Wednesday, May 21, 2014

Tradisi Unik Tanah Mandailing

Tradisi Unik Tanah Mandailing

REP | 13 February 2014 |
 
Pernikahan! Setiap orang sangat menginginkan dan menunggu moment itu terjadi dengan catatan sudah siap jasmani, rohani dan materi. Adat pernikahan dari tiap daerah berbeda-beda. Dan memiliki cara yang sangat unik, tidak terkecuali di Indonesia. Dengan keanekaragaman suku nya, otomatis membuat keanekaragaman budaya juga. Sungguh unik bukan?

Seperti halnya keanekaragaman suku dan budaya tersebut, di tanah Mandailing. Salah satu suku yang dikategorikan pada suku Batak. Tepatnya pada daerah Panyabungan, Sumatera Utara. Terdapat satu budaya yang sangat unik ketika ada proses pernikahan. Selain menampilkan tari tor-tor lengkap dengan ulos nya yang penarinya sendiri adalah kedua mempelai itu sendiri. Ada satu tradisi unik yang disebut dengan “mangambat boru tulang”.

Mangambat boru tulang berasal dari bahasa mandailing itu sendiri. “Mangambat” artinya mencegah atau memberhentikan, sedangkan boru tulang artinya anak perempuan dari paman.

Tradisi ini sangat ditunggu-tunggu oleh masyarakat. Selain sakral, tradisi ini juga kadang jadi lucu. Tradisi ini ditampilkan setelah mempelai pria sudah sah secara agama dan hukum sebagai suami sang mempelai wanita. Tentunya setelah melalui proses ijab qabul. Di Mandailing, ada tradisi yang namanya patuaekkon yang mana kedua mempelai berjalan keliling kampung atau desa sekitar agar dilihat orang banyak menuju sebuah mata air atau sungai kecil di daerah itu sendiri. Patuaekkon artinya mengiring kedua mempelai ke sumber mata air untuk dilakukan acara seperti saweran seperti tradisi pernikahan Sunda.

Dalam perjalanan mengililingi perkampungan atau pedesaan, kedua mempelai akan di cegah atau diberhentikan oleh sekelompok pemuda yang menghambat jalan kedua mempelai. Para pemuda memberhentikan mempelai dengan cara yang sangat unik, contohnya dengan menaruh kursi yang lumayan panjang ditengah jalan. Siapakah para pemuda ini? Pemuda ini bukan sembarangan pemuda, tapi sepupu dari mempelai wanita itu sendiri. Yang mana antara orangtua dari para pemuda dan mempelai wanita adalah kakak adik (saudara).

Apa tujuan dari para pemuda ini? Tujuan dari para pemuda ini yaitu untuk mengintrogasi mempelai pria atau dengan kata lain meminta mempelai pria untuk meminta izin kepada mereka sebelum membawa sepupu mereka pergi. Kadang, berbalas pantun pun tidak terelakkan dari kejadian ini. Dimana para pemuda menantang mempelai pria berbalas pantun. Sebelum mempelai pria bisa mengalahkan para pemuda, maka para pemuda tidak akan membolehkan lewat begitu saja. Memang butuh kesabaran. Selain balas pantun, kadang para pemuda meminta sejumlah uang kepada mempelai pria untuk diperbolehkan lewat jalan tersebut. Tentunya selama uangnya masih dibatas kewajaran. Inilah uniknya tradisi mangambat boru tulang. 

Setelah mempelai pria berhasil melewati para pemuda ini, baru kedua mempelai bisa melanjutkan mengelilingi perlampungan atau pedesaan. Tradisi ini memang unik, tapi seiring perkembangan jaman. Tradisi ini mulai hilang begitu saja. Sudah jarang orang yang menikah menggunakan tradisi ini. Dengan berbagai alasan, seperti menghemat waktu, mempelai pria menolak, dan terpengaruh sama tradisi-tradisi luar daerah Mandailing itu sendiri. Seharusnya tradisi seperti ini tetap dijaga kelestariannya. Kalau bukan kita yang menjaganya, siapa lagi? :)
Toras Lubis, 13/02/2014


Sumber:
http://unik.kompasiana.com/2014/02/13/tradisi-unik-tanah-mandailing-634911.html

No comments:

Post a Comment