Tuesday, May 1, 2012

Melirik Potensi Salak Sidimpuan


Melirik Potensi Salak Sidimpuan


December 24, 2009 
Monday, 28 September 2009 09:27Padangsidimpuan identik dengan sebutan Kota Salak. Maklum, tidak sedikit kebun salak di daerah seluas 114,65 km2 itu. Berkat komoditas salak pula, popularitas daerah yang memisahkan diri dari Kabupaten Tapanuli Selatan sejak 21 Juni 2001, meroket.

Tampilan buahnya cukup menggiurkan, berukuran besar ketimbang salak lainnya dan berkulit hitam ke kuningan. Semburat warna merah menyeruak di daging buahnya. Kondisi itu semakin mengundang hasrat untuk segera mencicipinya. Saat gigitan pertama, kesegaran mencuat di antara paduan rasa asam dan manis dari buah bernama latin Salacca sumatrana ini.

"Itu merupakan ciri khas dari salak Sidempuan," ungkap Arnold Simatupang, seorang staf peneliti buah dari Balai Pengawasan Sertifikasi Benih (BPSB) IV Medan, mengomentari rasa buah salak dari tanah Mandailing itu, beberapa waktu lalu di ruang kerja kawasan Jalan Jenderal Besar Dr AH Nasution Medan.

Dari Arnold pula diperoleh informasi seputar salak Sidimpuan. Ternyata, dari kota itu terdapat beberapa varietas salak yang telah terdaftar dalam buah unggul nasional asal Sumatera Utara. Salak Padangsidimpuan Merah, misalnya, dilepas sebagai varietas unggul berdasarkan SK Menteri Pertanian No. 763/Kpts/TP.240/6/99 tertanggal 22 Juni 1999. Kemudian, salak Padangsidempuan Putih, dilepas sebagai varietas unggul dengan SK Menteri Pertanian No 764/Kpts/TP.240/6/99 tertanggal 22 Juni 1999, serta salak Sibakua, melalui SK Menteri Pertanian No. 427/Kpts/TP.240/7/2002 tertanggal 3 Juli 2002.

Arnold mengemukakan, salak Padangsidimpuan merah memiliki sejumlah ciri khas, seperti warna daging buah putih semburat merah dengan rasa daging buah kombinasi manis, masam dan sepat. Daging buahnya juga memiliki ketebalan berkisar 0,3-2,0 cm dengan sifat daging buah agak menempel pada biji, serta bertekstur agak lunak, berair dan berserat halus.

Begitu juga dengan salak Padangsidempuan putih yang memiliki daging buah berwarna putih dengan rasa manis, masam dan sepat. Ketebalan daging buah berkisar 0,6 - 2,0 cm dengan sifat daging buah masir/daging buah menempel pada biji, dan tekstur daging buah agak lunak berair. Berbeda dengan salak Sibakua yang berasal dari Desa Sibakua, Kecamatan Padangsidimpuan Barat. Bentuk tanamannya menyerupai payung, dan tertutup rapat oleh pelepah daun. Batangnya merayap di permukaan tanah serta memiliki lebar tajuk berkisar 4-5 meter, dan berbentuk kerucut terbalik.

"Rasanya manis sedikit asam sepat. Jumlah buah pertandan antara 110 sampai 230 buah dengan berat per buah berkisar 50 sampai 150 gram," tukas Arnold, lantas menambahkan, tanaman berbuah sepanjang tahun dengan umur petik optimal enam bulan setelah bunga mekar.

Menurut informasi, lanjutnya, salak Padangsidempuan dibudidayakan sejak tahun 1930 di Desa Sibakua dan Hutalambung. Masyarakat di daerah setempat yakin, salak ini dapat menambah nafsu makan. Arnold menyatakan, salak tumbuh baik di dataran rendah hingga ketinggian 500 m dia atas permukaan laut (dpl) dengan tipe iklim basah yang memiliki tingkat keasaman tanah (pH) 5-7, curah hujan 1500-3000 mm per tahun dengan musim kering antara 4-6 bulan. "Salak suka ditanam di tempat teduh, biasanya di bawah pohon durian atau duku. Tanaman mulai berbuah pada usia tiga tahun," ujarnya.

Ia mengaku, tanaman salak memiliki prospek cerah karena diminati masyarakat. Di pasaran Kota Medan, saat ini harga salak Sidempuan berkisar Rp 8.000 hingga Rp 12.000 per kilogram. Harga itu cukup menjanjikan mengingat budidayanya relatif mudah. Betapa tidak, salak bisa panen selama beberapa kali sepanjang tahun, yakni panen raya terjadi pada Nopember-Desember-Januari, panen sedang pada Mei-Juni-Juli, serta panen kecil pada Februari-Maret-April.

"Perawatannya juga relatif mudah, yang penting jaga kebersihan kebun dan rajin membuang tunas anakan yang muncul," papar Arnold.

Lebih lanjut dikemukakannya, sinar matahari juga harus dijaga agar bisa masuk ke kebun salak melalui pemangkasan pelepah daun. Selain itu, kata Arnold, jangan ragu untuk membuang buah salak yang tumbuh rapat di setiap tandannya agar bisa tumbuh besar dan merata. "Lakukan penjarangan agar buah salak bisa besar dan merata di setiap tandan," tukasnya.

Arnold juga mengingatkan ancaman serangan hama dan penyakit pada tanaman salak. Umumnya, hama kutu wol (putih) atau Cerataphis sp. di sela-sela buah, kumbang, tupai dan tikus, menjadi momok bagi tanaman salak. Namun, beragam pestisida dan insektisida yang ada di pasaran mampu mengatasi hama tersebut. Sedangkan penyakit yang kerap menyerang tanaman salak adalah noda hitam di daun akibat cendawan Pestalotia sp.

"Pihak BPSB IV Medan siap memberikan informasi seputar budidaya tanaman salak dan tanaman buah lainnya," sebut Arnold, mengakhir perbincangan.


ferry | GLOBAL | medan

No comments:

Post a Comment