GONDANG BATAK
Kalau kita dengar istilah “musik Batak”, apakah yang muncul
dalam pikiran kita? Istilah “Batak” berkenaan dengan sesuatu bangsa
besar yang mengandung beberapa suku yang kebudayaannya dan bahasanya
berhubungan, tetapi juga berbeda. Bangsa Batak termasuk suku Batak
Toba, Karo, Simalungun, Pakpak-Dairi, Mandiling, dan Angkola. Menurut
kebiasaan di Indonesia, kalau kita dengar kata “Batak” kita biasanya
pikir tentang kebudayaan Batak Toba. Kemudian, kecuali kita yang
bekerja dalam suasana anthropolog atau etnomusikolog, istilah “musik
Batak” hampir selalu disamakan dengan musik Batak Toba.
Kalau kita pikir tentang musik Batak, apakah itu yang timbul dalam akal
kita? Dalam kota-kota besar seperti Medan, jawabnya hampir selalu
terkait dengan musik pop Batak seperti musik trio vokal yang biasanya
bisa didengar di pesta kawin, siaran radio musik Batak, Karaoke,
lapotuak dsb.
Bila musik pop Batak dipersembahkan di video biasanya di kaset karaoke,
rasanya hampir selalu ada tentang kerinduan desa, Danau toba, dan gaya
hidup yang sering dianggap sudah hilang. Dalam video sejenis ini,
sering penyanyi dan penari pakai pakaian tradisi menari tortor di depan
rumah tradisi, atau dipinggir danau toba. Dalam video ini, kadang kita
melihat sekilas ansambel musik tradisi Batak Toba; Gondang Sabangunan
dan Gondang Hasapi. Penglihatan sekilas ini, bagaimanpun biasanya
sangat singkat sekali dan hampir tidak pernah dibolehkan mendengar
suara alat-alat ini dalam gambaran kebudayaan Batak Toba yang ditengahi
dan diatur oleh media. Kelompok musik tradisi Batak Toba sudah menjadi
lambang kebudayaan yang dilucuti oleh konteks dan makna asli.
Gara-gara kekuatan media massa dalam hidup modern ini, masyarakat Batak
Toba, khususnya pemuda yang tinggal di kota menganggap musik tradisi
mereka sebagai simbol kebudayaan Batak tradisi, tetapi simbol tersebut
melambangkan baik pemandangan hidup maupum astetis musik yang biasanya
mereka diasingkan dalam kehidupannya sehari-hari.
GONDANG
Musik tradisi masyarakat Batak Toba disebut sebagai gondang. Ada tiga
arti untuk kata “gondang” : 1. Satu jenis musik tradisi Batak toba; 2.
Komposisi yang ditemukan dalam jenis musik tsb. (misalnya komposisi
berjudul Gondang Mula-mula, Gondang Haroharo dsb; dan 3. Alat musik
“kendang”. Ada 2 ansambel musik gondang, yaitu Gondang Sabangunan yang
biasanya dimainkan diluar rumah dihalaman rumah; dan gondang Hasapi yang
biasanya dimainkan dalam rumah.
Gondang Sabangunan terdiri dari sarune bolon (sejenis alat tiup-”obo),
taganing (perlengkapan terdiri dari lima kendang yang dikunci punya
peran melodis dengan sarune tsb), gordang (sebuah kendang besar yang
menonjolkan irama ritme), empat gong yang disebut ogung dan hesek
sebuah alat perkusi (biasanya sebuah botol yang dipukul dengan batang
kayu atau logam) yang membantu irama.
