Orang Batak Karo Suka Perempuan Berkaki Besar
Kamis, 30 Mei 2013 | 20:45 WIB
KOMPAS.com — Manusia di banyak kebudayaan cenderung menyukai perempuan yang berkaki kecil, kaki yang cantik dianggap sebagai lambang muda dan kesuburan.
Namun, orang Batak Karo rupanya punya preferensi berbeda. Berdasarkan riset yang dipublikasikan di jurnal Human Naturepada Kamis (30/5/2013) hari ini, orang Batak Karo ternyata justru lebih menyukai perempuan berkaki besar.
Geoff Kushnick, antropolog dari University of Washington, yang melakukan studi ini mengungkapkan, fakta pada masyarakat Batak Karo menunjukkan bahwa budaya memengaruhi selera pasangan seseorang yang menjadi anggota masyarakat yang menganut budaya itu.
Preferensi kaki perempuan pada masyarakat Batak Karo, menurut Kushnick, menjadi cerminan bahwa budaya desa dan pertanian serta paparan budaya Barat memengaruhi selera masyarakat.
"Fitur-fitur umum dari daya tarik fisik biasanya dianggap menunjukkan bahwa pemilihan kriteria pasangan sudah terprogram dalam otak manusia dan berevolusi sejak puluhan ribu tahun yang lalu," kata Kuschnick.
"Riset terbaru ini mendukung ide bahwa pengaruh konstruksi kebudayaan akan pilihan pasangan memungkinkan manusia beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya," jelas Kuschnick seperti dikutip Physorg, Kamis hari ini.
Dalam survei, Kushnick menunjukkan pada 159 orang Batak Karo, baik laki-laki maupun perempuan, lima buah gambar perempuan dengan rambut disisir ke belakang, mengenakan baju dan rok hingga betis. Semua gambar sama, hanya ukuran kaki di setiap gambar yang berbeda.
Hasil survei menunjukkan, baik laki-laki maupun perempuan Batak Karo menilai bahwa perempuan yang memiliki kaki besar lebih menarik, sedangkan yang berkaki kecil kurang menarik.
Studi memperoleh hasil bahwa warga Iran, Lituania, Brasil, Amerika Serikat, dan India menilai kaki kecil lebih menarik. Sementara warga Kamboja, Papua Niugini, dan Tanzania sama seperti Batak Karo, menilai kaki besar lebih menarik.
Kushnick menduga, ada tiga faktor yang memengaruhi selera masyarakat pada ukuran kaki, yakni nilai patriarki, rural versus urban, dan paparan konten media Barat. Namun, ternyata nilai patriarki tak memengaruhi.
Berdasarkan analisis Kushnick, semakin kota dan semakin besar paparan pada konten media Barat, maka masyarakat akan lebih mengidolakan kaki kecil.
"Analisis saya menunjukkan bahwa preferensi yang diturunkan lewat kebudayaan yang memungkinkan manusia beradaptasi dengan lingkungan lokal dapat memengaruhi preferensi akibat evolusi. Budaya dan pengaruh sosial memberi pengaruh lebih pada pemilihan pasangan dibandingkan apa yang para pakar psikologi evolusi bisa terima," kata Kushnick.
Hal itu bisa ditunjukkan dalam komentar salah seorang pria Batak Karo saat diwawancara Kushnick. Pria itu mengatakan, "Mengapa seseorang harus memilih perempuan dengan kaki kecil? Bagaimana dia nanti akan bekerja di sawah?"
Kaki besar terkait dengan kekuatan produktivitas yang lebih tinggi di sawah bagi masyarakat Batak Karo.
Studi ini juga menunjukkan bahwa manusia terus berevolusi.
"Studi memberi bukti tambahan akan potensi budaya dalam memengaruhi evolusi manusia. Karena preferensi pasangan kawin mendorong seleksi seksual, bisa jadi bahwa perbedaan pria wanita dalam ukuran kaki secara relatif merupakan produk evolusi baru-baru ini," papar Kushnick.
