SEJARAH BATAK - II
1293 – 1339 M
Penetrasi orang-orang Hindu yang berkolaborasi dengan
Bangsa Jawa mendirikan Kerajaan Silo, di Simalungun, raja pertama
bernama Indra Warman dengan pasukan yang berasal dari Singosari. Pusat
Pemerintah Agama ini berkedudukan di Dolok Sinumbah. Kelak direbut oleh
orang-orang Batak dan di atasnya didirikan cikal bakal
kerajaan-kerajaan Simalungun dengan identitas yang terpisah dengan
Batak. Kerajaan Silo ini terdiri dari dua level masyarakat; Para Elit
yang terdiri dari kaum Priayi Jawa dan masyarakat yang terdiri dari
kelompok Marga Siregar Silo.
1331 – 1364 M
Di Nusantara, Kerajaan Majapahit tumbuh menjadi sebuah Negara
Superpower. Sebelumnya, Sebagian Eropa Barat dan Timur sampai ke Kazan
Rusia, Asia Tengah dan Afrika Utara dan tentunya Timur Tengah
didominasi Kekuatan Arab yang juga menguasai Samudera India, Atlantik
dan sebagin Samudera Pasifik.. Kekuatan Persia-Mongol tampak di India,
Pakistan, Banglades dan sebagian China dan Indo-Cina serta beberapa
kepulauan Nusantara, mereka tidak kuat di laut. China menguasasi
sebagian Samudera Pasifik khususnya laut China Selatan. Sementara itu
di pedalaman Eropa manusia masih hidup dalam pengaruh Yunani dan Romawi
yang Animis, mereka kemudian menjadi perompak dan pembajak laut. Di
daerah Nusantara kaum Hokkian menguasasi jaringan ‘garong’ perompak
yang terkadang lebih kuat dari kerajaan-kerajaan kecil melayu. Para
pembajak laut Eropa sesekali diboncengi kaum Fundamentalis Yahudi dan
pendatang baru; kaum trinitas Gereja Barat yang berseberangan dengan
Gereja timur yang unitarian dan menaruh dendam kesumat atas kejayaan
Arab.
Prapanca, seorang pujangga Majapahit abad ke-14, yang masyhur
mengatakan di dalam Negara Kertagama bahwa Barus merupakan salah satu
negeri Melayu yang penting di Sumatera. Negeri Barus menjadi terkenal
karena masyarakat Batak di Sumatera saat itu, Batak Pesisir,
menggunakan Bahasa Melayu sebagai Lingua Franca.
1339 M
Pasukan ampibi Kerajaan Majapahit melakukan infiltrasi di muara
Sungai Asahan. Dimulailah upaya invasi terhadap Kerajaan Silo. Raja
Indrawarman tewas dalam penyerbuan tersebut. Kerajaan Silo berantakan,
keturunan raja bersembunyi di Haranggaol.
Pasukan Majapahit di bawah komando Perdana Menteri Gajah Mada,
mengamuk dan menghancurkan beberapa kerajaan lain; Kerajaan Haru Wampu
serta Kesyahbandaran Tamiang (sekarang Aceh Tamiang) yang saat itu
merupakan wilayah kedaulatan Samudra Pasai.
Pasukan Samudra Pasai, di bawah komando Panglima Mula Setia, turun
ke lokasi dan berhasil menyergap tentara Majapahit di rawa-rawa sungai
Tamiang. Gajah Mada bersama pengawal pribadinya melarikan diri ke Jawa
meninggalkan tentaranya terkepung oleh pasukan musuh.
Para Keturunan Indrawarman kembali ke kerajaan dan mendirikan kerajaan
baru bernama Kerajaan Dolok Silo dan Kerajaan Raya Kahean.
1339 M
Kerajaan Dolok Silo dan Raya Kahean berakulturasi menjadi kerajaan
Batak Simalungun, namun tetap berciri khas Hindu Jawa absolut. Konon
kerajaan ini mampu berdiri selama 600 tahun. Menjadi dinasti tertua di
kepulauan Indonesia di abad 20. Sekitar 250 tahun lebih tua dari
Dinasti Mataram di Pulau Jawa.
