan Pulau Samosir di Pangururan, ibukota Kabupaten Samosir. Secara geografis, Pulau Samosir sebenarnya merupakan sebuah semenanjung yang terhubung ke daratan Sumatera lewat Pangururan. Dari Brastagi menuju Pangururan kira-kira tiga jam lama perjalanan menggunakan mobil.
Apa pun jalur yang kita pilih, kedua jalur tadi memiliki daya tarik masing-masing. Jika memilih jalur Pematang Siantar, dari Kota Medan kita akan melewati kota-kota seperti Lubuk Pakam, Tebingtinggi, Pematang Siantar dan berakhir di Prapat, kota kecil di tepi Danau Toba. Di jalur ini, kita akan banyak melewati wilayah perkebunan, seperti kelapa sawit, karet dan coklat. Menjelang masuk Parapat, kita bisa menyaksikan pemandangan Danau Toba di sisi kanan jalan. Di sepanjang jalan menurun ini, terdapat banyak warung kopi yang bertengger di tebing dengan view ke Danau Toba dan Pulau Samosir. Sungguh indah pemandangan dari sini.
Sedangkan lewat jalur Brastagi, kita akan melewati tempat wisata Brastagi, yang mirip-mirip kawasan Puncak di Bogor. Setelah menempuh perjalanan tiga jam dari Brastagi, kita akan memasuki Tele, sebuah titik tertinggi di tepi Danau Toba yang sering diselimuti kabut dan sangat dingin. Tele merupakan jalan penghubung dari daratan Sumatera menuju Pulau Samosir. Jalur ini disebut pula sebagai jalur darat karena kita bisa langsung ke Pulau Samosir tanpa harus menyeberang Danau Toba. Cuma jalur ini cukup menyeramkan. Selain menurun dan berkelok-kelok, jalanan juga sempit dan sepanjang sisinya terdapat jurang yang dalam. Tetapi pemandangan dari sini luar biasa indahnya. Sepanjang jalan ini kita bisa melihat pemandangan indah Danau Toba yang ada di bawah.
Ada dua lokasi wisata yang wajib dikunjungi jika jalan-jalan ke Danau Toba, yakni Tuk Tuk dan Tomok. Kedua tempat ini berada di Pulau Samosir. Tuk Tuk dikenal sebagai desa resort, sedangkan Tomok adalah desa wisata budaya. Jika kita memilih jalur Pematang Siantar, maka dari Prapat kita harus menyeberang menggunakan kapal menuju dua lokasi ini. Sebaliknya, kita bisa langsung ke Tuk Tuk atau Tomok langsung dari daratan Sumatera dengan menggunakan mobil, jika menggunakan jalur Brastagi-Pangururan. Di Pangururan ada tempat permandian air panas yang perlu dicoba untuk melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan ke Tuk Tuk.
Tuk Tuk
Tuk Tuk adalah semenanjung kecil di sebelah timur Pulau Samosir yang menjorok ke Danau Toba. Desa ini sejak tahun 1960 berkembang menjadi lokasi wisata. Ada banyak hotel, tempat penginapan, cafe, bar, dan rumah makan di sini. Tuk Tuk sangat tenang, sejuk, dan cocok untuk bersantai. Pemandangan Danau Toba di semenanjung ini memang cukup memukau. Pantainya relatif bersih dan seperti pantai laut. Di sini kita bisa berenang dan berjemur. Wajar jika TukTuk menjadi persinggahan para turis yang ingin berkeliling Samosir.
Di Tuk Tuk ada beberapa toko yang menjual suvenir khas Batak, rental mobil, sepeda motor, sepeda, dan travel biro. Selain itu Tuk Tuk juga menawarkan relaksasi. Ada beberapa tempat istirahat yang menyajikan panorama keindahan teluk dan hamparan Danau Toba, terutama di saat matahari terbenam. Di perkampungan ini juga dapat kita saksikan sendiri pembuatan pakaian khas Batak Ulos yang masih ditenun secara tradisional.
Untuk mencapai Tuk Tuk dari dermaga Ajibata di Parapat, kita menggunakan boat atau kapal kayu berlantai dua.Lama perjalanan sekitar 45 menit. Penyeberangan biasanya ramai pada Sabtu, Minggu, dan hari libur. Di Tuk Tuk, boat akan langsung merapat di dermaga penginapan yang sudah kita pesan. Sekadar informasi, biasanya penumpang kapal dari Parapat menuju Tuk Tuk sudah menentukan dermaga tujuannya, karena masing-masing penginapan atau hotel yang berada di tepi danau punya dermaga sendiri-sendiri.