Sarune Bolon adalah alat tiup double reed (obo) yang mirip alat-alat
lain yang bisa ditemukan di Jaw, India, Cina, dsb. Pemain sarune
mempergunakan teknik yang disebut marsiulak hosa (kembalikan nafas terus
menerus) dan biarkan pemain untuk memainkan frase-frase yang panjang
sekali tanpa henti untuk tarik nafas. Seperti disebut di atas, taganing
adalah perlengkapan terdiri dari lima kendang yang dikunci dan punya
peran melodis sama dengan sarune. Tangga nada gondang sabangunan disusun
dalam cara yang sangat unik. Tangga nadanya dikunci dalam cara yang
hampir sama (tapi tidak persis) dengan tangga nada yang dimulai dari
urutan pertama sampai kelima tangga nada diatonis mayor yang ditemukan
dimusik Barat: do, re, mi, fa, sol. Ini membentuk tangga nada pentatonis
yang sangat unik, dan sejauh yang saya tahu, tidak bisa ditemukan
ditempat lain di dunia ini. Seperti musik gamelan yang ditemukan di Jawa
dan Bali, sistem tangga nada yang dipakai dalam musik gondang punya
variasi diantara setiap ansambel, variasi ini bergantung pada estetis
pemain sarune dan pemain taganing. Kemudian ada cukup banyak variasi
diantara kelompik dan daerah yang menambah diversitas kewarisan
kebudayaan ini yang sangat berharga.
Ogung terdiri dari empat gong yang masing-masing punya peran dalam
struktur irama. Pola irama gondang disebut doal, dan dalam konsepsinya
mirip siklus gongan yang ditemukan dimusik gamelan dari Jawa dan Bali,
tetapi irama siklus doal lebih singkat.
Sebahagian besar repertoar gondang sabangunan juga dimainkan dalam
konteks ansambel gondang hasapi. Ansambel ini terdiri dari hasapi ende
(sejenis gitar kecil yang punya dua tali yang main melodi), hasapi doal
(sejenis gitar kecil yang punya dua tali yang main pola irama),
garantung (sejenis gambang kecil yang main melody ambil peran taganing
dalam ansambel gondang hasapi), sulim (sejenis suling terbuat dari
bambu yang punya selaput kertas yang bergetar, seperti sulim dze dari
Cina), sarune etek (sejenis klarinet yang ambil peran sarune bolon
dalam ansambel ini), dan hesek (sejenis alat perkusi yang menguatkan
irama, biasanya alat ini ada botol yang dipukul dengan sebuah sendok
atau pisau).
Tangga nada yang dipakai dalam musik gondang hasapi hampir sama dengan
yang dipakai dalam gondang sabangunan, tetapi lebih seperti tangga nada
diatonis mayor yang dipakai di Barat. Ini karena pengaruh musik gereja
Kristen.
ASPEK-ASPEK SEJARAH
Ansambel musik yang memakai alat-alat terbuat dari perunggu di Sumatera
biasanya terdiri dari perlengkapan yang punya empat sampai dua belas
gong kecil,satu atau dua gong besar yang digantung, dua sampai sembilan
kendang, satu alat tiup, penyari dan gembreng. Satu Ansambel yang khas
jenis ini ada gondang sabangunan dari batak toba. Ansambel ini masih
dipakai dalam upacara agama Parmalim. Gondang sabangunan punya peran
yang penting sekali dalam upacara agama tersebut. Seperti pada catatan
di atas, Ansambel ini terdiri dari 4 gong yang main siklus irama gongan
yang singkat, perlengkapan lima kendang yang dikunci, satu sarune (alat
tiup/ obo), satu kendang besar dan satu alat perkusi (biasanya botol)
untuk memperkuatkan irama.
Musik gondang sabangunan dipakai dalam upacara agama untuk menyampaikan
doa manusia ke dunia atas. Waktu musik dimainkan, pemain sarune dan
pemain taganing dianggap sebagai menifestasi Batara Guru. Musik ini
dipergunakan untuk berkomunikasi dengan dunia atas dan rupanya
tranformasi pemain musik ini terjadi untuk memudahkan hubungan dengan
dunia atas. Transformasi paradigma ini di mitos Batak sangat mirip yang
ada di Bali menunjuk bukti tidak langsung bahwa ada hubungan purbakala
diantara kebudayaan Batak Toba dan kebudayaan Bali. Biarpun hal ini
tidak dapat dibuktikan, ada kemungkinan yang berhubungan dengan
sejarah, karena kedua kebudayaan masing-masing berhubungan paling
sedikit sebagai batas keluar kerajaan majapahit. Bersangkut dengan
konsep kosmos bertingkat tiga ada konsep tentang faktor mediasi; pohon
kosmos atau pohon hidup. Pohon mitos ini yang menghubungkan tiga dunia
punya hubungan simbolis dengan pohon Bodhi dalam agama Budha, kayon di
wayang Bali dan Jawa, dan barangkali konsep ini lebih tua dari agama
Budha dan agama Hindu. Dalam konsepsi Batak peran musik mirip peran
pohon kosmos; musik juga menguhubungkan dunia masing-masing. Melalui
musik gondang batasan diantara dunia dapat ditembus, doa manusia dapat
sampai kepada debata, dan berkah debata dapat sampai kepada manusia.
