Friday, April 27, 2012

Terites dan Kecerdasan Masyarakat Karo Zaman Prasejarah


Terites dan Kecerdasan Masyarakat Karo Zaman Prasejarah


Pagit-pagit merupakan makanan khas suku Karo, yg sepengetahuan penulis tidak dimiliki oleh suku bangsa lain di belahan bumi ini. Pagit-pagit ini sendiri diambil dari makanan sapi yg sedang melakukan proses pembusukan (fermentasi) pada lambung ( sekum) yang memiliki banyak bakteri dan protozoa. Oleh karenanya menurut penelitian para ahli bahwa proses fermentasi bakteri selulotik pada lambung sapi merupakan bentuk simbiosis mutualisme yang dapat menghasilkan vitamin B serta asam amino yang sangat dibutuhkan oleh tubuh manusia dalam pembentukan protein. Di samping itu, bakteri ini dapat ,menghasilkan gas metan (CH4), sehingga dapat dipakai dalam pembuatan biogas sebagai sumber energi altematif.

Proses pembusukan tersebut hanya terjadi pada sistem pncernaan makan pada hewan mamah biak seperti sapi,lembu dan sebagainya. Makanya sangatlah mengherankan jika pada saat ini kita ada melihat rumah makan yang menyediakan pagit-pagit selain pagit-pagit lembu, seperti anjing (biang), Kelinci dan sebagainya.

Walau demikian saat ini pagit-pagit lebih identik dengan kotoran. Sehingga banyak orang mengatakan kalau orang Karo itu bangsa pemakan kotoran hewan. Apakah ini ada kaitannya dengan usaha-usaha kelompok tertentu yang ingin mendeskreditkan Karo, yang dimulai sejak zaman Belanda? Tidak diketahui pasti kapan rumor itu mulai beredar di masyarakat. Namun Kecendrungannya kita lebih memilih pada pemikiran bahwa orang Karo adalah orang yang cerdas. Sebab kalau ditelisik lebih jauh ternyata pagit pagit memiliki banyak faedah bagi tubuh manusia.

Kapan Terites atau Pagit-pagit dikenal di masyarakat Karo? Tidak dikethui pasti. Apakah sejak zaman kedatangan bangsa asing? Misalnya kedatangan Belanda atau lebih jauh mungkin jaman Keemasan bangsa Karo dengan Kerajaan Harunya sekitar abad ke 13. Karena kita tahu bahwa kerajaan Haru tumbuh dan berkembang dengan kerajaan Majapahit, Aceh, malaka, Johor, samudra Pasai dan sriwijaya.

Hal ini dapat diketahui dari bukti sejarah bahwa Haru pernah berperang dengan kerajan ini. Pada masa keemasaanya kerajaan Haru memiliki wilayah dariAceh Besar hingga kesungai Siak di Riau. Eksistensi Haru-Karo di Aceh dapat dipastikan denganbeberapa nama desa di sana yang berasal dari bahasa Karo. Misalnya Kuta Raja (Sekarang Banda Aceh), Kuta Binjei di Aceh Timur, Kuta Karang, Kuta Alam, KutaLubok, Kuta Laksmana Mahmud, Kuta Cane, Blang Kejeren, dan lainnya. (D.Prinst, SH: 2004) atau dari buku lainnya Aceh Sepanjang Abad (Mohammad Said : 1981) atau Tarikh Aceh dan Nusantara (Zainuddin :1961) ataukah sejak Karo dalam masa Pra sejarah.

Saya sendiri lebih memiliki kecendrungan sejak jaman prasejarah, ya Sejak Karo itu sendiri ada. Kalaulah benar pagit-pagit itu diadopsi dari luar, maka besar kemungkinan bahwa makanan itu juga ada di belahan bumi lainnya.

Jadi sudah sewajarnya kita bagga sebagai orang Karo. Sebab sebelum para ahli berkata bahwa pagit-pagit memiliki banyak faedah bagi tubuh, Karo Zaman Prasejarah sudah mengkonsumsinya. Saatnya berkata bahwa Karo adalah bangsa yang besar dan cerdas yang dapat disejajarkan dengan bangsa-bangsa lainnya dibelahan bumi ini. Sedikit penelitian mungkin perlu dilakukan untuk mengetahui bahwa kapan Teritis ( pagit-pagit) itu dikenal dalam masyarakat Karo. Sehingga nantinya dapat dipatenkan sebagai makanan khas milik orang Karo, agar tidak di klaim oleh suku lainnya dan bernasib sama seperti Reog yang diklaim Malaysia.


Shalman Purba

sumber : http://www.rumahbalai.co.cc/2011/02/pagit-pagit-dan-kecerdasan-masyarakat.html

No comments:

Post a Comment