Tomok
Tomok adalah tempat wisata budaya di Pulau Samosir. Kurang lebih 30 menit lama perjalanan dengan boat dari Parapat. Di tempat ini akan kita jumpai tenpat-tempat yang sangat khas nuansa Batak-nya. Di sini kita bisa melihat makam-makam raja penguasa Tomok dulu, seperti Makam Raja Sidabutar. Ada pula Gereja HKBP Tomok yang megah dan menghadap ke danau. Juga ada Museum Batak dan Batu Pengadilan, yang letaknya lumayan jauh dari Tomok.
Makam Raja Sidabutar berbentuk segi empat dengan ukiran kepala besar di depannya dan ukiran seorang pria berpeci yang sedang duduk, diapit oleh dua buah patung gajah kecil. Di sebelah kanan makam terdapat patung meja kursi dan di depannya ada sekitar 12 patung kecil dengan wajah yang berbeda-beda, tetapi dengan posisi tangan di dada. Raja Sidabutar adalah penguasa Samosir jaman dahulu. Ukiran pria berpeci yang sedang duduk itu adalah panglima kepercayaan raja, yakni Panglima Guru Mamahaji. Panglima ini konon berasal dari Aceh. Patung-patung kecil adalah ukiran Sang Raja, sementara meja kursi adalah tempat pengadilan kerajaan.
Satu atraksi budaya yang tak boleh dilewatkan di Tomok adalah Sigalegale. Yakni sebuh patung dari kayu yang mengenakan baju adat Batak lengkap dengan ulosnya. Dikendalikan oleh seorang dalang, Sigale-gale bisa menari tarian Batak dengan diiringi musik khas Batak.
Menurut cerita, Sigalegale adalah nama seorang bangsawan di Pulau Samosir yang meninggal dunia. Orang tuanya sangat sedih atas kepergian untuk selamanya sang buah hati. Maka untuk menghibur diri, mereka membuat boneka Sigalegale, yang mirip si anak yang meninggal tadi. Tetapi ada pula versi lain. Ritual Sigalegale dulunya dilakukan manakala seorang warga yang tak dikarunia anak lakilaki merninggal dunia. Boneka Sigalegale dihadirkan dalam upacara penguburan, dimana Sigalegale berfungsi sebagai pengganti anak laki-laki.
Parapat
Mereka yang tidak ingin menginap di Pulau Samosir, bisa memilih menginap di Parapat. Kota kecil di tepian Danau Toba ini merupakan kota wisata. Di sini ada banyak hotel rumah makan, dan toko souvenir. Kota ini berada di tepi Danau Toba. Hawanya sangat sejuk sehingga cocok untuk istirahat. Kehijauan dan kesegaran udara dari pohon-pohon karet dan perkebunan kelapa sawit, langsung menyapa mata begitu kita memasuki kota ini. Hamparan bukit menghijau ikut menambah keindahan kota ini.
Seperti halnya kota pantai, di Parapat kita bisa berenang sepuasnya, naik sepeda air, berwisata keliling Pulau Samosir dengan kapal, atau sekedar jalan-jalan menikmati pinggiran pantai. Di Dermaga Parapat, kita juga bisa menyaksikan atraksi anak-anak yang melompat dari perahu lalu menyelam berebut uang koin yang dilemparkan oleh para penumpang kapal atau pengunjung dermaga. (RG)
http://jakartamagazine.com/2011/02/03/danautoba-danau-vulkanik-terbesar-di-dunia/
Posted on03 February 2011.
Mengunjungi Sumatera Utara belum lengkap rasanya jika tak mampir di Danau Toba dan Pulau Samosir yang berada di tengah-tengahnya. Danau vulkanik terbesar di dunia ini, selain menyajikan keindahan alam, juga menjadi tempat tujuan wisata budaya yang menarik.