Dengan kedatangan agama Kristen ke Tanah Batak, pokok kebudayaan Batak
sangat diubah sekali. Interaksi dengan agama baru ini dan nilai-nilai
barat menggoncangkan kebudayaan tradisi batak toba sampai ke akarnya.
Menurut gereja Kristen musik gondang berhubungan dengan kesurupan,
pemujaan roh nenek moyang, dan agama Batak asli, terlalu bahaya untuk
dibolehkan terus dimainkan lagi. Pada awal abad kedua puluh Nommensen
minta pemerintah kolonial Belanda untuk melarang upacara bius dan musik
gondang. Larangan ini bertahan hampir empat puluh tahun sampai pada
tahun 1938. Itu merupakan suatu pukulan utama untuk agama tradisi Batak
Toba dan musik gondang yang sangat terkait dengan agama tsb.
KONDISI MODERN
Migrasi batak ke kota mulai di tahun 1910 tapi hanya setelah
Indonesia merdeka migrasi tersebut tambah besar di thn 50-an. Migrasi
ke kota menyebabkan interaksi dengan suku lain di kota-kota Indonesia
yang penduduknya sebagian besar beragama Islam. Dalam lingkungan multi
etnis ini banyak orang batak ketemu rasa identitas batak yang menjadi
lebih kuat terhadap suku lain. Tetapi banyak orang batak pula dalam
proses menyatukan diri dengan masyarakat Indonesia meninggalkan banyak
aspek bahasanya, kebudayaannya, dan tradisinya. Disisi lain ada bagian
orang batak kota yang menjadi lebih sadar tentang kepentingan identitas
masyarakat batak dan berusaha untuk menegaskan rasa batak dan
memberikan dana untuk upacara tugu dan perayaan lain di desanya.
Ada orang batak kota yang sudah menjadi makmur yang sering membiayai
upacara. Mereka membawa estetis kosmopolitan yang adakalanya melawan
estetis tradisi. Identifikasi dengan nilai-nilai mengenai kemoderenan,
kemajuan, pendidikan dan kemakmuran sering diekspresikan dengan
afinitas kepada apa yang dianggap moderen. Misalnya sekarang di pesta
atau upacara seolah-olah musik grup keyboard yang main poco-poco lebih
laris dan dihargai daripada dengan musik gondang yang lama punya peran
yang sangat penting dalam upacara adat. Pesta kawin yang moderen tidak
lagi dianggap lengkap tanpa musik keyboard atau musik tiup yang main
lagu pop batak atau pop barat, sebaliknya mungkin ansambel musik
gondang dianggap kampungan oleh orang kota kecenderungan
mengindentifikasi dengan modernitas tidak salah.
Kita semua harus hidup dalam dunia modern dan harus menghadapi media
global dan periklanan, suka atau tidak makin bertambah mempengaruhi
pikiran dan selera setiap orang. Kita tidak mampu tinggal di masa
dahulu dan melarikan diri dari kemajuan. Tetapi, ada ancaman bahwa
dalam generasi ini kita dapat menghilangkan sejenis musik tradisi yang
disebut gondang, yang sampai akhir-akhir ini adalah manifestasi
kebudayaan batak toba yang sangat penting baik dalam bidang masyarakat
maupun bidang rohani.
