Arsitektur Istana Raja Simalungun
DATA AUTENTIK NILAI LUHUR WARISAN BUDAYA BANGSA
Ciri khas dari bangunan istana raja Simalungun di Pematang Purba adalah lantai rumah yang tinggi serta tanduk kerbau bertengger di atas bubungan atap. Bentuk bangunan demikian itu telah berlangsung turun temurun seperti yang pernah dibuat oleh nenek moyang jaman dahulu. Setiap bagian dari struktur bangunan mengandung makna simbolis yang bertolak dari kepercayaan dan adat istiadat. Bentuk bangunan yang unik, ragam hias yang mempesona dan peninggalan sejarah lainnya, membuat istana raja Simalungun menarik untuk dikunjungi.
Ciri khas dari bangunan istana raja Simalungun di Pematang Purba adalah lantai rumah yang tinggi serta tanduk kerbau bertengger di atas bubungan atap. Bentuk bangunan demikian itu telah berlangsung turun temurun seperti yang pernah dibuat oleh nenek moyang jaman dahulu. Setiap bagian dari struktur bangunan mengandung makna simbolis yang bertolak dari kepercayaan dan adat istiadat. Bentuk bangunan yang unik, ragam hias yang mempesona dan peninggalan sejarah lainnya, membuat istana raja Simalungun menarik untuk dikunjungi.
Memasuki kompleks istana raja Simalungun
yang luas akan dijumpai berbagai bentuk banunan yang mempunyai fungsi
berbeda-beda. Melawati pintu masuk dapat dijumpai Balai Butu yang
berfungsi sebagai rumah penjagaan, Rumah Bolon yang berfungsi sebagai
tempat tinggal raja, Balai Bolon, jambur¸ dua buah Pattangan, losung dan
Rumah Jungga.
Balai Buttu yang terletak di pintu masuk
selain berfungsi sebagai rumah jaga juga dimanfaatkan sebagai tempat
tidur anak-anak muda dan juga para tamu. Pada dinding bangunan dipasang
jerejak tegak lurus yang ditopang papan tebal. Dimaksudkan agar mudah
melihat ke luar untuk mengawasi orang masuk atau musuh yang datang.
Sedang Rumah Bolon merupakan bangunan
rumah adat yang terbesar dalam kompleks instana ini. Rumah Bolon hanya
diperuntukan bagi raja. Rumah lainnya kendatipun sama besar dan megah
tidak dapat diebut rumah Bolon apabila dihuni oleh orang yang bukan
raja.
Arsitektur rumah Bolon masih mempuyai
kesamaan bentuk dengan rumah Batak Toba di Tapanuli dan rumah adat Karo.
Perbedaannya hanya terdapat antara lain apda tiang penyangga yang
terbuat dari kayu-kayu bulat pada rumah Bolon bagian belakang (besika
dalam bahasa Simalungun). Bentuk serupa tidak terdapat pada semua rumah
adar yang ada di daerah lain di Sumatera Utara.
Pada salah satu sudut rumah Bolon
terdapat pula sepasang bohibohi yang diwujudkan oleh seniman dalam
benruk manusia raksasa, yang merupakan lambing keramahan serta waspada
terhadap roh-roh jahat. Bagian lain seperti tiang penyangga serambi yang
dibentuk segi tiga, tanduk kerbau yang dipasang pada bubungan serta
ornamen yang indah tampak menyatu secara keseluruhan. Kalau diperhatikan
dari batu penyangga sampai puncak bubungan tampak pula bentuk yang
kokoh sehingga dapat bertahan dalam kurun waktu yang lama.
Bagian kiri dan kanan bangunan rumah
Bolon dilengkapi dengan serambi bertingkat yang dibuat simetris. Di
tengah-tengah ada anak tangga yang berjumlah ganjil. Menurut mitos orang
Batak bilangan tangga yang genap tidak akan memberi berkat bagi si
penghuni ru¬mah.
Ventilasi udara dibuat menyerupai
jerejak yang ditopang papan tebal dengan ragam hias yang mempesona.
Sedang pada bagian be¬lakang tidak dilengkapi pintu melainkan hanya
sebuah jendela un¬tuk sekedar melihat ke dalam.
Kolong Pengawal
Jika diperhatikan secara keseluruhan bentuk rumah Bolon ter¬diri dari dua buah bangunan yang digabung menjadi satu, sehingga menjadi ruang depan yang disebut lopou dan ruang belakang (ru¬ang dalam) yang diperuntukkan bagi para isteri raja.
