Thursday, October 9, 2014

Komponis Karo (Djaga Depari & Jusuf Sitepu)

Komponis Karo 

( Djaga Depari & Jusuf Sitepu )




Djaga Depari

Komponis nasional Djaga Depari tidak saja menulis lagu lagu romantika kehidupan orang Karo tapi beliau juga menulis lagu lagu yang bernafaskan perjuangan rakyat Karo menentang pendudukan bangsa bangsa asing dibumi Karo. Karya karyanya yang melukiskan perjuangan rakyat Karo inilah yang menasbihkan beliau sebagai seorang komponis nasional RI.

Djaga Depari dilahirkan di desa Seberaya, kecamatan Tiga Panah, kabupaten Karo. Dia tidak mempunyai pendidikan khusus di bidang musik tapi sangat piawai dalam menggesek dawai biola. Dia mengandalkan biola dalam meramu note note sebuah lagu.

Sebuah biola sangat menunjang perumusan note note lagu Karo yang memiliki kesenduan sebagai thema utamanya. Lagu lagu Karo yang diciptakan oleh Djaga Depari sangat mengena ditelinga orang Karo yang sangat menyukai lagu lagu sendu untuk menumpahkan suka duka kehidupan.

Apabila semangat patriotisme seorang Djaga Depari tergugah, maka note note lagu yang diciptakannya menjadi sangat berbeda . Langgam kesenduan lagu lagu Karo berubah menjadi hentak jiwa yang bergelora ingin membebaskan diri dari belenggu ketertindasan. Lagu ” Erkata Bedil ( Dentuman Senjata) ” menggambarkan semangat perjuangan yang dia embankan pada pemuda pemuda Karo untuk ikut mengangkat senjata melawan kuasa kuasa asing di tanah Karo walaupun pemuda pemuda itu sedang dilanda asmara. Lagu ini kemudian menjadi lagu nasional perjuangan rakyat RI.

Djaga Depari juga berpesan kepada pemuda pemuda Karo untuk mengutamakan kemerdekaan bangsa dan rakyat Karo. Hubungan hubungan romantis antara pemuda dan pemudi menjadi nomor dua dibawah kepentingan rakyat. Pesan ini dapat kita rasakan bila kita menyimak syair lagu ” Kemerdekaanta”. Dia melukiskan kata kata seorang pemuda kepada kekasihnya: “Bila kelak kita telah mendapatkan kemerdekaan negara ini, maka kita akan bersatu kepelaminan”. Ternyata memang semangat pemuda pemudi di Karo untuk memperjuangakn kemerdekaan menjadi membara dibawah komando seorang pemimpin tentara Djamin Gintings.

Dipuncak kreativitas Djaga Depari, keberadaan ekonomi dan teknologi tidak mampu mengangkat beliau kejenjang selibriti. Lagu lagunya tidak dapat diperdengarkan dengan mudah seperti dijaman ini. Lagu lagu itu hanya sering didengar dalam acara acara tahunan orang Karo didesa desa dinyanyikan oleh artis artis perkolong-kolong tanpa harus membayar royalti kepada Djaga Depari.

Djaga Depari menghabiskan masa masa tuanya dikampung Seberaya dengan menuliskan banyak lagu lagu Karo yang sekarang ini dengan mudah kita peroleh dalam bentuk pita kaset atau dvd yang diperdagangkan secara komersil. Beliau sudah mempersembahkan yang terbaik pada dirinya untuk bangsa Karo khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Untuk mengabadikan pengabdiannya, pemerintah propinsi Sumatera Utara mendirikan sebuah monument Djaga Depari dikota Medan? * thanks to mangsi ginting

Jusuf Sitepu

Jusup Sitepu (lahir di Karo, Sumatera Utara, 25 Desember 1947 – meninggal di Binjai, 24 November 1997 pada umur 49 tahun) adalah salah satu seniman Karo yang cukup populer dan melegenda di kalangan penikmat musik Karo. Menjelang akhir karirnya Jusup berhasil menembus dapur rekaman nasional lewat beberapa hasil karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Jusup Sitepu mengenyam pendidikan SD hingga SMP di kampung halamannya, dan menamatkan SMA di Pancur Batu Deli Serdang. Pada tahun 1967 Jusup melanjutkan studinya di kota Yogyakarta, namum kuliahnya di kota gudeg tersebut hanya berlangsung selama satu tahun karena Jusup lebih memilih mengembangkan bakatnya di bidang musik.