Namun, orang Batak Karo rupanya punya preferensi berbeda. Berdasarkan riset yang dipublikasikan di jurnal Human Naturepada Kamis (30/5/2013) hari ini, orang Batak Karo ternyata justru lebih menyukai perempuan berkaki besar.
Geoff Kushnick, antropolog dari University of Washington, yang melakukan studi ini mengungkapkan, fakta pada masyarakat Batak Karo menunjukkan bahwa budaya memengaruhi selera pasangan seseorang yang menjadi anggota masyarakat yang menganut budaya itu.
Preferensi kaki perempuan pada masyarakat Batak Karo, menurut Kushnick, menjadi cerminan bahwa budaya desa dan pertanian serta paparan budaya Barat memengaruhi selera masyarakat.
"Fitur-fitur umum dari daya tarik fisik biasanya dianggap menunjukkan bahwa pemilihan kriteria pasangan sudah terprogram dalam otak manusia dan berevolusi sejak puluhan ribu tahun yang lalu," kata Kuschnick.
"Riset terbaru ini mendukung ide bahwa pengaruh konstruksi kebudayaan akan pilihan pasangan memungkinkan manusia beradaptasi dengan lingkungan sekitarnya," jelas Kuschnick seperti dikutip Physorg, Kamis hari ini.
Dalam survei, Kushnick menunjukkan pada 159 orang Batak Karo, baik laki-laki maupun perempuan, lima buah gambar perempuan dengan rambut disisir ke belakang, mengenakan baju dan rok hingga betis. Semua gambar sama, hanya ukuran kaki di setiap gambar yang berbeda.
Hasil survei menunjukkan, baik laki-laki maupun perempuan Batak Karo menilai bahwa perempuan yang memiliki kaki besar lebih menarik, sedangkan yang berkaki kecil kurang menarik.
Studi memperoleh hasil bahwa warga Iran, Lituania, Brasil, Amerika Serikat, dan India menilai kaki kecil lebih menarik. Sementara warga Kamboja, Papua Niugini, dan Tanzania sama seperti Batak Karo, menilai kaki besar lebih menarik.
Kushnick menduga, ada tiga faktor yang memengaruhi selera masyarakat pada ukuran kaki, yakni nilai patriarki, rural versus urban, dan paparan konten media Barat. Namun, ternyata nilai patriarki tak memengaruhi.
Berdasarkan analisis Kushnick, semakin kota dan semakin besar paparan pada konten media Barat, maka masyarakat akan lebih mengidolakan kaki kecil.
"Analisis saya menunjukkan bahwa preferensi yang diturunkan lewat kebudayaan yang memungkinkan manusia beradaptasi dengan lingkungan lokal dapat memengaruhi preferensi akibat evolusi. Budaya dan pengaruh sosial memberi pengaruh lebih pada pemilihan pasangan dibandingkan apa yang para pakar psikologi evolusi bisa terima," kata Kushnick.
Hal itu bisa ditunjukkan dalam komentar salah seorang pria Batak Karo saat diwawancara Kushnick. Pria itu mengatakan, "Mengapa seseorang harus memilih perempuan dengan kaki kecil? Bagaimana dia nanti akan bekerja di sawah?"
Kaki besar terkait dengan kekuatan produktivitas yang lebih tinggi di sawah bagi masyarakat Batak Karo.
Studi ini juga menunjukkan bahwa manusia terus berevolusi.
"Studi memberi bukti tambahan akan potensi budaya dalam memengaruhi evolusi manusia. Karena preferensi pasangan kawin mendorong seleksi seksual, bisa jadi bahwa perbedaan pria wanita dalam ukuran kaki secara relatif merupakan produk evolusi baru-baru ini," papar Kushnick.
Penulis | : Yunanto Wiji Utomo |
Editor | : yunan |
Sumber:http://sains.kompas.com/read/2013/05/30/20451538/Orang.Batak.Karo.Suka.Perempuan.Berkaki.Besar
No comments:
Post a Comment