Kolong Pengawal
Jika diperhatikan secara keseluruhan bentuk rumah Bolon ter¬diri dari dua buah bangunan yang digabung menjadi satu, sehingga menjadi ruang depan yang disebut lopou dan ruang belakang (ru¬ang dalam) yang diperuntukkan bagi para isteri raja.
Pada ruang depan terdapat kamar raja
yang berbentuk rumah, atapnya terbuat dari papan dan menyatu dengan
dinding penyekat yang berukir. Di bawah pintu terdapat sebuah kolong
yang khusus dibuat untuk pengawal. Di kolong tersebut pengawal bersiaga
untuk menjaga keselamatan dan melayani raja bila ada keperluan. Misalnya
untuk memanggilkan salah satu isteri. Konon para pengawal ini di¬kebiri
untuk menjaga hal-hal yang tidak diinginkan.
Kamar raja dilengkapi pula dengan tempat
duduk yang disebut hotak. Tempat ini dipergunakan pada saat raja
berbincang-bincang dengan hulu balang, panglima atau pun tamu-tamu dari
kerajaan lain. Di tengah ruang depan berdiri sebuah tiang yang dihiasi
dengan beraneka ragam hias dan sejumlah tanduk kerbau. Tiang ini
disamping berfungsi sebagai penyangga juga sebagai lambang hubungan
antar manusia dengan Tuhan. Dari jumlah pasangan tanduk kerbau dapat
pula diketahui berapa orang raja telah dinobatkan dan meme-rintah.
Sebagai pelengkap di lokasi rumah ini dibuat pula tugu yang memuat
nama-nama raja yang pernah memerintah.
Tidak jauh dari rumah Bolon terdapat
Balai Bolon yang ber¬fungsi sebagai balai sidang dan musyawarah bagi
para penegak hu¬kum. Pada salah satu sudut tampak pasungan yang
dipergunakan pada waktu pesakitan diadili. Mengenai bentuk Balai Bolon
ini ham¬pir sama dengan bentuk rumah bolon hanya saja tiang
penyangga¬nya terbuat dari kayu-kayu yang tumpang tindih.
Bangunan lain yang terdapat di kompleks
istana raja Simalungun adalah bangunan yang disebut dengan Jambur.
Jambur di Simalu¬ngun berbeda dengan jambur di tanah Karo. Jambur yang
berdiri di istana Simalungun dibuat bertingkat. Di atas dipergunakan
se¬bagai tempat tidur sedang dibawah sebagai kandang kuda.
Dapat juga disaksikan dua buah bangunan
yang jauh lebih kecil jika dibandingkan dengan bangunan lainnya.
Bangunan ini disebut Pattangan. Bentuknya mirip dengan dangau di sawah.
Dari dua buah bangunan ini sebuah diperuntukkan bagi putri raja pada
waktu me-nenun atau menganyam tikar, sebuah lagi di peruntukkan bagi
raja untuk berbincang-bincang di waktu senggang.
Istana raja Simalungun
juga dilengkapi dengan bangunan losung. Pengertian losung dalam bahasa
Indonesia adalah "lesung" yang di¬pergunakan sebagai alat menumbuk padi.
Lobang lesung selalu di¬buat ganjil sesuai dengan kepercayaan orang
Batak. Losung di Pe¬matang Purba ini dibentuk sedemikian rupa menyerupai
gambaran seekor kuda.
Sedang rumah Jungga merupakan rumah adat
yang biasanya di¬huni oleh orang biasa atau masyarakat kebanyakan.
Bentuk arsitek¬turnya sangat sederhana. Dibangun tanpa serambi. Dinding
terbuat dari papan yang dipasang tanpa paku, tetapi dijalin dengan tali
ijuk sedemikian rupa sehingga membentuk ornamen bintang. Hiasan ini
berfungsi sebagai lambang pengusir roh-roh jahat atau setan-setan yang
mengganggu ketentraman penghuni rumah.
Melihat dari bangunan yang indah dan
kokoh pada tiap-tiap bangunan rumah adat yang terdapat di istana raja
Simalungun, me¬rupakan data autentik mengenai kemampuan dan tingginya
nilai-nilai yang dijunjung oleh nenek moyang bangsa Indonesia. Oleh
karena itu bagaimana pun rumah-rumah adat semacamnya perlu dilestarikan
agar generasi muda kita tidak merasa kehilangan identitas diri. Bagi
wisatawan kompleks istana raja Simalungun akan merupakan obyek yang
dapat memberi inspirasi baru yang bersumber pada keagungan hasil karya
para pendahulu kita.
No comments:
Post a Comment