Taput Mulai Bersinar Dari Sarulla
Satu diantara 43 titik geothermal yang ada di Tapanuli Utara yang kini mulai dilirik oleh pemetintah untuk diberdayakan untuk kepentingan masyarakat adalah dari Sarulla. Bupati Taput Torang Lumbantobing, Ketua DPRD FL FernandoSimanjuntak SH, Direktur PT Pertamina Geothermal Energi (PGE) Suryadharma dan Direktur PT Sarulla OperationalLimited (SOL) Aries Pardjimanto. Sudah duduk bersama pada tanggal 26 Mei 2009 untuk pembebasan lahan seluas 1,3 ha, tentu partisipasi masyarakat sekitar sangat diharapkan untuk mendukung pelaksanaan proyek PLTP Sarulla.
Mengapa banyak hambatan kemajuan di Tapanuli Utara tentu sangat bergantung kepada penerimaan masyarakat setempat untuk mau merangkul kesempatan yang diberikan oleh pemerintah maupuninvestor akan potensi yang ada di alam sekitar. Karunia tersembunyi berupa titik-titik geothermal yang ada di alam Tapanuli Utara dapat menghasilkan puluhan ribu megawatt tenaga listrik, bahkan untuk menerangi seluruh pulau Sumatra dimungkinkan hanya dari satu kabupaten ini. Hanya satu jenis potensi alam berupa titik-titik geothermal yang ada sudah dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat Tapanuli Utara menjadi yang terkaya di Indonesia ini, akan tetapi lebih sering terjadi penolakan dibanding kerelaan untuk menerima berkat yang diberikan oleh ala mini. Sehingga banyak diantara yang mengetahui dan mengerti akan potensi yang ada mengambil sikap apatis karena manusia tidak terlepas dari pameo yang mengatakan “hansit mulak mangido, hansitan mulak mangalean = sakit rasanya bila meminta tidak diberikan, lebih sakit lagi bila memberi tapi tak diterima”.
Energy listrik adalah satusatunya penggerak untuk memberdayakan segala potensi yang ada di masyarakat dan alam sekitarnya.Geothermal Energy menjadi satusatunya energi yang paling bersahabat dan sangat murah dan gampang untuk dikembangkan. Hanya dengan teknologi yang tidak begitu ruwet maka banyak yang terselamatkan. Mengapa potensi Geothermal Energy yang sangat besar terdapat di Tapanuli Utara tidak termanfaatkan tentu banyak faktor yang menghambatnya. Ketidak mampuan pemerintahan setempat untuk merancang rencana pengembangan masa depannya menjadi faktor utama terhambatnya segala sesuatu di Tapanuli Utara. Kepasrahan kepada nasib menunggu berkah turun dari langit menjadi pola pikir sempit sehingga masyarakatnya tak mampu diberdayakan. Kemampuan menganalisa kecepatan perkembangan jaman menghambat komunikasi untuk melihat dunia luar yang sudah sedemikian pesat meninggalkan masyarakat Tapanuli Utara jauh tertinggal dibelakang yang seharusnya setara dengan kemajuan tingkat dunia malah untuk tingkat Indonesia menjadi yang terbawah. Menganggap sebagai raja segala, ternyata menyesatkan diri masuk kedalam perangkap seperti katak dibawah tempurung yang menganggap punggungnya sudah mencapai langit. Ini masih dari sisi internal, belum lagi hambatan luar yang kental mengemuka dalam pergaulan berbangsa di Negara Republik Indonesia ini.
Sekarang terbuka kesempatan. Terlepas dari pandangan dimana Negara yang berkepentingan, perusahaan yang mau maju untuk pengembangan geothermal energy yang ada di Tapanuli Utara sudah harus dirangkul untuk mengucurkan dananya walaupun mereka memandangnya dari aspek komersial akan tetapi manfaat kebelakang (multiplier effect) merupakan langkah utama yang harus diupayakan oleh pemerintahan setempat. Kita masih menunggu kejelian Bupati Taput untuk mengundang perusahaan lainnya untuk mengembangkan geothermal energy yang ada di Tapanuli Utara. PT. SOL tentulah perusahaan khusus, tetapi masih banyak perusahaan besar yang berkemampuan secara professional untuk mewujudkannya secepat-cepatnya.