Pada saat yang sama dua kerajaan lain muncul kepermukaan; Kerajaan
Siantar dan Tanah Jawa. Raja di Kerajaan Siantar merupakan keturunan
Indrawarman, sementara Tanah Jawa, dipimpin oleh Raja Marga Sinaga dari
Samosir. Penamaan tanah Jawa untuk mengenang Indrawarman.
1350 M
Kelompok Marga Siregar bermigrasi ke Sipirok di Tanah Batak Selatan.
1416 – 1513 M
Pasukan Cina dibawah komando Laksamana Haji Sam Po Bo, Cheng Ho, dalam
armada kapal induk mendarat di Muara Labuh di muara Sungai Batang
Gadis. Salah satu misi mereka yakni mengejar para bandit dari suku
Hokkian tercapai. Sebelum berangkat, pasukan Cheng Ho yang berjumlah
ribuah itu mendirikan industri pengolahan kayu dan sekaligus membuka
pelabuhan Sing Kwang atau Singkuang dalam lidah lokal yang berarti
Tanah Baru.
1416-1513 M
Orang-orang Tionghoa yang beragama Islam mulai berdatangan ke Sing
Kwang dan berasimilasi dengan penduduk khususnya kelompok marga
Nasution. Para Tionghoa tersebut membeli Kayu Meranti dari pengusaha
setempat dan mengirimkannya ke Cina daratan untuk bahan baku tiang
istana, kuil dan tempat ibadah lainnya.
1419-1444 M
Nicolo Di Conti dari Venesia tahun 1419-1444 mengadakan perjalanan ke
Barus dan menyebutkan kapur dalam bukunya. Seorang navigator atau
mualim Arab Ahmad bin Majid menulis dalam bukunya Kitab al-Fawa’id fi
usul al-Bahr wa al-Qawaid (c 1489-1490) bahwa kapur Barus ada di bagian
utara Sumatera yaitu antara garis katulistiwa sampai tiga derajat
lintang utara (Marsden 1811: 149f)
1450-1500 M
Islam menjadi agama resmi orang-orang Batak Toba, khususnya dari
kelompok marga Marpaung yang bermukim di aliran sungai Asahan. Demikian
juga halnya dengan Batak Simalungun yang bermukim di Kisaran,
Tinjauan, Perdagangan, Bandar, Tanjung Kasau, Bedagai, Bangun Purba dan
Sungai Karang.
Perubahan terjadi di konstelasi politik dunia. Para bajak laut Eropa
mulai mencari target operasi baru di kepulauan Nusantara yang hilir
mudik dilalui para pedagang-pedagang Internasional; Arab, Afrika,
India, Gujarat, Punjabi, Yunnan dan tentunya kelompok bajak laut lokal;
Hokkian.
1450-1818 M
Kelompok Marga Marpaung menjadi supplier utama komoditas garam ke
Tanah Batak di pantai Timur. Splendid isolation Bangsa Batak mulai
terkuak. Yang positif bisa masuk namun tidak yang negatif.
Mesjid pribumi pertama didirikan oleh penduduk setempat di pedalaman
Tanah Batak; Porsea, lebih kurang 400 tahun sebelum mesjid pertama
berdiri di Mandailing. Menyusul setelah itu didirikan juga mesjid di
sepanjang sungai Asahan antara Porsea dan Tanjung Balai. Setiap
beberapa kilometer sebagai tempat persinggahan bagi musafir-musafir
Batak yang ingin menunaikan sholat. Mesjid-mesjid itu berkembang,
selain sebagai termpat ibadah, juga menjadi tempat transaksi komoditas
perdagangan. Siapapun berhak membeli, tidak ada diskriminasi agama.
Toleransi antara Islam dan agama orang Batak yakni parmalim berlangsung
begitu erat dan hangat.
1451 M
Mazhab Syafii berkembang pesat di Tanah Batak. Khusunya bagi mereka
yang mendiami area Padang Lawas, di daerah Sungai Rokan dan Sungai
Barumun. Didirikan mesjid-mesjid di Daludalu, Tambusai, Langgapayung
dan Sunggam.
Juga orang-orang marga Marpaung, pedagang garam di daeran pengaliran
Sungai Asahan. Pada tahun 908H/1501M didirikan mesjid di Porsea Uluan.
Dekat jembatan panjang yang sekarang.
