‘Kopi Sipirok’ di Angkola dan ‘Kopi Pakantan’ di Mandailing Tempo Doeloe: ‘The Best Coffee in the World’
Kebun kopi di Padang Sidempuan, 1925 |
Dalam peradaban modern hanya ada tiga minuman non alkohol yang penting, yakni: esktrak tanaman teh, ekstrak biji kakao dan ekstrak biji kopi. Jumlah konsumsi teh merupakan yang terbanyak, kemudian kopi berada di urutan kedua, dan kakao berada di posisi ketiga. Akan tetapi dalam perdagangan internasional kopi menempati posisi terpenting. Keutamaan kopi adalah karena kopi memiliki tempat yang penting dalam diet rasional semua masyarakat di dunia. Kopi juga dianggap sebagai minuman yang demokratis. Kopi tidak hanya modis dan menjadi gaya hidup (life style), tetapi juga minuman favorit para pria dan wanita dari semua lapisan. Rasa kopi juga telah diakui sebagai rasa yang paling menyenangkan di seluruh alam. Kopi menghasilkan rasa dan aroma yang tak terlukiskan dan tidak akan ada pengganti kopi. Konten kopi mampu meningkatkan kapasitas kerja otot dan mental tanpa reaksi yang berbahaya. Inilah gambaran romantisme tentang kopi. Di Sipirock Coffee, suasana ini bisa ditemukan.
***
Mobil mewah di Padang Sidempuan, 1935-Booming kopi |
Romantisme kopi pada awalnya dikenal
secara luas di tanah Arab dan kemudian di Turki. Pada mulanya kopi dianggap
sebagai minuman pengganti untuk ‘anggur yang memabukkan’ tetapi terbukti tidak
demikian dan selanjutnya minuman kopi menjadi akrab di masayarakat. Dimana-mana
muncul kedai-kedai kopi. Adanya interaksi antara orang Eropa dengan dunia Arab/Turki
menjadi sebab awal mengapa kopi diadopsi di Eropa sebagai minuman yang
menghangatkan. Lantas dengan menjamurnya rumah-rumah kopi (kedai kopi) di Eropa
terutama di Inggris menyebabkan permintaan kopi pelan tapi pasti semakin
meningkat. Implikasinya, wilayah produksi kopi pun semakin meluas. Adanya
kolonialisasi oleh negara-negara Eropa di berbagai tempat juga dimanfaatkan
untuk memasok kebutuhan kopi dunia yang semakin meningkat (ternasuk di Pakantan/Mandailing dan Sipirok/Angkola).
Tahun 1699 kopi diintroduksi pertama
kali di Pulau Jawa. Kopi ini didatangkan dari Malabar, suatau wilayah pantai di
India (dan tanaman kopi dari India ini menjadi nenek moyang dari puluhan juta
pohon kopi yang membuat kemudian Hindia Belanda yang terkenal selama dua ratus
tahun). Dua belas tahun kemudian, setelah introduksi, hasil kopi Jawa mulai mengalir
dan menemukan jalan perdagangan dari Jawa ke Belanda dengan pengiriman pertama
1721 sebanyak 894 pon yang nilainya sekitar £ 216.000, dan segera setelah itu,
pengiriman naik menjadi jutaan pon. Antara tahun 1721-1730 suatu perusahaan Belanda
telah memasarkan sebanyak 25.048.000 pon kopi Jawa di Belanda, dan pada dekade
berikutnya senilai £ 36.845.000. Pengiriman dari Jawa dilanjutkan sekitar paruh
kedua hingga sampai akhir abad, meskipun dalam sepuluh tahun 1771-1780 ekspor mereka
hanya mencapai total senilai £ 51.319.000. Total penjualan kopi Jawa di Belanda
selama abad itu lebih dari seperempat miliar pound.
Pada awal abad kesembilan belas,
produksi kopi segera menjadi jauh lebih baik. Pada tahun 1825 kopi dari Jawa
diekspor senilai £ 36.500.000. Selain itu senilai £ 1.360.000 dibawa dari
pulau-pulau tetangga yang waktu itu budidaya kopi telah menyebar seperti ke
Sumatra . Pada tahun 1855 jumlah ekspor kopi dari Jawa senilai £ 168.100.000 dan
senilai £ 4.080.000 dari pulau-pulau lain. Ini merupakan rekor tertinggi untuk setengah
abad setelah awal laporan berkala ekspor pada tahun 1825. Dari tahun 1875-1879
hasil ekspor rata-rata tahunan adalah sebanyak 152.184.000 pon. Pada tahun 1900
produksi kopi di Jawa senilai £ 84.184.000, kemudian menurun pada tahun 1910 menjadi
senilai £ 31.552.000 dan pada tahun 1915 telah melonjak lagi menjadi £
73.984.000.