Titik-titik geothermal yang ada di Riaria Sipoholon dan Hutabarat juga berpotensi besar dan sudah teranalisa oleh Dirjen MineralBatubara Panas dan Bumi, Departemen Energi dan Sumberdaya Mineral tentu jangan hanya sebagai data diatas kertas saja. Titik-titk geothermal yang ada di Tapanuli Utara rata-rata berkemampuan menghasilkan energi masing-masing sekitar 300 MW. Bisa dibayangkan bila sebagian besar titik-titik ini dimanfaatkan seperti yang terdapat di Tapian Nauli, Saitnihuta, Simamora, Ugan, Sitompul, Panabungan, Hutatonga, Dolok Sitare, Sipolhas, Parbubu, Pansurnapitu, termasuk sesar-sesar di sekitar Sibatubatu, Sigeaon, Sibadak, Siborboron, Martimbang, Jorbing, Pintubosi, tak terbayangkan kayanya masyarakat Tapanuli Utara.
Kalau sekarang sudah dimulai proyek PLTP Sarulla, maka 4 tahun mendatang sudah menghasilkan listrik. Seandainya tahun-tanun inijuga dimulai proyek geothermal sumur lainnya tentu pada tahun 2020 Tapanuli Utara menjadi kayaraya. Jangan tunggu hujan dari langit, jemputlah bola dari kaki lawan maka semuanya akan terwujud untuk menggolkan cita-cita. Rancangan pemikiran ini bukanlah madu diujung lidah tetapi detak nadi yang masih berdenyut sejak Bangsa Batak menyatu dalam kemerdekaan Negara Republik Indonesia yang masih memiliki Tanah Batak sebagai wilayah kedaulatannya.
Apa yang diharapkan dari strategi memulai geothermal energy sebagai langkah awal bangkitnya Tapanuli Utara dari keterpurukan disegala bidang dan Tanah Batak sebagai ibupertiwi (bonapasogit =mother nature) Bangso Batak? Rantai yang putus antara masyarakat bonapasogit dengan masyarakatnya yang terceraiberai di negri orang akan tersambung kembali. Sudah sedemikian banyak bunga-bunga berkembang semerbak dinegri orang oleh tangan-tangan terampil bangsa yang hilang dari catatan buku suci bonapasogitnya akan menemukan jalan setapak menuju tanah yang dijanjikan untuknya.
Katakanlah berbagai titik-titik berubah menjadi listrik, maka berbagai rupa wajah seperti, sawo matang, coklat, kuning, putih, hitam akan menyatu, membaur, menggeliat. Warna-warni ini, awalnya akan disambut oleh senyuman yang menampakkan gigi-gigi retak diantara kulit-kulit keriput masyarakat sekitar kemudian penerangan yang semakin terang akan memantulkan kilauan intan berlian yang tergantung dileher.
Kota Tarutung dan daerah sekitarnya ternyata berada diatasgunung vulkanis yang masih aktif. Dalam peta vulkanologi diberi nama Helatoba Volcano (Gunung Helatoba) dan berada pada koordinat 2.03° Lintang Utara dan 98,93° Bujur Timur, dengan ketinggian 1.100 m dari atas permukaan laut. Lokasi ini terletak sekitar 34 km sebelah selatan Danau Toba atau sekitar 4 km dari kota Tarutung dan persisnya berada di pemandian airpanas Situmeang Sipoholon sekarang. Gunung aktif Helatoba ini adalah dari jenis Fumarole dimana terdapat 43 titik yang mengeluarkan air-panas dan ada 7 titik yang mengeluarkan semburan belerang dalam lintasan sepanjang 40 km.
