Wednesday, March 14, 2012

Nelson Lumban Toruan


  • Nelson Lumban Toruan

    Membaca kompas hari ini serasa nikmat dengan adanya judul berita Nelson, Penjaga Naskah Batak.
    Nelson yang dimaksud adalah Nelson, Penjaga Naskah Batak

    untuk lengkapnya silahkan membaca di kompas.com
    Nelson, Penjaga Naskah Batak

    sedikit cuplikan beritanya demikian:
    Nelson menuturkan, aksara Batak yang dikenal kini sudah berlainan variasinya. Variasi pertama aksara Batak adalah yang ditulis di berbagai naskah. Jika ditulis pada kulit kayu, dikenal sebagai pustaha (pustaka) atau laklak. Naskah lain ditulis di tulang, biasanya tulang kerbau dan bambu.
    Tak pernah ada yang tahu pasti kapan pertama kali naskah Batak ditulis. ”Sebagai gambaran, sejak tahun 1700-an, British Museum sudah memiliki koleksi naskah Batak. Itu pun tak diketahui kapan naskah itu dibuat,” kata Nelson.

    Masuknya misionaris, baik dari Jerman maupun Belanda, ke Tanah Batak pada pertengahan abad ke-18 membuat varian asli aksara Batak berubah. ”Misionaris kesulitan karena ada banyak versi aksara Batak, ada Mandailing, Toba, Karo, Simalungun, dan Pakpak. Untuk mempermudah pekerjaan, misionaris lalu membuat variasi sendiri yang berbeda dari aksara aslinya, seperti tertulis di naskah Batak. Paling tidak karena ada misionaris Jerman dan Belanda, berarti ada dua variasi baru yang beda dengan aslinya,” kata Nelson.

    Inilah yang membuat orang tua Batak, meski bisa membaca aksara Batak, belum tentu dapat membaca naskah Batak. Kata dia, Kozok-lah yang membuat standar umum bagi mereka yang ingin belajar aksara Batak varian aslinya. ”Dia belajar dari banyak naskah Batak di berbagai museum Eropa. Makanya, kita tak bisa menguasai naskah Batak, tanpa tahu bahasa Jerman atau Belanda,” katanya.



No comments:

Post a Comment