BRMS Kantongi Kontrak EPC Dairi
PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS). foto google
Selasa, 22 April 2014
JAKARTA-PT Bumi Resources Minerals Tbk (BRMS) mengantongi kontrak
Engineering, Procurement & Construction (EPC) dengan China
Nonferrous Metal Industry’s Foreign Engineering & Construction Co
Ltd (NFC). Kontrak itu diteken untuk membangun cadangan seng dan timah
hitam. Kontrak EPC itu sebagai babak lanjutan dari perjanjian kerjasama
kedua belah pihak Oktober 2013 lalu.
Berdasar kontrak tersebut, NFC sepakat membangun infrastruktur dan fasilitas pengolah 1 juta ton bijih besi per tahun. Pembangunan fasilitas diharap rampung di penghujung 2017 mendatang. Manajemen mengklaim, nilai kontrak itu masih dalam tahap pembahasan. Besaran nilainya masih dalam kalkulasi. Namun, yang pasti, berdasar rencana, NFC akan menyediakan 85 persen dari total dana. ”Kedua belah pihak masih menghitung besaran nilai kontraknya,” tutur Herwin Hidayat, Investor Relations Bumi Minerals, di Jakarta, Senin (21/4).
Kontrak EPC perseroan dan NFC itu, terkait pembangunan cadangan seng dan timah hitam di blok milik anak usaha perseroan, yaitu PT Dairi Prima Mineral (DPM). Sebelumnya, NFC telah menggandeng perusahaan kontraktor asal Rusia, yaitu Metals of Eastern Siberia Corporation (MBC) untuk menggarap proyek Dairi. Kontrak antara NFC dan MBC itu senilai USD 1,4 miliar atau setara Rp 15 triliun. Pencapaian kontrak Dairi dengan NFC merupakan kemajuan besar.
Pasalnya, pengembangan seng dan timah hitam diharap memberi nilai tambah (value added) bagi pemegang saham. “Tentu ini pencapaian luar biasa,” tambah Suseno Kramadibrata, Direktur Utama Bumi Minerals. Saat ini, sebesar 80 persen saham blok Dairi Prima dikendalikan BRM.
Sedang 20 persen sisanya dimiliki PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Blok berlokasi di Sumatera Utara (Sumut) itu memiliki cadangan sebesar 11 juta ton bijih dan sumberdaya 25 juta ton bijih, dengan cadangan seng berkadar 11,5 persen, dan cadangan timah berkadar 6,8 persen.
Sebelumnya, BMR resmi melepas seluruh aset-aset tambang di Afrika. Perseroan melepas sekitar 95 persen saham tambang emas Liberia, Konblo Bumi Inc kepada mitra lokal, Trinity Business Corporation. Kemudian menjual 60 persen proyek Mauritania kepada Rubis International Limited (Rubis) senilai USD 5 juta. Tahun lalu, BRM mencatat pendapatan usaha USD 19,6 juta alias turun 11,7 persen, dari periode sama 2012 di kisaran USD 22,2 juta. Rugi bersih meningkat 4 kali lipat, dari posisi USD 29,7 juta pada 2012 menjadi USD 121,1 juta. (far)
Sumber:
http://www.indopos.co.id/2014/04/brms-kantongi-kontrak-epc-dairi.html
Berdasar kontrak tersebut, NFC sepakat membangun infrastruktur dan fasilitas pengolah 1 juta ton bijih besi per tahun. Pembangunan fasilitas diharap rampung di penghujung 2017 mendatang. Manajemen mengklaim, nilai kontrak itu masih dalam tahap pembahasan. Besaran nilainya masih dalam kalkulasi. Namun, yang pasti, berdasar rencana, NFC akan menyediakan 85 persen dari total dana. ”Kedua belah pihak masih menghitung besaran nilai kontraknya,” tutur Herwin Hidayat, Investor Relations Bumi Minerals, di Jakarta, Senin (21/4).
Kontrak EPC perseroan dan NFC itu, terkait pembangunan cadangan seng dan timah hitam di blok milik anak usaha perseroan, yaitu PT Dairi Prima Mineral (DPM). Sebelumnya, NFC telah menggandeng perusahaan kontraktor asal Rusia, yaitu Metals of Eastern Siberia Corporation (MBC) untuk menggarap proyek Dairi. Kontrak antara NFC dan MBC itu senilai USD 1,4 miliar atau setara Rp 15 triliun. Pencapaian kontrak Dairi dengan NFC merupakan kemajuan besar.
Pasalnya, pengembangan seng dan timah hitam diharap memberi nilai tambah (value added) bagi pemegang saham. “Tentu ini pencapaian luar biasa,” tambah Suseno Kramadibrata, Direktur Utama Bumi Minerals. Saat ini, sebesar 80 persen saham blok Dairi Prima dikendalikan BRM.
Sedang 20 persen sisanya dimiliki PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Blok berlokasi di Sumatera Utara (Sumut) itu memiliki cadangan sebesar 11 juta ton bijih dan sumberdaya 25 juta ton bijih, dengan cadangan seng berkadar 11,5 persen, dan cadangan timah berkadar 6,8 persen.
Sebelumnya, BMR resmi melepas seluruh aset-aset tambang di Afrika. Perseroan melepas sekitar 95 persen saham tambang emas Liberia, Konblo Bumi Inc kepada mitra lokal, Trinity Business Corporation. Kemudian menjual 60 persen proyek Mauritania kepada Rubis International Limited (Rubis) senilai USD 5 juta. Tahun lalu, BRM mencatat pendapatan usaha USD 19,6 juta alias turun 11,7 persen, dari periode sama 2012 di kisaran USD 22,2 juta. Rugi bersih meningkat 4 kali lipat, dari posisi USD 29,7 juta pada 2012 menjadi USD 121,1 juta. (far)
Sumber:
http://www.indopos.co.id/2014/04/brms-kantongi-kontrak-epc-dairi.html
No comments:
Post a Comment