Baru tentang Toba
REP | 15 October 2011 | 13:31
Liputan Khusus “Toba Mengubah Dunia”, benar – benar memberikan
pemahaman baru tentang “Toba”. Pandangan saya, dan mungkin sebagian
besar rakyat Indonesia, khususnya pembaca setia Harian Kompas tentu akan
berubah setelah membaca liputan khusus tersebut. “Bagaimana dikatakan
Toba mengubah dunia, Etta ?” kata teman di kantor. “Setahu saya Toba
itu nama sebuah danau yang ditengahnya terdapat Pulau Samosir, berada
di Sumatera Utara. Bagaimana dapat dikatakan sebuah danau mengubah
dunia ?” tanyanya bertambah. “Disinilah perlunya kita terus mengikuti
Liputan khusus tentang Ekspedisi Cincin Api. Danau Toba itu terbentuk
dari letusan Gunung Toba sekitar 74.000 tahun yang lalu”, jawab saya
sesaat setelah membaca Liputan Khusus (hal. 33 - 44), Kompas hari ini.
(15/10).
Sewaktu masih duduk di bangku Sekolah Dasar (SD), kita tentu masih
dapat mengingat dengan jelas betapa begitu banyak legenda, mitos atau
cerita rakyat yang dicecarkan masuk di kepala kita. Manfaatnya jelas,
tentu guru dan orang tua kita tersebut tak ingin melihat kita menjadi
anak yang durhaka dan tidak tahu terima kasih. Danau Toba yang saya
ketahui pun tak lepas dari mitos dan cerita rakyat seperti itu. Toba
adalah nama seorang petani nelayan yang tidak tahu terima kasih dan
lupa akan janjinya kepada isterinya—seorang perempuan cantik hasil
jelmaan dari ikan yang dipancingnya— untuk tidak menghardik anaknya
sebagai “anak ikan”. Sang anak yang tidak terima dihardik sebagai
“anak ikan” lantas menemui sang ibu yang kemudian menyuruhnya berlari
secepatnya ke puncak bukit. Seketika itu pula guntur dan kilat saling
menyambar diiringi hujan deras yang membawa air bah yang sangat
dahsyat. Toba kemudian tenggelam dalam danau yang terbentuk bersama
penyesalannya memaki anaknya, itulah Danau Toba, dan anak yang lari ke
puncak dataran yang tinggi, dalam legenda disebutkan itulah Pulau
Samosir, disitulah bersemayam Samosir, anaknya Toba.
Liputan khusus Ekspedisi Cincin Api
Toba pada awalnya sebenarnya adalah sebuah gunung yang muncul dari
aktivitas tektonik—yang membentuk dapur magma yang dalam ribuan tahun
makin membesar—pada salah satu sudut antar segmen di Sumatera bagian
utara. Toba yang kita pahami saat ini sebagai danau sebenarnya adalah
kaldera—semacam kubangan dalam istilah orang awam—yang terbentuk
sebagai dampak dari tiga kali letusan Gunung Toba. Letusan pertama,
840.000 tahun lalu, menghasilkan Kaldera Porsea. Letusan kedua,
501.000 tahun lalu menghasilkan Kaldera Haranggaol, dan Letusan
ketiga, 74.000 tahun lalu menghasilkan Kaldera Sibadung dan menyatunya
ketiga kaldera.
Menyatunya ketiga kaldera pada letusan terakhir 74.000 tahun yang
lalu, itulah yang kita pahami saat ini sebagai Danau Toba. Dahsyat
letusannya diperkirakan 300 kali dari letusan Gunung Tambora di Nusa
Tenggara Barat (NTB) pada Tahun 1815 yang menenggelamkan tiga kerajaan
lokal dibawahnya dan dikenang sebagai tahun tanpa musim panas.
Mengikuti liputan Ekspedisi Cincin Api, saya pun akhirnya percaya jika
dikatakan Gunung Toba mengubah Dunia. Kedahsyatan letusannya
memuntahkan 2.800 km3 piroklastik silica yang tersebar seluas 4 juta
km2 hingga menutupi Asia Selatan, Arab, India, dan Laut Cina Selatan.
Letusannya diyakini menutupi sebagian permukaan bumi selama enam tahun
dan beberapa peradaban manusia tenggelam dalam perut bumi.
Dasar danau (Kaldera) Toba yang mengalami pengangkatan akibat
kegiatan vulkanik dapur magma yang masih aktif, itulah yang kita kenal
selama ini sebagai Pulau Samosir. Pada dua sisi Kaldera Toba, terdapat
Gunung Pusuk Buhit dengan ketinggian 1.972 meter diatas permukaan
laut (mdpl) dan Gunung Sipisopiso dengan ketinggian 1947 mdpl,
dibawahnya keduanya terdapat dapur magma yang masih aktif hingga kini.
Masih terdapatnya dapur magma aktif di sekitar Kaldera Toba seakan
mengingatkan kita betapa sebenarnya kita harus waspada hidup di
negeri cincin api, walau kita begitu mengagumi dan mencintai Toba.
Keindahan yang tak pernah bosan jika dipandang, keindahan yang sama
ikut memesona dan memikat wisatawan domestik dan luar negeri. (*)
http://media.kompasiana.com/mainstream-media/2011/10/15/perspektif-baru-tentang-toba/
No comments:
Post a Comment