Pada tahun 1968 ketika Jusup mudik Tahun Baru ke kampungnya, dia memilih untuk tidak kembali ke Yogyakarta dan lebih memilih untuk bergabung dengan pemuda sebayanya membentuk sebuah group band yang saat itu diberi nama “The Giant Group”. Awalnya grup band mereka tidak memiliki alat sendiri, dan apabila ada tawaran manggung mereka akan menyewa alat dari kota Kabanjahe.

Personil-personil “The Giant Group” saat itu adalah : Jusup Sitepu pada vokal dan melodi gitar, Akum Tarigan pada gitar bass, Fransius Surbakti pada rithem, Metehsa Surbakti pada drum, Elia Rosa br Bangun dan Karolina br Purba pada vokal dan Riwanda Sebayang sebagai MC. Penampilan mereka mendapat sambutan hangat dari masyarakat dimana mereka mengadakan pertunjukan, dengan ciri khas mereka yang apa adanya dan petikan-petikan melodi gitar yang dimainkan oleh Jusup Sitepu. Akhirnya, walaupun merasa berat anaknya berkarir di dunia musik orangtuanya kemudian mengalah dan membelikan Jusup seperangkat peralatan band. Pertunjukan perdana mereka dengan alat baru tersebut saat itu diadakan di desa Pernampen, satu desa yang terletak diatas bukit dengan pemandangan yang indah, agaknya posisi desa ini yang berada diatas bukit bagi Jusup dan rekan-rekannya merupakan suatu pertanda baik dan hal ini terbukti karena nama band mereka akhirnya semakin terkenal dan akhirnya berhasil menembus ke dapur rekaman.

Tidak ada band Karo lain yang bisa menandingi ketenaran band tersebut walaupun pada saat itu orang lebih mengenal band mereka sebagai bandnya Jusup Sitepu. Sejak penampilan mereka yang perdana tersebut tawaran manggung pun terus berdatangan, sehingga hari-hari mereka akhirnya selalu diisi dengan pertunjukan dari satu desa ke desa lain. Bersama bandnya Jusup Sitepu juga berandil dalam menempa regenerasi di dunia musik Karo pada saat itu, tercatat beberapa nama besar seniman Karo merupakan hasil binaan dari Jusup dkk seperti ; Ulina br Ginting, Bahagia Surbakti, Ermawati br Karo, Rusti br Sembiring dan Mery Susannna br Sitepu yang merupakan putri dari Jusup Sitepu sendiri.

Pada tahun 1973, Jusup Sitepu mengakhiri masa lajangnya dengan mempersunting Elia Rosa br Bangun yang merupakan rekannya sesama artis Karo, dan pada tahun 1975 lahirlah anak mereka Mery Susanna br Sitepu, tapi pernikahan mereka hanya berlangsung singkat dan berakhir dengan perceraian di tahun 1978. Tahun 1990 Jusup menikah lagi dengan Eliana br Ginting dan dikaruniai dua orang anak Angelia br Sitepu dan You Ananda Sitepu. Pada tahun 90-an yang merupakan akhir dari puncak karirnya Jusup Sitepu mengeluarkan sebuah album berbahasa Indonesia yang berisikan lagu-lagu yang merupakan terjemahan dari beberapa lagu ciptaannya yang diramu dengan musik dangdut, album ini cukup mendapat tempat di kalangan penikmat musik termasuk juga yang bukan orang Karo, beberapa lagu dari album ini yang cukup tenar pada saat itu adalah Ole-ole dan Magdalena yang dalam lagu berbahasa daerahnya juga memakai judul yang sama.

Jusup Sitepu meninggal pada tanggal 24 November 1997 akibat serangan stroke beliau dimakamkan di daerah Binjai, tetapi beberapa seniman Karo dan orang-orang yang bersimpati kepada beliau berinsiatif untuk memindahkan kuburannya ke kampung halamannya di desa Batu Karang, dan juga dibuatkan suatu monumen dan patung untuk mengenang perjuangannya bagi seni musik Karo. Julianus Liembeng, salah satu musisi Karo, dalam blognya mengatakan :” Beliau (Jusup Sitepu) bagi saya merupakan seniman Karo yang cukup fenomenal dan legendaris, ia tidak hanya memberikan nuansa baru terhadap kesenian Karo, tetapi juga menjadi ikon dan sangat populer pada jamannya”



Salam : Kesain Rumah Derpih




Djaga Depari

Komponis nasional Djaga Depari tidak saja menulis lagu lagu romantika kehidupan orang Karo tapi beliau juga menulis lagu lagu yang bernafaskan perjuangan rakyat Karo menentang pendudukan bangsa bangsa asing dibumi Karo. Karya karyanya yang melukiskan perjuangan rakyat Karo inilah yang menasbihkan beliau sebagai seorang komponis nasional RI.

