Sunday, October 19, 2014

Isi Buku Gayo Merangkai Identitas Perlu Disosialisasikan

Isi Buku Gayo Merangkai Identitas Perlu Disosialisasikan

By  on March 8, 2012
0
Catatan: Muhammad Syukri


Catatan: Muhammad Syukri
0
HERAN, mungkin itu kata yang cocok dituliskan di kolom ini ketika dua orang anak muda yang terpelajar mengaku tidak tahu identitasnya. Mereka (maaf namanya tidak saya sebutkan) bertamu ke tempat kerja saya sambil mengutarakan niatnya untuk membuat sebuah acara dalam rangka mencari identitas. Acaranya berbentuk lomba menulis tentang sejarah Gayo. Hebatnya lagi, dia merencanakan akan menjemput buku sejarah Gayo di Negeri Belanda.
Latar belakangnya membuat acara ini berangkat dari pertanyaan teman-temannya di Medan yang selalu mempertanyakan identitas dan asal usul sejarahnya. Dia mengaku tidak bisa menjawab pertanyaan teman-temannya, sehingga dia berinisiatif membuat sebuah event dalam rangka mencari identitas. Awalnya saya sempat terkagum-kagum atas ide berani dari sejumlah anak muda kreatif. Karena menarik, saya mencoba mendalami ide mereka sambil membaca proposalnya. Setelah melalui diskusi dan tanya jawab, dia mengungkapkan bahwa sampai saat ini kita belum memiliki identitas. Oleh karena itu, mereka akan menggali identitas itu supaya tidak malu jika ditanya teman-temannya nanti.
Penjelasan itu yang membuat saya terheran-heran, kenapa seorang anak muda terpelajar sampai ketinggalan informasi tentang persoalan identitas suku Gayo? Saya mencoba menanyakan, apakah dia pernah membaca buku “Gayo Merangkai Identitas” yang berisi hasil penelitian arkeologi terkini? Saya mengatakan, dalam buku itu sudah sangat gamblang disebutkan identitas suku Gayo sebagai penduduk asli di wilayah ini.
Hasil penelitian arkeologi di Loyang Mendale dan Loyang Ujung Karang pada tahun 2011 menemukan bahwa hunian dalam babakan masa neolitik di Aceh Tengah telah berlangsung 4.400 tahun lalu sampai 1.900 tahun lalu. Sedangkan dalam babakan masa Mesolitik di Aceh Tengah berdasarkan hasil analisis radiokarbon pada sampel situs Loyang Mendale sudah berlangsung 7.400 tahun lalu hingga 5.040 tahun yang lalu.
Berdasarkan hal itu, Prof Dr Bungaran A Simanjuntak dalam kata pengantar buku “Gayo Merangkai Identitas” bahkan menulis: dengan hasil temuan itu justru suku bangsa Batak berasal dari suku bangsa Gayo, atau justru suku bangsa Gayo bukan sub-sukunya orang Batak. Barangkali sederajat atau merupakan dua saudara yang seayah seibu.
Berdasarkan hasil test DNA oleh Eijkman Institute, Dr Safarina G Malik dalam acara pemaparan hasil penelitian Arkeologi, menegaskan bahwa garis kekerabatan antara suku Gayo dan suku Karo sangat dekat. Hasil test DNA itu makin meyakinkan kita bahwa kisah Sibayak Lingga (putra Adi Genali) yang merantau ke lembah Sibayak (Tanah Karo) sangat mungkin adalah kisah nyata atau fakta sejarah.
Setelah menjelaskan hal tersebut, saya juga memperlihatkan kepada dua anak muda itu buku berjudul “Gayo Masyarakat dan Kebudayaannya” yang ditulis oleh C. Snouck Hurgronje (terjemahan Hatta Hasan Aman Asnah). Dalam buku itu sudah dijelaskan tentang kronika dan budaya suku Gayo di awal abad ke-20. Tinggal lagi, bagaimana semua pihak menganalisisnya dan menuangkan dalam berbagai tulisan pendukung.
Saya menegaskan kepada kedua anak muda itu bahwa suku Gayo sudah menemukan identitasnya sebagai salah satu suku tertua di wilayah ini. Kemudian saya mengatakan kepada mereka, kenapa harus mencari lagi identitas suku Gayo jika identitas itu sudah ditemukan. Bukankah lebih baik hasil penelitian itu dijadikan dasar untuk melanjutkan menulis kisah dan perjalanan suku Gayo dimasa lalu.
Isi buku “Gayo Merangkai Identitas” merupakan mata rantai yang hilang dan kini telah ditemukan. Selama ini, orang ragu-ragu menulis tentang sejarah Gayo karena minim bukti ilmiah. Sekarang bukti ilmiahnya sudah ada, tinggal kita, bagaimana merangkumnya dalam tulisan-tulisan.
Mungkin sangat wajar anak muda tadi belum mengetahui identitasnya, karena buku “Gayo Merangkai Identitas” belum diketahui secara luas. Sebaiknya, tulisan dalam buku tersebut harus diringkaskan kemudian disosialisasikan kepada seluruh masyarakat. Kita berharap, situs berita online Lintas Gayo dapat mengambil peran ini supaya orang-orang seperti anak muda tadi dapat memahami perkembangan terkini tentang sejarah Gayo.***


Sumber:
http://www.lintasgayo.com/20511/isi-buku-gayo-merangkai-identitas-perlu-disosialisasikan.html

No comments:

Post a Comment