Artefak Danau Toba
Museum Huta Bolon
1. Tungkot Malehat
Spesialis keyakinan Batak Toba (datu) tongkat ritual yang dipekerjakan yang dulunya adalah mengandung supranatural, yang maju dengan kuat membantu mereka dalam melakukan upacara.
Tongkat ini dua macam: contoh yang lebih besar (tunggal panaluan) diukir dari satu potong kayu dan tongkat kombinasi yang lebih kecil (tungkot malehat) dengan secara terpisah membuat finials. Bilangan kuningan yang dilihat di sini ialah semula finial tungkot malehat.
Lambang ini melambangkan subyek yang kemungkinan di trans. Ini, bersama dengan bejana silindris bertahan di samping figur tersebut, yang mungkin melambangkan wadah untuk bahan gaip, kegaiban ini menggambarkan datu selama kinerja ritual. Bagian dalam berongga bilangan dipenuhi dengan resinous bahan, kelihatan lewat lubang di hiasan kepala dan dada.
Ini adalah bahan gaib, yang meningkatkan kekuasaan kegaiban.
2. Ulos Ragidup
Bahan tekstil mahakeramat orang Batak Sumatra utara ragidup ,yang artinya secara harafiah berarti “pola hidup.” Baik selama maupun di luar kehidupan seorang individu, ragidup memainkan peranan penting. Barangkali yang paling kritis terjadi kalau seorang wanita hamil dengan anak pertamanya. Pada waktu ini, orang-tuanya biasanya memberikan dia ulos ragidup, atau ulos ni tondi atau “kain jiwa,” yang memiliki kekuatan luar biasa untuk melindungi dia dan keluarganya seumur hidupnya.
Selama upacara, seorang spesialis dipanggil di atas untuk “membaca” kain, yang pola kompleksnya dikira meramalkan masa depan wanita.
Ragidup adalah juga elemen esensial di upacara perkawinan Batak, di mana dibelitkan pada ibu pengantin laki-laki oleh bapak pengantin wanita sebagai hadiah ceremonial.
Di kematian, ragidup menyelimuti almarhum dan itu berlangsung dar tahun ke tahun, tulangnya di bungkus dan dimasukkan kedalam kuburan sebagai acara ritual.
3. Patung Sigale-gale
Orang Toba Batak Sumatra utara membuat wayang canggih (si angin kencang-angin kencang atau dikenal si gale-gale) menguasai sistem kompleks tali dan pengangkat yang membolehkan mereka merapatkan cara tata hidup. Si angin kencang-angin kencang(si gale-gale) dulu memainkan tugas sangat penting di beberapa upacara funeralnya.
Ketika seorang meninggal jiwanya menjadi jiwa leluhur. Untuknya atau jiwanya akan memiliki jajaran yang sama setelah kematian bahwa orang mempunyai hidup, anak almarhum mesti melakukan yang upacara funerary. Jika orang meninggal tanpa anak, si angin kencang-angin kencang dibuat sebagai tiruan untuk melakukan yang perlu funerary ritual.
Kalau dipakai, golek diletakkan di muka, akhir sebuah kotak datar yang panjang dengan tali, menjadi dalang, yang berada di di belakang kotak, menguasai boneka dari suatu jarak, memberi khayal bahwa bilangan ialah menghidupkan diri. Dengan cermat dipermainkan oleh dalang, si angin kencang-angin kencang dapat melakukan semua tarian yang diperlukan dan protokol ritual bagi orang-tua almarhumnya. Kepala keluarga berdiri begitu dekat-lifesized si angin kencang-angin kencang. Analisa baru menampakkan menjadi sebuah karya agung teknik yang baik sebagai seni pahat. Mempertahankan mekanisme yang kompleks,membolehkan bilangan menonjol tablike lidah kayu.
1. Gondang lae-lae, merupakan doa kepada agar kerbau yang akan diikat tidak akan bertingkah yang jelek sewaktu digiring ke BOROTAN. Kepercayaan orang Batak zaman dahulu setiap tingkah laku dari kerbau merupakan alamat sesuatu yang baik atau yang buruk terhadap yang berpesta.
2. Gondang Mula-Mula, merupakan doa kepada mula jadi, dewa pencipta bumi, langit dan segala isinya agar dia menganugerahkan putra dan putri, membawa kekayaan menjauhkan bala dan menyembuhkan segala penyakit kepada yang mengadakan pesta.
3. Gondang Mula Jadi, merupakan tari untuk mengatakan bahwa doa telah dikabulkan oleh Dewata atau Tuhan.
4. Gondang Sahata Mangliat, Orang yang berpesta menari dengan mengelilingi tongkat atau BOROTAN penyembelihan kerbau, dimana diikatkan seekor kerbau pada pesta adat. Kerbau tersebut disembelih dan dagingnya dibagi-bagikan kepada yang berpesta dan kepada mereka yang berhak menerima sesuai dengan adat yang ditentukan.
5. Gondang Marsiolop-Olopan, kemudian orang yang berpesta saling memberikan selamat sesamanya.
6. Gondang Siboru, tari untuk para pemuda sambil menari datanglah putri yang masing-masing dengan pengharapan agar dating untuk melamarnya.
7. Gondang Sidoli, Tari untuk para pemudi sambil menari datanglah seorang pemuda untuk mendekati seorang putri yang dicintainya dan didambakannyamenjadi istrinya dan sebagai pertanda ia mencintai putrid, dia akan member sejumlah uang.
