Mengenang Uning-uningan
Zaman telah berubah. Berbagai produk kesenian tradisional pun kian terkikis waktu. Salah satunya adalah Uning-uningan. Untungnya, meskipun bisa dihitung jari, masih ada juga orang-orang teguh mempertahankan seni tradisi ini.
Uning-uningan merupakan kesenian tradisional Batak Toba yang tersisa. Selain digunakan sebagai sarana pendekatan kepada pujaan hati, konon juga bermanfaat sebagai alat komunikasi antara manusia dengan Sang Pencipta (Mula Jadi na Bolon). Kesenian ini terdiri dari unsur musik (musik instrumental) di mana alat musiknya merupakan alat musik tertua dan asli dari masyarakat Batak Toba.
M Hutasoit dalam bukunya, Ende Batak dohot Uning-uningan mengatakan, perkataan uning-uningan berasal dari dua kata un dan ing. Un berarti suara yang rendah (bongor) dan ing berarti suara yang tinggi (sihil). Dengan demikian, pengertian uning-uningan berarti, suara bongor dan sihil yang bersahut-sahutan.
Ada beberapa jenis alat musik yang dipakai dalam uning-uningan, antara lain jenis aerophone (alat musik yang ditiup) terdiri dari sarune na met-met, sulim, sordam, tulila, tataloat, salung dan along-along. Jenis chordophone (alat musik yang dipetik) terdiri dari hasapi, tanggetong atau mengmong dan sidideng. Jenis idiophone (alat musik yang dipukul) terdiri dari garantung, saga-saga, jenggong dan hesek. Kemudian jenis membranophone (alat musik yang terbuat dari kulit binatang) terdiri dari gardap.
Fungsi Uning-uningan
Selain berfungsi sebagai alat untuk memanggil roh, fungsi lain dari Uning-uningan adalah sebagai alat komunikasi antara manusia dengan Sang Pencipta (Mula Jadi na Bolon).
Untuk fungsi secara pribadi, beberapa perangkat uning-uningan bisa dimainkan sendiri-sendiri. Seorang ibu hamil, bisa memainkan garantung agar kelak anaknya lahir dalam keadaan sehat. Seorang kakek juga sering memainkan hasapi begitu mendengar kabar kelahiran cucunya. Sedangkan sordam dimainkan para orangtua yang sedang bersedih hati pada malam ketika suasana sudah benar-benar sepi.
Kini, uning-uningan sudah semakin jarang dimainkan. Agaknya, generasi muda sekarang takut dicap kolot bila memainkannya. Mereka lebih memilih untuk memainkan atau mendengarkan musik yang lagi tren.Belum lagi larangan gereja kepada jemaatnya untuk melakukan upacara yang berhubungan dengan kekuatan gaib. Akibatnya, tak usah heran uning-uningan akan hilang suatu saat nanti.
Sumber:
http://www.silaban.net/2006/11/05/mengenang-uning-uningan/
No comments:
Post a Comment