Sunday, October 19, 2014

Mendaki Gunung Sibayak, Seru!

Mendaki Gunung Sibayak, Seru!

christina anggreani - d'Traveler - Jum'at, 04/04/2014 13:50:00 WIB
detikTravel Community -  
Mendaki Gunung Sibayak di Tanah Karo jadi pilihan destinasi para pendaki di akhir pekan, selain harus menaklukan Gunung Sinabung. Pemandangannya tak kalah indah, identik dengan tebing dan hamparan hijau yang memikat mata.

Sejujurnya saya takut dengan ketinggian, terkadang berdiri di atap rumah dan melihat ke arah jalan raya di bawah rasanya sudah deg-degan berlebih dan kaki jadi dingin. Cuma entah kenapa akhirnya saya jatuh cinta dengan ketinggian, berusaha untuk mencapai dataran tinggi dan menikmati pesona alam, bahasa mudahnya mendaki gunung.

Nah, saya tidak tergabung dalam klub pecinta alam, atau pun klub pendaki gunung, jadi naik gunungnya bareng anak-anak yang kebetulan mau naik saja. Saya bergabung dengan komunitas anak yang hobinya sama yaitu jalan-jalan, mau gunung, pantai atau kota, ayo berangkat!

Saya ikut-ikutan teman mendaki ke Gunung Sibayak di Kota Berastagi. Belum pernah mendaki jadi ini adalah gunung pertama saya. Sebelumnya berdoa dulu, "Tuhan semoga saya nggak pingsan dan merepotkan orang nantinya. Dan semoga perjalanan ini berjalan dengan lancar dan selamat hingga turun nanti."

Dari Wikipedia, Gunung Sibayak adalah kelas gunung berapi aktif yang memiliki uap panas dengan ketinggian 2.094 mdpl, berlokasi di dataran tinggi Karo, Kabupaten Karo, Sumatera Utara. Posisi koordinat puncaknya adalah berada pada 97°30′BT dan 4°15′LS.

Puncak tertinggi dari Gunung Sibayak bernama 'Takal Kuda'. Ini adalah bahasa Karo yang berarti 'Kepala Kuda'. Sibayak berarti raja, sehingga gunung ini disebut gunung raja. Konon katanya Tanah Karo dipimpin oleh 4 raja yaitu Sibayak Lingga, Sarinembah, Suka, Barusjahe dan Kutabuluh.

Nah kali ini saya pergi bersama anak SGC, pukul 18.00 WIB berangkat menuju Berastagi, naik bus umum bersama sekitar 15 anak-anak SGC dan tiba pukul 20.00 WIB. Kami membeli perlengkapan dan beres-beres.

Pendakian dimulai pukul 21.00 WIB, dimulai dari Tugu Kota Berastagi. Ada 2 jalur pendakian yang bisa dilewati, jalur wisata dari kota dan jalur hutan dari Pemandian Lau Debuk-debuk. Hari ini pendakian melalui jalur wisata, yaitu jalanan aspal.

Mengingat banyak dari anggota yang baru pertama kali hiking, waktu itu saya tidak tahu ada jalur lain buat ke puncak. Namanya ikut-ikutan, jadi saya menurut saja.

Selama 3 jam kami mendaki jalan aspal menuju puncak sambil ngobrol dan istirahat kalau sudah lelah. Selama perjalanan saya mencoba untuk mengenali satu per satu siapa saja yang belum saya kenal. Walau gelap tapi masih bisalah dengan bantuan senter. Lumayan untuk menambah teman. Anaknya asyik-asyik.

Wah, ternyata ada jalan longsor, mana sudah gelap, harus ekstra hati-hati melangkah. Pelan tapi pasti! Pukul 24.00 WIB sampai di puncak, masih berjalan untuk mencari lokasi membangun tenda yang nyaman. Saya mendengar bunyi kawah seperti peluit yang bunyi tanpa henti. Wah, ini pendakian dan kemping pertama saya di gunung. Dingin! Tidak terasa kaos kaki saya mulai lembab.

Sampai di lokasi yang pas, sebagian anak-anak membuat tenda, ada yang buat api unggun untuk masak air dan buat kopi atau teh, dan saya duduk manis terus jalan sana, jalan sini, bertanya-tanya ke teman-teman tentang Gunung Sibayak.

Tak sampai 5 menit tehnya yang tadinya panas malah jadi dingin. Sekitar pukul 02.00 WIB beberapa orang sudah mulai tidur. Saya masih asyik ngobrol dengan Zack, Fahmi dan Soly sambil menikmati malam.

Malam ini indah sekali, syukurnya cuaca cerah dan tidak hujan, langit cerah. Keliatan tebing-tebing bukit tersusun rapi dan berwarna lebih gelap dari langit. Kemudian di langit banyak bintang.

Bintangnya berasa dekat sekali, ini indah banget dan saya suka. Saya diam sesaat, semua ini baru saya lihat di buku cerita anak-anak yang baru dibeli di Gramedia. Imajinasi saya bekerja dan saya menikmatinya. Terlalu kekanak-kanakan!

Setelah puas menikmati malam, saya beristirahat sebentar di dalam tenda, masih saja dingin dan tertidur sebentar. Dari Gunung Sibayak kita tidak bisa menikmati sunrise, tapi tidak apa kita masih bisa menikmati pagi.

Puncak Gunung Sinabung terlihat jelas pagi itu, karena belum tertutup kabut. Tebing-tebing yang tadi malam hitam pekat hari ini terlihat jelas dan indah. Beberapa teman sudah bangun dan kita bersama berjalan ke arah kawah.

Kawah Belerang Gunung Sibayak masih menyimpan kemegahannya. Di dalam kawah ini terletak batu cadas dengan kawah belerang seluas 40.000 meter. Kandungan sulfatara membuatnya tak berhenti menyemburkan uap panas dan merupakan sumber bunyi seperti peluit yang aku dengar tadi malam.

Mengabadikan momen dulu bareng teman-teman, dan kemudian dilanjutkan menikmati sarapan. Indahnya pagi ini, tak kalah dengan indah tadi malam.

Persediaan air menipis, saya mengikuti Zack dan Soly ke Sungai Pandan. Ada mata air yang mengalir di sini, dan menjadi sumber air bagi orang-orang yang kemping. Mata air ini muncul dari sela-sela bebatuan gunung. Ada aliran sungai kecil yang bening banget. Dihiasi dengan hijau lumut yang tumbuh di sekitarnya, airnya dingin.

Air pegunungan Sibayak yang mengalir terus ini adalah salah satu sumber air untuk air mineral kemasan bermerk. Sepanjang perjalanan bisa melihat indahnya hutan dan susunan tebing serta bukit di sekitar Gunung Sibayak.

Kita lanjut mendaki sedikit ke atas, dari atas kita bisa melihat Desa Lau Debuk-debuk. Wah keren banget! Perjalanan ini membuat saya jatuh cinta dengan ketinggian. Senangnya, takut yang sebelumnya ada malah hilang.

Setelah membereskan perlengkapan, kami pun memutuskan untuk turun. Sebelum balik ke Medan makan dulu, lapar. Perjalanan ini tetap saya ingat dan masih membuat saya ingin kembali mendakinya melalui jalur Debuk-debuk. Lain kali mungkin kalau masih ada jodoh dan merencanakan mendaki gunung yang lainnya, termasuk Gunung Sinabung setelah lewat masa erupsi pastinya dan berstatus aman.


Sumber:
http://travel.detik.com/read/2014/04/04/135000/2420483/1025/mendaki-gunung-sibayak-seru

No comments:

Post a Comment