8. Gondang Pangurason, roh nenek moyang berpesta daging dan menyusup pada tubuh salah seorang penari dan memberi berkat kepada mereka.
9. Tari Bersama, semua tamu yang diundang diajak menari bersama dengan tuan rumah yang mengadakan pesta tersebut.
10. Tortor Tunggal Panaluan, tari ini diperankan oleh seorang dukun untuk berkomunikasi dengan Dewata Natolu meminta sesuatu seperti meminta hujan, keturunan dan kesuksesan dalam hidup.
11. Gondang Sigale-gale, tari boneka yang terbuat dari kayu mirip dengan manusia dimana pada zaman dahulu kala ada seorang raja yang hanya mempunyai seorang anak tunggal. Pada suatu saat anak raja tersebut jatuh sakit dan meninggal dunia. Raja sangat sedih menerima musibah tersebut sebab anak yang diharapkannya untuk meneruskan cita-citanya (kerajaannya) sudah tiada. Jadi, untuk meringankan penderitaan sang raja dan sekaligus untuk menenangkan anaknya, maka raja memerintahkan rakyatnya untuk mengukir sebuah patung yang sangat mirip dengan anaknya, dimana kala raja ingin melihat anaknya maka raja akan mengundang rajanya untuk membuat pesta Sigale-gale. Saudara perempuan Sigale-gale akan melepaskan kerinduannya dengan menari bersama dengan Sigale-gale.
Rumah adat orang batak mempunyai dua tingkat. Tingkat pertama biasanya digunakan untuk menyimpan hewan ternak atau hasil pertanian, Sedangkan tingkat kedua digunakan sebagai tempat tinggal orang Batak, di dalam ruangan tersebut terdapat tempat untuk tidur dan ditengah – tengah ruangan terdapat dapur sekaligus berfungsi untuk memberikan rasa hangat pada si pemilik rumah karena pada zaman dahulu udara sangat dingin. Di dalam rumah tersebut tidak terdapat kamar – kamar tetapi terbuka yang berarti sifat orang batak yang terbuka.
Pintu pada rumah adat orang batak dibuat pendek, Pada saat masuk kita harus menunduk yang berarti setiap tamu yang berkunjung ke rumah tersebut menghargai orang yang berada di dalam rumah tersebut. Anak tangga pada rumah adat orang batak selalu berjumlah ganjil karena orang Batak menggunakan angka ganjil sebagai penangkal setan. Jika kita liat atap rumah adat orang batak, atap bagian belakang selalu lebih tinggi daripada atap bagian depan dengan maksud keturunan selanjutnya akan melebihi keturunan sebelumnya dalam hal pendidikan, jabatan, kekayaan, kehidupan, kesehatan, dll. Rumah orang Batak dulu tidak menggunakan batu tetapi sistem pasak dan ikatan, dilobang dan dimasukkan.
Di bagian kiri dan kanan terdapat ornamen yang disebut JAGARUPAT atau singa – singa, payudara, dan GORGA atau bingkai – bingkai. Jaga rupat itu berfungsi sebagai penangkal roh – roh jahat karena ilmu orang batak pada zaman dahulu sangat kuat sehingga ilmu itu bisa dikirim dari tempat yang jauh sekalipun. Simbol dari payudara itu berarti orang yang dermawan, dan jumlahnya empat yang berarti dalam satu rumah itu terdapat empat keluarga atau empat ibu. Gorga atau bingkai – bingkai itu dibuat menyambung karena orang batak dilihat dari segi manapun ada hubungan kekeluargaan dan merupakan simbol dari kekerabatan. Warna asli dari rumah orang batak ada tiga warna yaitu : putih, merah, dan hitam. Warna putih melambangkan dunia atas atau dunia kepercayaan. Warna merah melambangkan dunia tengah atau tempat tinggal kita sekarang. Warna hitam melambangkan dunia kegelapan atau dunia orang mati.
Ompu Naibatu sidabutar adalah seorang raja yang pintar pada zamannya. Oleh karena kepintaran raja ini dalam mengatur masyarakatnya maka hasil negeri ini jauh lebih banyak dari daerah – daerah lain maka rakyatnya juga hidup makmur. Karena kemakmurannya, negeri ini disebut juga TOLMOK karena perkembangan zaman kemudian penyebutannya menjadi TOMOK. Semasa hidupnya, raja ini berpesan apabila kelak ia meninggal maka ia dimakankan di dalam batu. Pada umur 115 tahun, raja ini meninggal kemudian mayatnya dibungkus dengan selendang batak yaitu ulos sibolang dengan warna biru – biru hitam. Dan sesudah tujuh hari maka ditanamlah satu pohon yang bernama POHON ARI – ARA yang berarti pohon peringatan, pohon ini merupakan pohon yang sangat besar.
Diatas makamnya terdapat patung anak kecil, beliau ini sangat sayang kepada anak – anak, apalagi cucunya. Jika ia akan pergi ke suatu tempat maka cucunya akan selalu ia bawa tetapi bukan ditimang / digendong malahan akan ditaruh dipundaknya, karena cara ini sangat bermakna bagi beliau yaitu beliau selalu menjunjung lebih tinggi generasinya daripada dia sendiri.
Sumber:
http://uwizusu.blogspot.com/2010/03/artefak-danau-toba.html
No comments:
Post a Comment