SASTRA BATAK TOBA
Batak
Toba Sekilas Pandang
Masyarakat
Batak Toba pada umumnya hidup tersebar atau tinggal di sekitar daerah Sumatera
Utara, khususnya di daerah pulau Samosir dan daerah Tapanuli. Namun demikian orang Batak telah tersebar ke
berbagai penjuru dunia ini.Suku Batak Toba menjadi suku bangsa yang besar. Nenek
moyang suku bangsa Batak diduga berasal dari Hindia Belakang, walau menurut mitos
orang Batak yang beredar di kalangan masyarakat ini, nenek moyang Orang Batak berasal
dari titi sandewa Si Raja Deang Parujar. Raja Batak sebagai manusia pertama dikirim
oleh dewa ke bumi ini di gunung Pusuk Buhit, di pulauSamosir. Ada beberapa upacara
adat dalam di dalam masyarakat batak toba, yaitu: upacara kelahiran,
perkawinan, kematian, dan memasuki rumah baru. Dalam acara adat-istiadat selalu
dipergunakan pantun atau umpasa .
Banyak teori dan pendapat yang
berbicara tentang keberadaan suku Batak Toba.
Suku Batak mencakup lima suku: Batak
Toba, Batak Simalungun, Batak Karo, Batak Mandailing, Batak Dairi-Pakpak.
Tetapi pendapat ini sangatlah lemah karena bukti untuk itu tidak kuat. Sebagian
orang berpendapat bahwa suku ini berdiri sendiri. Memang ada kemiripan di antara
ke lima suku ini, misalnya memiliki sedikit persamaan dalam bahasa, adat kebiasaan.
Tetapi lebih banyak perbedaan. Perbedaan ini menjadi dasar penentu bahwa suku Batak
Toba berbeda dari suku yang lainnya itu.
2.2
Seni Sastra Masyarakat Batak Toba.
Orang
Batak Toba terkenal dengan keberaniannya untuk berbicara di depan umum dan keberanian
dalam hal-hal lainnya. Sifat umum dan khas dari suku bangsa ini ialah “Si boru puas
si boru bakkara, molo nunga puas ampe maso ada mara (artinya,seseorang harus mengungkapkan
isi hati dan perasaannya, dan jika hal itu telah terungkapkan maka puaslah rasanya
dan damai serta selesailah masalah, semua masalah harus dituntaskan dengan pembicaraan).
Ungkapan ini umumnya mewarnai sifat
orang Batak. Berkaitan dengan itulah maka orang Batak suka berbicara. Suka berbicara,
berkaitan erat dengan banyak hal dalam hidup orang Batak Toba. Suku ini memiliki
banyak ungkapan-ungkapan berhikmat, pepatah, pantun, falsafah, syair lagu, dll.
Banyak ungkapan bijaksana di kalangan masyarakat Toba. Ungkapan bijak itu tidak
kala penting dan nilainya bagi kehidupan manusia bila dibandingkan dengan ungkapan
bijak dari sastra suku bangsa lain. Ungkapan berhikmat itu sungguh lahir dari pengalaman
dan pergulatan hidup nenek moyang dari dahulu hingga masa sekarang.
Bila
diteliti secara seksama, sastra kebijaksanaan suku Batak Toba (yang disebut umpama),
terdiri dari empat bagian. Pembagian itu adalah sebagai berikut:
- Filsafah (Batak: umpama nama risi habisuhon= pepatah yang berisi pengetahuan atau kebijaksanaan).
- Etika kesopanan (Batak: umpama ha hormaton).
- Undang-undang (Batak: umpama namar domu tu adat dohot uhum).
- Kemasyarakatan (Batak: umpama namar domu tu parsaoran si ganupari, imana di pangke di tingki pesta, partamueon, dll.).
2.3 Arti dan makna serta penggunaan umpasa
(pepatah)
Penggunaan umpasa merupakan ciri khas
karena penggunaan umpasa berfungsi untuk memperindah dan memberi kekuatan serta
penekanan dalam rangka pengungkapan makna secara intensif. Pepatah (Batak: umpama) dipakai pada kesempatan
pesta pernikahan, pesta adat dan pada waktu kemalangan. Pepatah ini digunakan sebagai
nasehat untuk pihak yang berpesta dan yang sedang kemalangan. Berdasarkan
bentuknya ungkapan itu dapat di bagi ke dalam empat bagian besar. Pembagian itu
ialah:
- Pantun (Batak: umpasa): adalah ungkapan yang berisi permintaan berkat, keturunan yang banyak, penyertaan dan semua hal yang baik, pemberian dari Allah.
- Kiasan/persamaan (Batak: tudosan): adalah pepatah yang berisi persamaan dengan ciptaan (alam) dan semua yang ada di sekitar kita, misalnya: pematang sawah yang licin.
- Nyanyian (Batak: endeende): adalah pepatah yang sering dinyanyikan, diungkapkan oleh orang yang sedang rindu, yang bergembira dan yang sedang sedih.
4. Pepatah (Batak: Umpama) adalah:
- kebijaksanaan/kecerdikan,
- Pepatah etika kesopanan,
- Pepatah adat (peraturan: tata cara),
- Pepatah hukum.
2.4
Sastra kebijaksanaan Batak Toba
:
1.
Berkaitan dengan Penderitaan Manusia:
- Nunga bosur soala ni mangan
- Mahap soala ni minum
- Bosur ala ni sitaon on
- Maha palani sidang olon
Arti
harafiah dan leksikal:
Sudah kenyang
bukan karena makan
Puas bukan
karena minum
Kenyang karena
penderitaan
Puas
karena kesedihan/duka cita
Syair pantun ini mengungkapkan keluhan
manusia atas penderitaan yang berkepanjangan yang menyebabkan keputusasaan. Penderitaan
sering dianggap sebagai takdir. Takdir ditentukan oleh Debata Mulajadi Na Bolon
(Allah orang Batak Toba) harus diterima dengan pasrahsaja. Ada orang yang
menyerah saja pada penderitaan dan menjadi apatis. Namun untuk sebagian orang
takdir dilihat sebagai sarana pendidikan, yakni mendidik untuk tabah menghadapi
segala cobaan hidup, menyingkirkan sifat sombong dan sekaligus menanamkan rasa
patuh kepada orangtua, raja, hula-hula (kerabat keluarga), nenek moyang dan Debata
Mulajadi Na Bolon.
Jenis pantun ini ialah “pantun andung” (pantun tangisan) pada
penderitaan. Pantun ini diungkapkan pada waktu mengalami penderitaan (kesedihan
dan duka cita), misalnya pada saat kematian orang tua, sahabat dan famili.
Dalam kelompok
pepatah (Batak: umpama). Dipakai pada kesempatan pesta pernikahan, pesta adat dan
pada waktu kemalangan. Pepatah ini digunakan sebagai nasehat untuk pihak yang
berpesta dan yang sedang kemalangan.Sumber:
http://fbsekstensia.blogspot.com/2013/06/batak-toba.html
No comments:
Post a Comment