Mengapa namanya Helatoba?, mungkin ada kaitannya dengan Gunung Toba yang pernah meletus 75.000 tahun lalu. Karena dapur magmanya kalah besar dari dapur magma Gunung Toba maka dibuatlah namanya Helatoba yang tentusaja derajatnya ada dibawah. Atau mungkin juga dulunya putri Gunung Toba dipersunting oleh gunung yang ada dibawah Tarutung ini sehingga dinamai Helatoba (hela = menantu), sehingga hubungan kekerabatan antar gunung ini adalah antara mertua dan menantu.
Mengapa namanya Helatoba?, mungkin ada kaitannya dengan Gunung Toba yang pernah meletus 75.000 tahun lalu. Karena dapur magmanya kalah besar dari dapur magma Gunung Toba maka dibuatlah namanya Helatoba yang tentusaja derajatnya ada dibawah. Atau mungkin juga dulunya putri Gunung Toba dipersunting oleh gunung yang ada dibawah Tarutung ini sehingga dinamai Helatoba (hela = menantu), sehingga hubungan kekerabatan antar gunung ini adalah antara mertua dan menantu.
Penelitian dengan metode analisa geolistrik, geokimia, dan geomaknit telah ditemukan data-data awal untuk meyakinkan bahwa potensi ini jangan lagi diperlama untuk dimanfaatkan. Kedalaman panas antara 200 – 1400 m dibawah permukaan tanah dengan temperatur antara 142-230°C yang dikategorikan sebagaimoderate temperature sudah mampu menghasilkan cukup energi listrik dengan teknologi menengah saja. Untuk 1 titik di Riaria Sipoholon saja ditaksir dapat menghasilkan 300-400 megawatt. Bagaimanapula bila dimanfaatkan potensi dari titik-titik lainnya? Wah… akan berlimpah ruah energi yang tersedia untuk memutar roda perekonomian.
Dibanding dengan sumber energi lainnya, maka pemanfaatan geothermal enrgy adalah yang termurah. Dari hasil studi di Amerika bahwa produksi energi dengan gas akan lebih mahal 17% dan batubara lebih mahal 25% dibanding geothermal energy, disamping itu masa pakai pembangkit lebih tahan lama sekitar 30 tahun dengan biaya awal yang hanya setengahnya. Bahkan lebih murah dibanding sumber energi nuklir disamping faktor resiko kerusakan lingkungan.
Geothermal energy yang terpasang di Indonesia sebanyak 15 unit masih sebesar 797 MW (2005) dan hanya memenuhi 6,7% kebutuhan energy Indonesia, dan hanya 2,2% dari potensi Geothermal Energy yang ada. Pembangkit Geothermal yang ada di Indonesia masih terpusat di Pulau Jawa seperti di Lumajang, Salak, Dieng, Wayang Windu, Kamojang, Darajat, Lahendong (Sulawesi) dan Sibayak (Sumut) dengan kapasitas sangat kecil hanya 2 MW, yang rata-rata kedalaman reservoir antara 1.000-2.000 m. Tentu untuk titik-titik yang ada di Tarutung tidak perlu berbiaya tinggi harena kedalaman sumur yang relatif dangkal.
Kalau 15 PLTP yang sudah berdiri di Indonesia hanya menghasilkan 797 MW, kita boleh bayangkan 330 MW yang hanya dari 1 titik geothermal di Sarulla. Bagaimanapula kalau kita manfaatkan 43 titik geothermal yang ada di Tarutung sekitarnya ini? Mari kita jawab beramai-ramai.
Sebenarnya tidak perlu lagi berpikir berlama-lama untuk mengembangkan geothermal energy di Tapanuli Utara. Tidak perlu memikirkan dana dari mana malah investor akan datang berduyun-duyun sepanjang pemda setempat berkemampuan dialogis untuk mengundang para investor. Prinsip ada gula ada semut akan dan asap yang terlihat dari kejauhan sana akan mengusik pemikiran orang bahwa ada api di Tapanuli Utara. Mari kita pakai apinya di Dalihan Natolu.
Sumber: Harian SIB, http://bupatitaput.wordpress.com/2009/05/31/taput-mulai-bersinar-dari-sarulla/
No comments:
Post a Comment