Mazhab Syafii juga berkembang pesat di komunitas Batak Simalungun
khususnya daerah Tinjauan, Perdagangan, Bandar, Bedagai dan Bangun
Purba. Mereka kebanyakan berasal dari marga Sinaga dan Damanik. Pada
zaman modern sekarang ini (2006) di Simalungun telah terpilih langsung
dalam pilkada Kabupaten Simalungun seorang putera daerah Zulkarnaen
Damanik sebagai Bupati Simalungun.
1508 M
Kerajaan Haru Wampu yang berpopulasi orang-orang Batak Karo diinvasi
oleh Kesultanan Aceh. Dalam perkembangan politik berikutnya para
keturunan Raja Haru Wampu mendirikan kerajaan baru yang menjadi cikal
bakal Kesultanan Langkat.
1508-1523 M
Kesultanan Haru Delitua tetap eksis di daerah pengairan Sungai Deli
namun kedulatannya berada dalam otoritas Kesultanan Aceh. Penduduknya
merupakan Batak Karo yang sudah memeluk agama Islam. Setelah melemahnya
dominasi Kesultanan Aceh, Kesultanan ini bertransformasi menjadi
Kesultanan Deli.
Kelompok bajak laut Eropa setelah beberapa lama dikucilkan karena
perangai ‘garongnya’ mulai memperkenalkan diri kepada kerajaan-kerajaan
nusantara sebagai ‘pedagang damai’. Taktik ini diambil agar mereka
dapat melakukan penetrasi ke wilayah kerajaan untuk pemetaan dan
penentuan titik-titik serangan untuk devide et impera.
1510 M
Dinasti Sori Mangaraja, yang berpusat di Sianjur Limbong Mulana,
dikudeta oleh Kelompok Marga Manullang. Kejayaan dinasti ini, setelah
90 generasi berturut-turut memerintah, lenyap. Dinasti ini sendiri
terdiri dari Kelompok Marga Sagala dari kubu Tatea Bulan.
1511 M
Pada permulaan abad-16, Tome Pires-seorang pengembara Portugis- yang
terkenal dan mencatat di dalam bukunya Suma Oriental bahwa Barus
merupakan sebuah kerajaan kecil yang merdeka, makmur dan ramai
didatangi para pedagang asing.
Dia menambahkan bahwa di antara komoditas penting yang dijual dalam
jumlah besar di Barus ialah emas, sutera, benzoin, kapur barus, kayu
gaharu, madu, kayu manis dan aneka rempah-rempah.
Seorang penulis Arab terkenal Sulaiman al-Muhri juga mengunjungi
Barus pada awal abad ke-16M dan menulis di dalam bukunya Al-Umdat
Al-Muhriya fi Dabt Al-Ulum Al-Najamiyah (1511 M) bahwa Barus merupakan
tujuan utama pelayaran orang-orang Arab, Persia, dan India. Barus,
tulis al-Muhri lagi, adalah sebuah pelabuhan yang sangat terkemuka di
pantai Barat Sumatera.
Pada pertengahan abad ke-16 seorang ahli sejarah Turki bernama Sidi
Ali Syalabi juga berkunjung ke Barus, dan melaporkan bahwa Barus
merupakan kota pelabuhan yang penting dan ramai di Sumatera.
Sebuah misi dagang Portugis mengunjungi Barus pada akhir abad ke-16,
dan di dalam laporannya menyatakan bahwa di Kerajaan Barus, benzoin
putih yang bermutu tinggi didapatkan dalam jumlah yang besar. Begitu
juga kamfer yang penting bagi orang-orang Islam, kayu cendana dan
gaharu, asam kawak, jahe, cassia, kayu manis, timah, pensil hitam,
serta sulfur yang dibawa ke Kairo oleh pedagang-pedagang Turki dan
Arab. Emas juga didapatkan di situ dan biasanya dibawa ke Mekkah oleh
para pedagang dari Minangkabau, Siak, Indragiri, Jambi, Kanpur, Pidie
dan Lampung.