Menuju Danau Toba dari Kota Medan, dapat ditempuh lewat dua jalur, yakni jalur Pematang Siantar dan jalur Brastagi. Jalur Pematang Siantar yang berakhir di Parapat, kota kecil di tepi Danau Toba, memakan waktu kurang lebih 4 jam dengan mobil. Untuk mencapai Pulau Samosir, kita masih harus menyeberang menggunakan kapal motor atau ferry dari dermaga Ajibata di Parapat. Kurang lebih satu jam lama pelayaran menuju Tuk-Tuk, kampung wisata di Samosir.
Melalui jalur Brastagi, kita bisa mencapai Pulau Samosir tanpa harus menyeberang menggunakan kapal. Soalnya ada jembatan yang menghubungkan daratan Sumatera dengan Pulau Samosir di Pangururan, ibukota Kabupaten Samosir. Secara geografis, Pulau Samosir sebenarnya merupakan sebuah semenanjung yang terhubung ke daratan Sumatera lewat Pangururan. Dari Brastagi menuju Pangururan kira-kira tiga jam lama perjalanan menggunakan mobil.
Apa pun jalur yang kita pilih, kedua jalur tadi memiliki daya tarik masing-masing. Jika memilih jalur Pematang Siantar, dari Kota Medan kita akan melewati kota-kota seperti Lubuk Pakam, Tebingtinggi, Pematang Siantar dan berakhir di Prapat, kota kecil di tepi Danau Toba. Di jalur ini, kita akan banyak melewati wilayah perkebunan, seperti kelapa sawit, karet dan coklat. Menjelang masuk Parapat, kita bisa menyaksikan pemandangan Danau Toba di sisi kanan jalan. Di sepanjang jalan menurun ini, terdapat banyak warung kopi yang bertengger di tebing dengan view ke Danau Toba dan Pulau Samosir. Sungguh indah pemandangan dari sini.
Sedangkan lewat jalur Brastagi, kita akan melewati tempat wisata Brastagi, yang mirip-mirip kawasan Puncak di Bogor. Setelah menempuh perjalanan tiga jam dari Brastagi, kita akan memasuki Tele, sebuah titik tertinggi di tepi Danau Toba yang sering diselimuti kabut dan sangat dingin. Tele merupakan jalan penghubung dari daratan Sumatera menuju Pulau Samosir. Jalur ini disebut pula sebagai jalur darat karena kita bisa langsung ke Pulau Samosir tanpa harus menyeberang Danau Toba. Cuma jalur ini cukup menyeramkan. Selain menurun dan berkelok-kelok, jalanan juga sempit dan sepanjang sisinya terdapat jurang yang dalam. Tetapi pemandangan dari sini luar biasa indahnya. Sepanjang jalan ini kita bisa melihat pemandangan indah Danau Toba yang ada di bawah.
Ada dua lokasi wisata yang wajib dikunjungi jika jalan-jalan ke Danau Toba, yakni Tuk Tuk dan Tomok. Kedua tempat ini berada di Pulau Samosir. Tuk Tuk dikenal sebagai desa resort, sedangkan Tomok adalah desa wisata budaya. Jika kita memilih jalur Pematang Siantar, maka dari Prapat kita harus menyeberang menggunakan kapal menuju dua lokasi ini. Sebaliknya, kita bisa langsung ke Tuk Tuk atau Tomok langsung dari daratan Sumatera dengan menggunakan mobil, jika menggunakan jalur Brastagi-Pangururan. Di Pangururan ada tempat permandian air panas yang perlu dicoba untuk melepas lelah sebelum melanjutkan perjalanan ke Tuk Tuk.
Tuk Tuk
Tuk Tuk adalah semenanjung kecil di sebelah timur Pulau Samosir yang menjorok ke Danau Toba. Desa ini sejak tahun 1960 berkembang menjadi lokasi wisata. Ada banyak hotel, tempat penginapan, cafe, bar, dan rumah makan di sini. Tuk Tuk sangat tenang, sejuk, dan cocok untuk bersantai. Pemandangan Danau Toba di semenanjung ini memang cukup memukau. Pantainya relatif bersih dan seperti pantai laut. Di sini kita bisa berenang dan berjemur. Wajar jika TukTuk menjadi persinggahan para turis yang ingin berkeliling Samosir.
Di Tuk Tuk ada beberapa toko yang menjual suvenir khas Batak, rental mobil, sepeda motor, sepeda, dan travel biro. Selain itu Tuk Tuk juga menawarkan relaksasi. Ada beberapa tempat istirahat yang menyajikan panorama keindahan teluk dan hamparan Danau Toba, terutama di saat matahari terbenam. Di perkampungan ini juga dapat kita saksikan sendiri pembuatan pakaian khas Batak Ulos yang masih ditenun secara tradisional.
