Thursday, April 26, 2012

TWI Bukan Tak Mungkin Jadi Icon Keparawisataan


TWI Bukan Tak Mungkin Jadi Icon Keparawisataan


Kopi Sidikalang sudah menjadi trade mark dan produk andalan Kabupaten Dairi yang bukan saja untuk pasar lokal namun sudah menembus pasar ekspor. Sejalan dengan perkembangannya, kopi Sidikalang ternyata belum bisa menjadi andalan dalam mendongkrak Pendapatan Asli Daerah karena hingga tahun 2006 PAD Kabupaten Dairi hanya Rp 4,5 miliar.

Kabupaten Dairi salah satu kabupaten yang berada di pinggiran Danau Toba namun bagi dunia luar Danau Toba hanya indentik dengan kota Parapat sebagai pusat wisata. Upaya untuk mengimbangi Kota Parapat dapat dilakukan bila ada upaya untuk membangun fasilitas minimal bisa menyamai fasilitas wisata di Parapat.
Air terjun Sipiso-piso yang berada di Kabupaten Karo misalnya, dengan air terjun alam yang cukup indah tidak akan mungkin berharap ramai dikunjungi wisatawan kalau fasilitas wisata di kawasan itu tidak dibangun dan tidak ditata dengan baik.

Hal yang sama juga terjadi di sejumlah kawasan wisata lain di pinggiran Danau Toba bahwa fakta yang ada Danau Toba memang indah adanya namun untuk tingkat sekarang ini keindahan tidak akan cukup untuk modal mendatangkan wisatawan.

Kembali kita ke Kabupaten Dairi yang selama ini sudah dikenal dengan kopi Sidikalang, bahkan sebuah slogan telah dilahirkan agar semua orang mengingat kesan rasa Kopi Sidikalang, “tok-tok, kalau mengantuk minumlah semangkok kopi”. Namun trade mark itu belum mampu juga untuk mendongkrak PAD. Kondisi itu juga telah menyadarkan Kabupaten Dairi bahwa potensi alam juga lebih dahsyat untuk mengimbangi produk seperti kopi Sidikalang.

Sadar atau tidak Kabupaten Dairi bukan memilih bersaing dengan Parapat untuk mengelola keindahan Danau Toba melainkan memilih sebuah kawasan pegunungan yang dijadikan sebagai Kawasan Wisata Iman.
Hutan pinus seluas 130 ribu meter atau 13 hektar telah dirobah menjadi sebuah kawasan dengan sejumlah bangunan situs dan tempat ibadah dan dinamai dengan Kawasan Taman Wisata Iman (TWI) Sitinjo. Kawasan itu berada sekitar 152 km dari Medan dan dapat ditempuh sekitar 3 hingga 4 jam melalui jalur darat.

Sekda Kabupaten Dairi, Ir Bungaran Sinaga mengatakan bahwa ide pembangunan TWI bermula dari suatu sore 5 tahun lalu. Ketika itu Bupati Dairi, DR MP Tumanggor pulang dari Medan dan singgah di kawasan itu dan menyempatkan diri untuk berdoa di sebuah tempat yang paling tinggi di pebukitan itu. Dalam doanya disebutkan, ”ya Tuhan begitu indah Engkau ciptakan alam di Kabupaten Dairi ini”.

Sepulang dari kawasan itu MP Tumanggor yang sudah banyak menjalani berbagai daerah terutama tempat-tempat wisata mencoba menawarkan ide kepada tokoh-tokoh adat dan tokoh-tokoh agama serta warga setempat. Usulan itu berlanjut dengan pembahasan-pembahasan dan terakhir diwujd ukan dalam sebuah visualisasi.

Pembangunan jalan merupakan langkah awal dan membuat pola-pola yang akan dibangun secara berkesinambungan sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Upaya itu mendapat sambutan dari Pemprovsu dengan memberi anggaran dan bantuan perantau asal Dairi dan hingga saat ini sudah mencapai 70 persen dari perkiraan pembangunan seluruhnya.

Penamaan Taman Wisata Iman ternyata bukan sekedar nama melainkan memiliki fungsi yang sangat hakiki dan untuk membuat spesifikasi dalam menarik perhatian pengunjung. Kepala Bidang Dinas Pariwisata, Pardamean Silalahi yang khusus ditempatkan untuk mengelola TWI mengatakan “lebih baik 1 pengunjung yang datang tapi benar-benar untuk berwisata iman ketimbang 1000 orang tapi dengan tujuan yang macam-macam”.

Pernyataan itu dapat diterima karena ketika memasuki kawasan itu pertama yang dilihat adalah sebuah bangunan rumah ibadah Buddha yang cukup megah, kemudian berlanjut dengan situs yang bernuansa Kekristenan mulai dai situs Nabi Abaraham, Nabi Musa, Kota Betlehem, Kisah Yesus Memberi Makan 5000 orang, Taman Getsemani, Replika Perjalanan Salib (Via Dolorosa) yang melambangkan prosesi sengsara Yesus mulai dari fase penghakiman hingga penyaliban dengan situs Bukit Golgota. Di Tengah perjalanan juga dibangun sebuah Gua Patung Budan Maria yang diperuntukkan untuk Umat Katolik dan sebuah bangunan Gereja yang tidak kalah megahnya.

