Konser Lagu-lagu Batak Karya Dakka Hutagalung
Minggu, 20 November 2011 17:30 WIB
TRIBUNNEWS.COM, JAKARTA - Untuk kesekian kalinya warga Batak yang tinggal di Jakarta menggelar konser lagu-lagu Batak karya musisi lintas generasi, Dakka Hutagalung. Sekitar 40 lagu ciptaannya dinyanyikan para penyanyi ibukota asal Sumatera Utara.
"Selain melestarikan budaya nasional daerah Batak, pagelaran ini juga merupakan kerinduan warga Batak yang tinggal di Jakarta," ujar Komisaris PT Jamsostek yang juga Ketua Penyelenggara Pagelaran "40 Tahun Dakka Hutagalung Berkarya", Rekson Silaban di Jakarta, Sabtu (19/11/2011) malam, dalam sambutannya di Ballroom Hotel Sultan Jakarta.
Konser ini sendiri dihadiri Dakka Hutagalung, Wakil Sekjen Partai Golkar Leo Nababan, Wakil Sekjen Partai Demokrat, Ramadhan Pohan serta beberapa Wakil Bupati asal Sumatera dan pejabat teras di pemerintahan pusat.
Sekitar 40 dari sekitar 300-an lagu ciptaan Dakka Hutagalung yang pernah hits di blantika musik nasional, dilantunkan Joy Tobing, Jelita Tobing, Amigos, Dipo Pardede, Maria Pasaribu, Silaen Sisters, Trio Lamtama. Beberapa lagu, diantaranya diaransir ulang musisi asal Batak, Vicky Sianipar.
Diantara lagu yang dialntunkan dalam Pagelaran "40 Tahun Dakka Hutagalung Berkarya, diantaranya, Soneta Indah pernah dipopulerkan Emilia Contessa, Syair dan Melodi, Didia Rongkap Hi, Anakkonku, Inang, Gereja Bolon, O Tuhan, dan lain- ain. Lagu-lagu ini merupakan ciptaan Dakka.
"Seni merupakan bagian dari hidup. Karena itu, saya tak akan berhenti mencipta lagu selama saya masih diberi kekuatan berfikir untuk mencipta lagu," ujar Dakka.
Dakka sendiri meyakini, lagu-lagu Batak disenangi lintas suku di tanah air. Tak jarang, lagu-lagu Batak diperdendangkan dalam ajang-ajang nasional maupun internasional. "Bahkan, lagu Batak sudah go internasional," jelasnya.
Namun, sebaliknya penilaian Rekson, nasib pecipta lagu daerah diIndonesia semakin memprihatinkan. Ironisnya, pemerintah seakan tak peduli. Adalah Dakka Hutagalung, salah satu maestro musik Batak yang telah menciptakan lebih dari dua ratus lagu, hingga kini masih tinggal di rumah sewaan.
Sementara, para pembajak musik dan pengelola tempat hiburan yang terus mendulang rupiah berkat lagu karya Dakka.
"Pemerintah tidak mampu memperjuangkan nasib pencipta lagu. Sebuah lagu yang diciptakannya hanya dihargai antara Rp1,5-2 juta. Bandingkan dengan pemain keyboard yang menyanyikan lagunya di pesta, kafe dan tempat-tempat hiburan. Hanya beberapa jam sudah dapat honor sekian ratus ribu. Beberapa kali show, maka penyanyinya dapat duit jauh lebih banyak dari penciptanya. Bahkan, kehidupan Dakka Hutagalung juga tidak sepadan dengan nama besarnya. Masih menempati sebuah rumah kontrakan di Tangerang," ujar Rekson.
Meski demikian, Rekson merasa kagum atas sikap Dakka yang tidak pernah ambil pusing perihal lagu ciptaannya itu banyak dijadikan komoditas oleh sekelompok orang yang mencari untung. Bahkan, lanjut Rekson, Dakka sendiri terus memproduksi lagu dan aktif mengajar lagu di tempat ibadah tanpa pamrih.
"Dakka berkomitmen akan terus mencipta dan bergelut di studio untuk mengaransemen album yang dipercayakan kepadanya. Selain itu, ia juga aktif di gereja mengajar koor kepada para anak muda dan orangtua atau siapapun yang membutuhkan," tutur Rekson yang juga aktivis buruh itu.
No comments:
Post a Comment