1516-1816 M
Di Daerah Batak Selatan, dengan populasi Tatea Bulan, Dinasti Sori
Mangaraja meneruskan pengaruhnya di Sipirok. Secara de jure diakui oleh
masyarakat Marga Siregar, Harahap dan Lubis. Secara mayoritas
masyarakat marga Nasution juga memberikan pengakuan sehingga Dinasti
Sisingamagaraja yang memerintah tanah Batak seterusnya, berpusat di
Bakkara, tidak mendapat pengakuan yang menyeluruh.
Dinasti Sorimangaraja:
1. Sorimangaraja I-XC (1000 SM-1510M)
2. Sorimangaraja XC (1510). Dikudeta oleh orang-orang marga Simanullang
3. Raja Soambaton Sagala menjadi Sorimangaraja XCI
4. Sorimangaraja CI (ke-101) 1816 M dengan nama Syarif Sagala masuk Islam.
1513 M
Kesultanan Aceh merebut pelabuhan-pelaburan pantai barat Pulau
Andalas, untuk dijadikan jalur baru perdagangan internasional ke Maluku
via selat Sunda. Bajak laut Portugis menutup dan melakukan aksi bajing
loncat di Selat Malaka. Portugis mulai membawa kebencian agama ke
Nusantara; diskriminasi agama diterapkan dengan melarang pedagang Islam
melalui Malaka. Cina Islam, Arab dan penduduk nusantara menjadi korban
pelecehan gaya Eropa.
Pengaruh internasionalisasi pelabuhan di Andalas, penduduk lokal
Batak di lokasi tersebut; Singkil, Pansur, Barus, Sorkam, Teluk
Sibolga, Sing Kwang dan Natal memeluk Islam setelah sebelumnya beberapa
elemen sudah menganutnya.
Kelompok Marga Tanjung di Pansur, marga Pohan di Barus, Batu Bara di
Sorkam kiri, Pasaribu di Sorkam Kanan, Hutagalung di Teluk Sibolga,
Daulay di Sing Kwang merupakan komunitas Islam pertama yang menjalankan
Islam dengan kaffah.
1513-1818 M
Komunitas Hutagalung dengan karavan-karavan kuda menjadi komunitas
pedagang penting yang menghubungkan Silindung, Humbang Hasundutan dan
Pahae. Marga Hutagalung di Silindung mendirikan mesjid lokal kedua di
Silindung.
Di Jerman, Kaum Protestan melepaskan diri dari hegemoni Gereja Katolik Roma.
1513 M
Puncak perkembangnya mazhab syiah di Tanah Batak. Dengan cirri
khasnya; perayaan Tabut Hassan dan Hussein. Mereka itu adalah
orang-orang Batak di tanah Pesisir Barat, Barus, Teluk Sibolga, dan
Natal. Mereka kebanyakan dari marga Pohan.
Juga pada komunitas Hutagalung, pedagang garam di tepi teluk
Sibolga. Pada tahun 921H/1514M didirikan mesjid syiah di kampung
Hutagalung, Horian di Silindung. Komunitas Hutagalung yang menguasai
alur perdagangan di teluk Sibolga, sampai ke daerah Silindung, Humbang
dan Pahae ini, mendirikan banyak mesjid di Silindung sebelum akhirnya
diruntuhkan Belanda saat menjajah tanah Batak. Tokoh Hutagalung yang
terkenal saat ini, yang terdokumentasi, adalah Amir Hussin Hutagalung,
bergelar Tuanku Saman lahir 1819M dan meninggal tahun 1837M, yang
semasa dengan Tuanku Rao; Amiruddin Sinambela. Ayah dari Tuanku Saman
adalah Kulipah Abdul Karim Hutagalung yang menjadi imam mesjid di
Silindung. Yang terakhir ini diyakini telah berubah menjadi Sunni
Mazhab Syiah juga berkembang di komunitas Batak Karo Dusun di Deli Tua.
1523 M
Orang-orang Eropa tidak sabar untuk menjarah Nusantara. Kesultanan
Karo Muslim di Haru Delitua dimusnahkan oleh kaum Portugis. Ratu Putri
Hijau, yang mempunyai hubungan kekeluargaan dengan raja-raja Aceh,
tewas. Sambil berzikir sang ratu diikat di mulut meriam lalu
diledakkan. Kebrutalan perang diperkenalkan oleh bangsa Eropa.
Sumber:
No comments:
Post a Comment