KESIMPULAN
Sebagai mahasiswa etnomusikologi (pelajaran musik daerah), saya baru
diperkenalkan kepada musik gondang batak toba tahun 1993 di Universitas
Washington, Seattle, AS. Saya langsung jatuh cinta dengan musik ini
yang indah dan sangat unik. Melodi-melodi yang kompleks sekali
dimainkan oleh sarune bolon dan taganing berjalin dengan irama gondang,
ogung, dan hesek dalam cara yang hipnotis, seperti jiwa saya dipanggil
musik ini. Ternyata musik ini dimaksud pas untuk tujuan ini. Saya
didorong oleh dua kawan etnomusikologis batak untuk mempelajari musik
ini yang luar biasa indah dan jarang didengar di luar Sumatera Utara.
Susah hati saya menyaksikan kemunduran musik gondang. Masyarakat
batak adalah masyarakat yang bangga dan bersemangat yang nilai
kebudayaan dan identitas. Kemudian, menurut saya sangat membingungkan
sekali warisan luar biasa ini bisa ditinggalkan. Kenapa musik tradisi
Bali dan Jawa masih hidup, walaupun gondang batak sekarang diambang
kepunahan. Apakah kebudayaan Bali atau Jawa lebih unggul daripada
kebudayaan batak? Saya rasa tidak.
Dibutuhkan langkah mengorganisasikan program untuk mempelajari
kebudayaan tradisi batak, tujuannya dokumentasi, pelestarian,
pendidikan, dan promosi kebudayaan tradisi batak. Bergabung dalam
penelitian dan dokumentasi yang sudah dilakukan untuk mengusahakan
melawan erosi kebudayaan tradisi yang menonjol sekali, khusus dalam
bidang seni. Saya menganjurkan memperhatikan seni musik, karena ini
bidang saya, tapi keprhatinan saya mengenai semua aspek-aspek
kebudayaan. Karena tekanan modernisasi, globalisasi, media massa, dan
daya tarik dunia barat kebudayaan tradisi dan khusus musik gondang
terancam hilang. Kehilangan musik gondang yang disebut banyak orang
sudah terjadi, tentu saja tragis sekali.
Upacara dan pesta yang dulu berperan sebagai tempat penampilan musik
tradisi semakin kurang karena orang lebih suka grup keyboard atau trio
vokal yang lebih mencerminkan modernitas dan kejauhan dari semua hal
yang disebut kampungan. Musik pop batak yang tentu juga adalah
identitas etnis suku batak toba, biasanya ada musik country dan balada
pop tua Amerika yang memakai bahasa batak. Musiknya tidak ada hubungan
kuat dengan masyarakat batak, kecuali sekali-sekali sebagai contoh
kebudayaan dalam proses perubahan, tapi betapa tragis kalau musik pop
batak ini menggantikan musik gondang yang merupakan warisan berharga
tapi kurang dihargai.
Semakin lama semakin banyak pemain gondang meninggal dunia dan pemain
yang lebih muda didorong oleh hal-hal estetis dan ekonomis untuk main
musik yang lebih laris. Kemungkinan muncul bahwa musik gondang akan
hilang sebahagian besar atau semuanya. Ini tidak boleh diabaikan. Ada
kemungkinan besar bahwa gondang hanya akan bertahan hidup dalam konteks
agama Parmalim yang masih mempergunakan musik ini dalam konteks
aslinya. Mereka mempergunakan musik nenek moyangnya untuk menghormati
nenek moyang tsb dan untuk menyampaikan doa ke Debata Mulajadi Nabolon.
Betapa tragis kalau dalam hidup warisan batak berbentuk musik indah
ini, yang punya sejarah sangat lama, berharga dan sangat unik di dunia,
akan punah. Dalam dunia barat kami sudah lama lupa banyak tradisi, dan
ada kecenderungan untuk mencari yang sakral dari kebudayaan lain, saya
bertemu dengan musik sakral dan luar biasa di Sumatera Utara, tetapi
musik ini mungkin akan punah karena masyarakat yang melahirkannya tidak
lagi cukup perduli.
Sumber:
http://kipri.freeiz.com/?p=143
No comments:
Post a Comment