***
Sebuah gudang kopi di Muarasipongi, 1895 |
Tabel-1. Jumlah produksi kopi berdasarkan jenis
kopi menurut wilayah di Indonesia 1920 (dalam pikul)
|
||||
Jenis kopi
|
Sumatra
|
Jawa
|
Sulawesi dan
Bali
|
Total
|
Liberia
|
14.972
|
6.243
|
2.074
|
23.289
|
Jawa
|
16.312
|
24.291
|
70.621
|
111.224
|
Robusta
|
411.235
|
256.645
|
4.998
|
672.878
|
Total
|
442.519
|
256.645
|
4.998
|
807.391
|
1 pikul= £ 136
|
Pada tahun 1900 total ekspor kopi adalah
sebanyak 112,180,000. Jumlah ekspor ini menurun drastis di tahun 1913. Kemudian
pada tahun 1920 diperkirakan mengalami peningkatan. Total ekspor dari Jawa dan
Madura saja menuju Belanda pada tahun 1920 sudah mencapai sebanyak 99,020,453 pon. Jumlah ini menurun dibandingkan ketika tahun
1900. Kopi yang diproduksi di Indonesia utamanya diekspor ke negeri Belanda.
Tujuan ekspor utamanya menuju negeri Belanda. Negara-negara lainnya antara lain
Amerika Serikat, Singapura, Inggris dan Prancis.
Tabel-2. Jumlah ekspor kopi berdasarkan negara
tujuan 1900, 1913 dan
1920 (pon) |
|||
Negara tujuan
|
Tahun
|
||
1900
|
1913
|
1920*
|
|
Belanda
|
81.489.000
|
33.323.748
|
50.028.815
|
Inggris
Raya
|
88.000
|
981.201
|
5.987.598
|
Prancis
|
2.560.000
|
9.081.715
|
5.410.582
|
Aus-Hungary
|
1.153.000
|
996.988
|
-
|
Jerman
|
71.000
|
997.715
|
75.699
|
Mesir
|
5.494.000
|
104.868
|
1.418.313
|
Amerika
Serikat
|
8.408.000
|
5.695.180
|
17.274.522
|
Singapura
|
9.952.000
|
4.785.580
|
8.349.415
|
Lainnya
|
2.965.000
|
7.831.732
|
10.475.509
|
Total
|
112.180.000
|
63.798.727
|
99.020.453
|
*hanya Jawa dan Madura
|
***
Peta Kopi Dunia |
Tabel-3.
Deskripsi singkat kopi terkenal di
Sumatra
|
|
District, Market Names and Gradings
|
Trade Values and Cup Characteristics
|
Mandheling
(Mandailing)
|
The best
coffee in the world"; also the highest priced. Formerly a Government coffee.
Yellow to brown,
large-sized bean; dully roast, but free from quakers.
It is of heavy body,
exquisite flavor and aroma
|
Ankola
(Angkola)
|
Formerly a Government coffee.
Large fat bean, making a dull roast.
Second only to Mandhelings; it has a
heavy body and rich, musty flavor.
|
Siboga
(Sibolga)
|
A
harder bean Ankola; sometimes called
Private Estate Ankola.
|
Ayer
Bangies
(Air
Bangis)
|
Government coffee. Large even bean, with Mandheling and Ankola;
of a delicate flavor but not much body.
|
Coffee beans origins:
ORIGIN
|
OVERALL
QUALITY
|
CHARACTERISTICS
|
LOOK
FOR
|
BRAZIL
|
Average
|
Sweet
(some describe it as "fruity"), neutral
|
Bourbon
Santos
|
COLOMBIA
|
Good
to excellent
|
Sweet,
good flavor, full body, slight acidity.
|
Medellin,
Armenia, Manizales. Regardless of origin, Supremo is highest grade.
|
COSTA RICA
|
Excellent
|
Hearty,
rich
|
Tarrazu,
Tres Rios, Heredia, Alajuela. "Strictly hard bean" is best grade.
|
DOMINICAN REPUBLIC
|
Above
average to excellent
|
Varies.
