Karo, Tempat Kelahiran Para Pejuang Pemberani dan Militan
(Analgin Ginting)
Pada tulisan sebelumnya saya sudah menyinggung bagaimana perkasanya para pemuda dari Kuta Buluh dalam menghalau pasukan Kerajaan Majapahit yang dipimpin langsung Maha Patih yang melegenda, Gajah Mada. Pasukan Gajah Mada, naik ke Kuta Buluh dari Belawan melalui aliran Sungai Petani, ke Delitua, Basukum, TanjungBarus dan membangun Markas di Deleng (Gunung) Barus. Banyak yang skeptis, bahkan menganggap kisah ini hanya sebuah lelucon saja, yang tidak bisa dipercaya kebenarannya. Memang pembuktian dengan mencari dan menemukan sumber sumber sejarah pendukung sangat diperlukan untuk membuktikan teori ini. Akan tetapi kalau kita lihat pada periode berikutnya, bukti bukti kehebatan dan keberanian Putra Putra Karo, maka mau tidak mau kita akan melihat kebenaran kisah yang sangat bernilai sejarah ini.
Ada dua peristiwa besar dalam Sejarah Orang Karo yang membuktikan kualitas kepahlawanan sebenarnya Orang karo. Pertama adalah kewalahannya Belanda di perkebunan tembakau Deli yang sangat terkenal itu, dan yang kedua keperkasaan Pemuda Karo dalam mempertahankan Kemerdekaan Republik Indonesia dalam peristiwa Agresi Militer Belanda.
Tembakau Deli
Ketika Pengusaha Belanda membangun Perkebunan Tembakau Deli yang sangat terkenal di daerah yang sekarang disebut Namo Trasi, sekitar 30 Km dari Kota Medan ke arah Barat Daya, Belanda sempat sangat frustasi. Karena menjelang panen tembakau ini selalu diganggu; dicuri atau pun dibakar oleh para pemuda Karo. Padahal perkebunan tembakau ini dijaga oleh Serdadu Belanda dengan peralatan senjata yang lengkap dan modern untuk ukuran saat itu. Mereka kewalahan terhadap gangguan yang disebut “Musuh Berngi”, (musuh dimalam hari), yang hanya bersenjata Eltep (sumpitan) yang mengandung racun, sama seperti senjata yang dipakai oleh Kerajan Haru Kuta Buluh menghalau pasukan Gajah Mada 550 tahun sebelumnya.
Belanda kewalahan melawan Musuh Berngi ini karena keberanian dan strategimereka. Belanda kehilangan akal bagaimana menaklukkan pasukan sumpitan ini, sampai akhirnya Belanda menemukan taktik yang lain, yaitu dengan menginjili Orang karo supaya tidak lagi melawan. Pengusaha Belanda bekerja sama dengan badan penginjilan NZG untuk menjinakkan orang karo, karena berperang atau melalui senjata Belanda selalu kalah. Penginjilan yang berawal pada tahun 1890 ini berhasil menjinakkan gangguan musuh berngi namun dapak positifnya orang Karo pun menerima Injil. Upaya penginjilan ini adalah bukti tak terbantah bagaimana Belanda sangat mengakui kehebatan pasukan Orang Karo.
Perang Kemerdekaan
Dalam Buku Tulisan Sempa Sitepu “Kehadiran Injil Kerajaan Allah Membaharui Adat/Budaya Dan Kehidupan Suku Karo, Indonesia” hal 326, digambarkan banyak sekali pemuda yang gugur masih berusia belasan dan dua puluhan tahun untuk mempertahan kemerdekaan RI dari Agresi Belanda. Orang Karo adalah Pahlawan yang sangat pemberani, banyak yang gugur di Medan Pertempuran dan buktinya Makam Pahlawan Kabanjahe, tempat sebagian Pahlawan Pemuda Karo dimakamkan, merupakan salah satu makam pahlawan terbesar di Indonesia.
Beberapa nama pahlawan itu diabadikan sebagai Nama Jalan di Kota Kabanjahe seperti Letnan Mumah Purba, Kapten Bangsi Sembiring, Letnan Rata Perangin-angin, Kapiten Purba, Kapten Pala Bangun, Nabung Surbakti, Kapten Maryam Ginting, Kapten Bom Ginting, Kapten Selamat Ketaren, Letnan Abdul Kadir (Suku Melayu yang bertempur di Karo), Kapten Upah Tendi Sebayang, Kapten Sukaraja Munte. Saya berfikir jangan jangan di Kota Kabanjahe lah nama-nama jalan paling banyak diambil dari nama Pahlawan Lokalnya.
Disamping para Pahlawan Karo yang gugur di Medan pertempuran masih banyak Pemuda yang tetap hidup, dan menjadi militer pejuang sampai kemasa Kemerdekaan, bahkan sampai ke era Indonesia Modern. Ada 3 orang Karo yang dinobatkan sebagai pelopor pejuang karo yang mempunyai sikap militansi yang sangat tinggi yaitu : Djamin Ginting, (Letnan Jendral), Selamat Ginting (Mayor TNI ), Payung Bangun (Mayor TNI ). Mereka bertiga dikenal sangat militan dalam membela keyakinan/profesi mereka dan yang paling utama adalah militansi atau keberpihakan mereka terhadap Orang Karo.
Bagaimana kiprah ketiga orang ini digambarkan oleh Teridah Bangun dalam Bukunya “Tiga Pelopor Pejuang Karo, 2004) sebagai berikut.
Djamin Gintings Sebagai prajurit TNI, yang berpegang teguh kepada Sapta Marga dan Sumpah Prajurit, jelas sekali berpendirian politik sebagai nasionalis dan Pancasilais. Nama Jamin Gintings sekarang diabadikan sebagai nama jalan yang sangat panjang mulai dari Kota Medan sampai ke Kabanjahe sepanjang lebih kurang 80 km.
Payung Bangun Setelah keluar dari kemiliteran tahun 1950, lalu bergerak dalam dunia usaha namun aktif mengikuti perkembangan politik dan kenegaraan.
Selamat Ginting Setelah keluar dari kemiliteran tahun 1950, langsung terjun ke kancah perpolitikan dengan kiprah aktif dalam Parpol PNI, mula-mula sebagai pengurus PNI Tanah Karo merangkap anggota DPRD di Kabupaten Karo.
Sampai Saat ini, bakat dan minat Orang Karo untuk berkarier di Militer dan kepolisian tidak pernah surut bahkan semakin besar. Sebagai contoh ada berapa nama perwira Karo yang saya ingat seperti Letkol Dat Malem Ginting, Kolonel Pustaka Bangun, Kolonel Albert Perangin-angin, Brigjen Pol Drs Sadar Sebayang, Brigjen Pol Drs Arman Sembiring Depari. Mengingat sifat sifat kemiliteran, keberanian dan militansi para pejuang Orang Karo sulit untuk tidak percaya bahwa Gajah Mada dikalahkan oleh Orang Karo di Kuta Buluh.
Sumber:
http://sejarah.kompasiana.com/2011/02/04/karo-tempat-kelahiran-para-pejuang-pemberani-dan-militan-338400.html
No comments:
Post a Comment