Tempat wisata iman untuk yang beragama Hindu dan Islam secara berturut-turut akan dapat dilihat dengan bangunan tempat ibadah Hindu dengan nuansa Bali dan Kompleks Muslim dengan bangunan Mesjid serta bangunan Ka’bah yang dapat digunakan untuk Manasik Haji.

Kawasan yang ditata dengan rapi dan indah bisa membawa setiap pengunjung larut dalam sebuah perenungan bahwa ciptaan Allah sangat indah. Bahkan dari gabungan secara keseluruhan kawasan itu menggambarkan kerukunan kehidupan antar umat beragama di Kabupaten Dairi.

Mendongkrak PAD
Sejak dibangun tahun 2001 lalu TWI telah menunjukkan prospek yang cukup menjanjikan. Menurut P Silalahi bahwa dalam 2 tahun terakhir walaupun pengerjaannya masih mencapai 70 persen telah dapat menambah PAD Kabupaten Dairi sekitar Rp 250 juta dengan jumlah pengunjung sekitar 148.200 orang.
Target semula yang diperkirakan dari kawasan itu sebenarnya tidak muluk-muluk dan hanya Rp 50 juta. Namun lonjakan pengunjung sejak awal Januari tahun 2006 TWI telah menjadi salah satu sumber PAD andalan. Untuk minggu pertama bulan Januari 2006 saja pengunjung yang terdata mencapai 11.623 orang dan berlanjut walaupun ada penurunan hingga bulan Agustus sudah mencapai 124.724 orang.

Deretan pedagang souvenir dan pedagang asongan telah pula menunjukkan bahwa kawasan itu telah membuka lapangan kerja bagi warga setempat. Walaupun produk yang dijual masih harus didatangkan dari luar, namun minimal sudah ada titik pemacu untuk melahirkan pengrajin-pengrajin yang bisa dipasarkan di kawasan itu. Kondisi fasilitas wisata yang masih minim seperti halnya perhotelan, air, sarana umum lainnya yang dapat membuat pengunjung merasa betah dan nyaman masih menjadi kendala dalam mewujukan TWI menjadi sektor andalan. P Silalahi yang sudah 2 tahun terlibat dalam pengelolaan taman itu, mengaku dengan berbekal pengamalam selama 29 tahun bekerja di Pemda DKI mencoba melakukan hal-hal yang dapat mendukung perkembangan TWI.

Pelaku wisata diakuinya belum bisa diandalkan dan masih membutuhkan pembinaan, ”Pernah suatu waktu seorang pengunjung bertanya, namun oleh pelaku wisata yang ada di kawasan itu dengan gamblang menjawab, “kau carilah disitu, untuk apa kau jalan-jalan disini”.

Sikap seperti itu akan diupayakan secara perlahan hilang seiring dengan pembinaan terhadap pelaku wisata yang akhirnya bisa menjadi guide bagi pengunjung dalam memberikan pelayananan yang memuaskan.
Sebuah konsep yang menjanjikan juga tengah direncanakan dengan membuat teropong yang akan dapat digunakan memantau seluruh pengunjung sekaligus dapat digunakan pengunjung melihat keindahan alam di luar kawasan Iman itu. Dengan asumsi setiap penggunaan teropong itu dikenakan biaya Rp 3000 per orang akan dapat menghasilkan uang RP 3 miliar dengan perkiraan pengunjung sebanyak 1 juta orang.
Keberhasilan Kabupaten Dairi membangun TWI merupakan salah satu terobosan untuk memanfaatkan alam dengan spesifikasi yang baru karena selain mendongkrak PAD juga menjadi simbol kerukunan umat beragama.

Antara harapan dan kenyataan, Sekda, Ir B Sinaga mengatakan bahwa pengelolaan TWI bukan tidak mungkin akan menjadi icon kepariwisataan bukan saja Kabupatean Dairi akan tetapi juga menjadi milik Sumut.

Pemkab memang menyadari tidak akan mampu untuk melakukan pengelolaan secara maksimal dan untuk itu akan tetap direncanakan untuk membentuk satu lembaga/wadah untuk melakukan penanganan apakah itu dalam bentuk otorita atau yang lain namun intinya untuk menjadikan kawasan wisata yang dikunjungi bukan saja tingkat lokal melainkan juga mencapai tingkat manca negara, tandasnya.
Tanpa melupakan produk andalan kopi Sidikalang melainkan menyandingkannya dengan potensi lain seperti tambang seng dan timah hitam yang sudah ditemukan dan tinggal merencanakan untuk mengeksplorasi, TWI akan menjadi pendukung dalam mendongkrak PAD Kabupaten Dairi ke depan. Semoga, Njuah-Njuah.

Laporan Wartawan SIB: Wilfrid Sinaga SH/Rikson Pardosi SSos

Sumber : (o) Harian SIB
http://www.silaban.net/2006/10/02/twi-taman-wisata-iman-bukan-tak-mungkin-jadi/

No comments:

Post a Comment