Bani is more mellow, while Barahona is heavier and more acidic.
|
Bani,
Ocoa, Barahona
|
ECUADOR
|
Average
to above average
|
Sharp
acidity. May be hard to find in stores.
|
N/A
|
EL SALVADOR
|
Average
|
Medium
acidity, neutral to mild flavor
|
High
grown
|
ETHIOPIA
|
Inconsistent,
in part because of internal political problems
|
Sweet
flavor with floral aroma. Much of the coffee is harvested from wild trees.
|
Yergacheffe,
Harrar, Djimma
|
GUATEMALA
|
Excellent
|
Rich,
spicy or smoky flavor (growers burn pitch near the plantations in severe
weather to protect their crops; this smoke lends the beans their beans
distinctive flavor).
|
Antigua,
Coban, Huehuetenango. "Strictly hard bean" best available grade.
|
HAITI
|
Above
average
|
Sweet,
mellow, fair-bodied with a soft, rich flavor. Continuing political problems
in Haiti may make its coffees difficult to find.
|
Best
grade is "strictly high-grown washed."
|
JAMAICAN HIGH MOUNTAIN
|
Excellent
|
Rich,
full-bodied, and well balanced
|
Wallensford
Blue Mountain, Silver Hill Estate Mountain. Watch out for "Blue Mountain
style," a blend of beans intended to have the same flavor
characteristics as Blue Mountain, but which may contain no beans from that
plantation.
|
JAMAICAN LOW MOUNTAIN
|
Average
to below average, far inferior to Jamaican high mountain
|
Often
used as filler in cheaper coffee blends
|
N/A
|
JAVA (Indonesia)
|
Good
|
Spicy
or slightly smoky, full-bodied, with a strong flavor and little acidity
|
Rare
Old Java
|
KENYA
|
Excellent
|
Full-bodied,
rich, a bit winy, with a hint of black currant
|
AA
is best grade
|
KONA (Hawaii)
|
Above
average to excellent
|
Smooth
and mild, rich flavor, medium acid
|
N/A.
Watch out for "Kona style," which may have similar flavor but is
not required to contain any Kona beans.
|
MEXICO
|
Above
average
|
Fine
acidity, light, delicate body, and pleasantly mellow flavor.
|
Chiapas
(Tapachula), Coatepec, Oaxaca
|
ORIGIN
|
OVERALL
QUALITY
|
CHARACTERISTICS
|
LOOK
FOR
|
MOCHA JAVA
|
Usually
above average
|
Mocha
Java is actually a mixture of one part Yemen Mocha beans to two parts Java
Arabica beans. The combination makes a more complete coffee than either
alone.
|
N/A
|
NEW GUINEA
|
Above
average
|
Similar
to Java, but more understated
|
Arona
|
NEW ORLEANS COFFEE
|
Usually
above average
|
Coffee
isn't grown in New Orleans, but the area has become known for this blend, a
dark-roasted coffee blended with the root chicory.
|
Cafe
Du Monde is most well-known brand name
|
NICARAGUA
|
Inconsistent,
can be above average
|
Fair
acidity, mild flavor, medium to light body
|
Jinotega,
Matagalpa
|
PERU
|
Inconsistent,
can be above average
|
Good
flavor, with medium body, mild acidity, aromatic
|
Chanchamayo
|
SUMATRA
|
Above
average
|
Very
rich, full-bodied, fairly acidic
|
Ankola,
Mandheling
|
TANZANIA
|
Average
|
Sharp,
winy, acidic, rich, medium to full body
|
Moshi,
Kilimanjaro, Arusha; high-grade AA
|
UGANDA
|
Above
average
|
Similar
to Kenya, but with lighter body
|
Arabica
beans rather than robusto; best region is Bugishu
|
VENEZUELA
|
Average
to above average
|
Low
acidity, may be sweet, delicate.
|
Maracaibos:
Merida, Trujillo, Tachira. Best grade is Lavado Fino.
|
YEMEN (Mocha)
|
Excellent
|
Small
beans, with winy, smooth flavor, spicy aftertaste
|
N/A
|
ZIMBABWE
|
Above
average to excellent
|
Winy,
lighter-bodied with spicy aftertaste.
|
Washed
coffee
|
*Dikompilasi oleh Akhir Matua Harahap berdasarkan sumber utama 'All About Coffee' oleh William H. Ukers. New York, June 17, 1922. Foto dari KITLV.NL, Tabel coffee bean origins (CNN).
Sumber:
http://akhirmh.blogspot.com/2013/09/kopi-sipirok-di-angkola-dan-kopi.html
No comments:
Post a Comment