Djaga Depari dilahirkan di desa Seberaya, kecamatan Tiga Panah, kabupaten Karo. Dia tidak mempunyai pendidikan khusus di bidang musik tapi sangat piawai dalam menggesek dawai biola. Dia mengandalkan biola dalam meramu note note sebuah lagu.

Sebuah biola sangat menunjang perumusan note note lagu Karo yang memiliki kesenduan sebagai thema utamanya. Lagu lagu Karo yang diciptakan oleh Djaga Depari sangat mengena ditelinga orang Karo yang sangat menyukai lagu lagu sendu untuk menumpahkan suka duka kehidupan.

Apabila semangat patriotisme seorang Djaga Depari tergugah, maka note note lagu yang diciptakannya menjadi sangat berbeda . Langgam kesenduan lagu lagu Karo berubah menjadi hentak jiwa yang bergelora ingin membebaskan diri dari belenggu ketertindasan. Lagu ” Erkata Bedil ( Dentuman Senjata) ” menggambarkan semangat perjuangan yang dia embankan pada pemuda pemuda Karo untuk ikut mengangkat senjata melawan kuasa kuasa asing di tanah Karo walaupun pemuda pemuda itu sedang dilanda asmara. Lagu ini kemudian menjadi lagu nasional perjuangan rakyat RI.

Djaga Depari juga berpesan kepada pemuda pemuda Karo untuk mengutamakan kemerdekaan bangsa dan rakyat Karo. Hubungan hubungan romantis antara pemuda dan pemudi menjadi nomor dua dibawah kepentingan rakyat. Pesan ini dapat kita rasakan bila kita menyimak syair lagu ” Kemerdekaanta”. Dia melukiskan kata kata seorang pemuda kepada kekasihnya: “Bila kelak kita telah mendapatkan kemerdekaan negara ini, maka kita akan bersatu kepelaminan”. Ternyata memang semangat pemuda pemudi di Karo untuk memperjuangakn kemerdekaan menjadi membara dibawah komando seorang pemimpin tentara Djamin Gintings.

Dipuncak kreativitas Djaga Depari, keberadaan ekonomi dan teknologi tidak mampu mengangkat beliau kejenjang selibriti. Lagu lagunya tidak dapat diperdengarkan dengan mudah seperti dijaman ini. Lagu lagu itu hanya sering didengar dalam acara acara tahunan orang Karo didesa desa dinyanyikan oleh artis artis perkolong-kolong tanpa harus membayar royalti kepada Djaga Depari.

Djaga Depari menghabiskan masa masa tuanya dikampung Seberaya dengan menuliskan banyak lagu lagu Karo yang sekarang ini dengan mudah kita peroleh dalam bentuk pita kaset atau dvd yang diperdagangkan secara komersil. Beliau sudah mempersembahkan yang terbaik pada dirinya untuk bangsa Karo khususnya dan bangsa Indonesia pada umumnya. Untuk mengabadikan pengabdiannya, pemerintah propinsi Sumatera Utara mendirikan sebuah monument Djaga Depari dikota Medan? * thanks to mangsi ginting

Jusuf Sitepu

Jusup Sitepu (lahir di Karo, Sumatera Utara, 25 Desember 1947 – meninggal di Binjai, 24 November 1997 pada umur 49 tahun) adalah salah satu seniman Karo yang cukup populer dan melegenda di kalangan penikmat musik Karo. Menjelang akhir karirnya Jusup berhasil menembus dapur rekaman nasional lewat beberapa hasil karyanya yang diterjemahkan ke dalam bahasa Indonesia.

Jusup Sitepu mengenyam pendidikan SD hingga SMP di kampung halamannya, dan menamatkan SMA di Pancur Batu Deli Serdang. Pada tahun 1967 Jusup melanjutkan studinya di kota Yogyakarta, namum kuliahnya di kota gudeg tersebut hanya berlangsung selama satu tahun karena Jusup lebih memilih mengembangkan bakatnya di bidang musik.