Untuk mencapai Tuk Tuk dari dermaga Ajibata di Parapat, kita menggunakan boat atau kapal kayu berlantai dua.Lama perjalanan sekitar 45 menit. Penyeberangan biasanya ramai pada Sabtu, Minggu, dan hari libur. Di Tuk Tuk, boat akan langsung merapat di dermaga penginapan yang sudah kita pesan. Sekadar informasi, biasanya penumpang kapal dari Parapat menuju Tuk Tuk sudah menentukan dermaga tujuannya, karena masing-masing penginapan atau hotel yang berada di tepi danau punya dermaga sendiri-sendiri.
Tomok
Tomok adalah tempat wisata budaya di Pulau Samosir. Kurang lebih 30 menit lama perjalanan dengan boat dari Parapat. Di tempat ini akan kita jumpai tenpat-tempat yang sangat khas nuansa Batak-nya. Di sini kita bisa melihat makam-makam raja penguasa Tomok dulu, seperti Makam Raja Sidabutar. Ada pula Gereja HKBP Tomok yang megah dan menghadap ke danau. Juga ada Museum Batak dan Batu Pengadilan, yang letaknya lumayan jauh dari Tomok.
Makam Raja Sidabutar berbentuk segi empat dengan ukiran kepala besar di depannya dan ukiran seorang pria berpeci yang sedang duduk, diapit oleh dua buah patung gajah kecil. Di sebelah kanan makam terdapat patung meja kursi dan di depannya ada sekitar 12 patung kecil dengan wajah yang berbeda-beda, tetapi dengan posisi tangan di dada. Raja Sidabutar adalah penguasa Samosir jaman dahulu. Ukiran pria berpeci yang sedang duduk itu adalah panglima kepercayaan raja, yakni Panglima Guru Mamahaji. Panglima ini konon berasal dari Aceh. Patung-patung kecil adalah ukiran Sang Raja, sementara meja kursi adalah tempat pengadilan kerajaan.
Satu atraksi budaya yang tak boleh dilewatkan di Tomok adalah Sigalegale. Yakni sebuh patung dari kayu yang mengenakan baju adat Batak lengkap dengan ulosnya. Dikendalikan oleh seorang dalang, Sigale-gale bisa menari tarian Batak dengan diiringi musik khas Batak.
Menurut cerita, Sigalegale adalah nama seorang bangsawan di Pulau Samosir yang meninggal dunia. Orang tuanya sangat sedih atas kepergian untuk selamanya sang buah hati. Maka untuk menghibur diri, mereka membuat boneka Sigalegale, yang mirip si anak yang meninggal tadi. Tetapi ada pula versi lain. Ritual Sigalegale dulunya dilakukan manakala seorang warga yang tak dikarunia anak lakilaki merninggal dunia. Boneka Sigalegale dihadirkan dalam upacara penguburan, dimana Sigalegale berfungsi sebagai pengganti anak laki-laki.
Parapat
Mereka yang tidak ingin menginap di Pulau Samosir, bisa memilih menginap di Parapat. Kota kecil di tepian Danau Toba ini merupakan kota wisata. Di sini ada banyak hotel rumah makan, dan toko souvenir. Kota ini berada di tepi Danau Toba. Hawanya sangat sejuk sehingga cocok untuk istirahat. Kehijauan dan kesegaran udara dari pohon-pohon karet dan perkebunan kelapa sawit, langsung menyapa mata begitu kita memasuki kota ini. Hamparan bukit menghijau ikut menambah keindahan kota ini.
Seperti halnya kota pantai, di Parapat kita bisa berenang sepuasnya, naik sepeda air, berwisata keliling Pulau Samosir dengan kapal, atau sekedar jalan-jalan menikmati pinggiran pantai. Di Dermaga Parapat, kita juga bisa menyaksikan atraksi anak-anak yang melompat dari perahu lalu menyelam berebut uang koin yang dilemparkan oleh para penumpang kapal atau pengunjung dermaga. (RG)
http://jakartamagazine.com/2011/02/03/danautoba-danau-vulkanik-terbesar-di-dunia/
No comments:
Post a Comment