Friday, May 16, 2014

KISAH SEDIH KOPI SIDIKALANG

KISAH SEDIH KOPI SIDIKALANG

Kopi Sidikalang, jika melihat namanya, umumnya pasti orang akan beranggapan bahwa kopi tersebut pasti berasal dari Sidikalang atau Pakpak barat, dan anggapan tersebut memang benar. Tetapi, yang membuat namanya terkenal bukan saja asalnya, tetapi kenikmatan rasa dan aroma khasnya yang sudah mencirikan budaykopikua orang dari wilayah Sidikalang dan Pakpak barat. Sudah menjadi kebiasaan orang Pakpak, apabila mereka silaturahmi berkunjung kepada para keluarga kerabat atau sahabat, sewaktu mereka akan memulai percakapan, pasti didahului dengan tawaran secangkir kopi. Semakin kental kopinya akan memperpanjang cerita, karena biasanya walaupun minuman kopinya sudah habis, tapi langsung ditambahkan lagi dengan air putih.

Sejarah yang tertuang secara lisan di antara masyarakat Dairi mencatat bahwa kopi jenis robusta pernah memakmurkan petani Dairi. Bahkan, sampai ada anekdot yang beredar di kalangan luar daerah Dairi yang mengatakan,
“Petani kopi Dairi akan mencuci tangannya dengan minuman bir manakala mereka ingin makan.”

Kenyataannya, memang mereka pernah mengecap masa kejayaan dari hasil produksi kopi robusta. Dalam kancah perkopian nasional bahkan internasional, predikat Kopi Sidikalang pernah mencapai masa keemasan. Tak heran pula bahwa kenikmatan kopi jenis robusta itu bahkan pernah secara ekonomis sampai mengangkat harkat masyarakat Dairi sendiri, sehingga kemakmuran ekonomi dirasakan oleh para petani kopi setempat.

Tapi, waktu pula yang membuat segalanya berubah. Seperti dikatakan oleh beberapa pengusaha kopi, pengoplosan yang sering dilakukan oknum-oknum tertentu untuk meraih keuntungan yang lebih besar, telah merusak pasar ekspor kopi robusta. Tentu saja pengoplosan ini mengecewakan konsumen. Mencampur bubuk kopi robusta dengan bahan lain, jelas mengakibatkan mutu dan rasanya berubah. Akibatnya, harga beli pun ikut anjlok.

Saat kopi robusta akhirnya nyaris tenggelam karena harga pasar yang tidak menjamin lagi, mengakibatkan petani disana mulai cita rasa kopiberalih menanam tanaman kopi jenis arabika yang lebih menguntungkan, tapi dengan kualitas yang berbeda dari sebelumnya.

Untuk mengembalikan masa kejayaan itu, perlu proses yang tidak mudah, namun bisa dilakukan dengan cara mempromosikan dan meningkatkan kualitas, baik dengan cara penyuluhan kepada para petani, dan bekerja sama antara pengusaha kopi dengan Pemerintah setempat. Pemerintah juga harus aktif membantu masyarakatnya untuk mempromosikan ke  taraf lebih tinggi lagi baik nasional maupun internasional. kalau kopi sidakalang sudah mempunyai kualitas yang bagus.

Dari data Badan Pusat Statistik (BPS), Lahan pertanian Kabupaten Dairi memperlihatkan kecenderungan pergeseran luas lahan produksi dan jumlah volume produksi yang secara drastis mengalami penurunan. Tercatat bahwa pada tahun 1996 produksi kopi jenis robusta mencapai sekitar 7.941 ton dengan luas lahan 16.524 hektar. Sangat berbeda halnya dengan kopi jenis arabika yang jumlah produksinya hanya sekitar 1.061 ton dengan luas lahan 3.103 hektar

Jumlah ini terus-menerus bergeser, hingga akhirnya bedasarkan pendataan BPS pada tahun 2006 bahwa pada tahun 2005, tercatat jumlah produski robusta yang jauh drastis menurun hingga hanya mencapai 2.776 ton saja dengan luas lahan produksi 11.154 hektar. Sebaliknya, produksi kopi arabika meningkat menjadi 9.442 ton dengan luas lahan produksi 9.373 hektar.

Perubahan besar ini tentu membuat istilah Kopi Sidikalang yang sebenarnya semakin bias dari kenyataan. Bisa kita bayangkan, apa yang akan terjadi dengan produksi kopi robusta Sidikalang asli dalam jangka waktu beberapa puluh tahun kedepan.

Kopi Sidikalang, bagaimanakah nasibmu dimasa yang akan datang? apakah akan kembali berjaya seperti masa keemasannya dulu? atau akan musnah menjadi kenangan manis masa lalu, seperti ratusan bahkan ribuan produk pertanian unggulan di negeri tercinta kita Republik Indonesia ini.
Pertanyaan itu, biarlah waktu juga yang akan menjawabnya.

Julayjo


Sumber:
http://bukukopiblog.wordpress.com/2014/05/01/kisah-sedih-kopi-sidikalang/

No comments:

Post a Comment