Pada tahun 1968 ketika Jusup mudik Tahun Baru ke kampungnya, dia memilih untuk tidak kembali ke Yogyakarta dan lebih memilih untuk bergabung dengan pemuda sebayanya membentuk sebuah group band yang saat itu diberi nama “The Giant Group”. Awalnya grup band mereka tidak memiliki alat sendiri, dan apabila ada tawaran manggung mereka akan menyewa alat dari kota Kabanjahe.

Personil-personil “The Giant Group” saat itu adalah : Jusup Sitepu pada vokal dan melodi gitar, Akum Tarigan pada gitar bass, Fransius Surbakti pada rithem, Metehsa Surbakti pada drum, Elia Rosa br Bangun dan Karolina br Purba pada vokal dan Riwanda Sebayang sebagai MC. Penampilan mereka mendapat sambutan hangat dari masyarakat dimana mereka mengadakan pertunjukan, dengan ciri khas mereka yang apa adanya dan petikan-petikan melodi gitar yang dimainkan oleh Jusup Sitepu. Akhirnya, walaupun merasa berat anaknya berkarir di dunia musik orangtuanya kemudian mengalah dan membelikan Jusup seperangkat peralatan band. Pertunjukan perdana mereka dengan alat baru tersebut saat itu diadakan di desa Pernampen, satu desa yang terletak diatas bukit dengan pemandangan yang indah, agaknya posisi desa ini yang berada diatas bukit bagi Jusup dan rekan-rekannya merupakan suatu pertanda baik dan hal ini terbukti karena nama band mereka akhirnya semakin terkenal dan akhirnya berhasil menembus ke dapur rekaman.

Tidak ada band Karo lain yang bisa menandingi ketenaran band tersebut walaupun pada saat itu orang lebih mengenal band mereka sebagai bandnya Jusup Sitepu. Sejak penampilan mereka yang perdana tersebut tawaran manggung pun terus berdatangan, sehingga hari-hari mereka akhirnya selalu diisi dengan pertunjukan dari satu desa ke desa lain. Bersama bandnya Jusup Sitepu juga berandil dalam menempa regenerasi di dunia musik Karo pada saat itu, tercatat beberapa nama besar seniman Karo merupakan hasil binaan dari Jusup dkk seperti ; Ulina br Ginting, Bahagia Surbakti, Ermawati br Karo, Rusti br Sembiring dan Mery Susannna br Sitepu yang merupakan putri dari Jusup Sitepu sendiri.

Pada tahun 1973, Jusup Sitepu mengakhiri masa lajangnya dengan mempersunting Elia Rosa br Bangun yang merupakan rekannya sesama artis Karo, dan pada tahun 1975 lahirlah anak mereka Mery Susanna br Sitepu, tapi pernikahan mereka hanya berlangsung singkat dan berakhir dengan perceraian di tahun 1978. Tahun 1990 Jusup menikah lagi dengan Eliana br Ginting dan dikaruniai dua orang anak Angelia br Sitepu dan You Ananda Sitepu. Pada tahun 90-an yang merupakan akhir dari puncak karirnya Jusup Sitepu mengeluarkan sebuah album berbahasa Indonesia yang berisikan lagu-lagu yang merupakan terjemahan dari beberapa lagu ciptaannya yang diramu dengan musik dangdut, album ini cukup mendapat tempat di kalangan penikmat musik termasuk juga yang bukan orang Karo, beberapa lagu dari album ini yang cukup tenar pada saat itu adalah Ole-ole dan Magdalena yang dalam lagu berbahasa daerahnya juga memakai judul yang sama.

Jusup Sitepu meninggal pada tanggal 24 November 1997 akibat serangan stroke beliau dimakamkan di daerah Binjai, tetapi beberapa seniman Karo dan orang-orang yang bersimpati kepada beliau berinsiatif untuk memindahkan kuburannya ke kampung halamannya di desa Batu Karang, dan juga dibuatkan suatu monumen dan patung untuk mengenang perjuangannya bagi seni musik Karo. Julianus Liembeng, salah satu musisi Karo, dalam blognya mengatakan :” Beliau (Jusup Sitepu) bagi saya merupakan seniman Karo yang cukup fenomenal dan legendaris, ia tidak hanya memberikan nuansa baru terhadap kesenian Karo, tetapi juga menjadi ikon dan sangat populer pada jamannya”



Salam : Kesain Rumah Derpih


Sumber:
http://karokabanjahe.blogspot.com/2012/06/komponis-karo-djaga-depari-jusuf-sitepu.html

No comments:

Post a Comment