Thursday, May 17, 2012
Menyingkap “Tabir Misteri” Sisingamangaraja XII
Menyingkap “Tabir Misteri” Sisingamangaraja XII
KabarIndonesia – Profesor Uli Kozok mengatakan, Sisingamangaraja XII memiliki tiga jenis stempel berbeda yang diketahui dari cap yang dibubuhkan pada surat-suratnya yang ditujukan kepada pemerintah Belanda maupun zending Kristen I.L. Nomensen.
Menurut Profesor dari University of Hawaii, Minoa, USA itu; stempel yang digunakan itu sama-sama berasal dari abad XIX dengan rentang waktu 10 sampai 20 tahun antara satu stempel dengan stempel lainnya.
“Ini sekaligus membuktikan bahwa Sisingamangaraja XII telah melakukan tiga kali percobaan dalam pembuatan stempel untuk berhubungan dengan pihak lain. Stempel yang ketiga bentuknya lebih baik dan sempurna dari dua stempel sebelumnya,” katanya dalam ceramah ilmiah di Universitas Negeri Medan mengupas tentang misteri surat-surat Sisingamangaraja XII.
Dikatakan lebih jauh, ada empat surat Sisingamangaraja XII yang saat ini sedang ditelitinya. Tiga surat ditujukan kepada zending Kristen I.L. Nomensen dan satu surat ditujukan kepada pemerintah Hindia Belanda.
I.L. Nomensen sendiri sebenarnya sangat tidak suka terhadap Sisingamangaraja XII karena sangat menentang kehadirannya di Tanah Batak. Bahkan, I.L. Nomensen pernah mengatakan bahwa musuh abadi pemerintah Belanda dan zending Kristen adalah Sisingamngaraja XII. Nomensen pula yang memanggil tentara Belanda agar masuk ketanah Batak dengan menggunakan pasukan yang terdiri dari orang-orang Jawa, Manado dan Maluku.
“Saat ini keempat surat-surat asli Sisingamangaraja XII tersebut masih tersimpan dengan cukup baik di Wuppertal Jerman,” katanya. Namun uniknya, kata dia, stempel dan surat-surat Sisingamangaraja XII tersebut bukan menggunakan aksara Batak asli. Melainkan sudah menggunakan campuran aksara Batak Mandailing Angkola, Arab Melayu dan huruf Kawi.
Lebih lanjut ia mengatakan, Sisingamangaraja XII sendiri sebenarnya tidak mengenal huruf. Untuk itulah ia mempekerjakan dua juru tulis dalam persoalan surat-menyurat yakni Heman Silaban dan Manse Simorangkir.
Kedua juru tulisnya tersebut merupakan alumni zending I.L. Nomensen yang kemudian berbelok arah memihak Sisingamangaraja karena tidak lulus dalam ujian untuk menjadi guru.
Sementara sejarawan Universitas Negeri Medan (Unimed) DR Phill Ichwan Azhari, mengatakan; sedikitnya ada lima misteri yang masih perlu diteliti lebih jauh tentang Sisingamangraja XII. Yakni tentang hidupnya, surat-suratnya maupun agamanya.
Bahkan tentang kematiannya juga masih menjadi misteri. Kalau benar Sisingamangaraja XII ditembak mati oleh serdadu Belanda yang bernama Christopel, kenapa dia tidak naik pangkat seperti layaknya pasukan-pasukan Belanda lainnya yang berhasil mematahkan perlawanan-perlawanan para pahlawan lain dari daerah lain.
“Begitu juga dengan surat-suratnya yang sudah berusia lebih dari 100 tahun. Tetapi kita tidak mengetahui apa sebenarnya isinya, ” katanya. Beragama Batak Asli
Profesor Uli Kozok menambahkan, Raja Sisingamangaraja XII bukan beragama Islam, Kristen maupun Parmalin. Melainkan beragama Batak asli.
“Selama ini banyak kontroversi yang terjadi di tengah masyarakat tentang agama yang dianut Sisingamangaraja XII. Ada yang mengatakan dia beragama Kristen, Islam. Bahkan tidak sedikit yang menyebut beragama Parmalin yang menurut sebagian orang merupakan agama aslinya orang Batak,” katanya.
Ahli sejarah berkebangsaan Jerman itu, menyebutkan, Parmalin bukanlah agama asli orang Batak. Parmalin merupakan agama kombinasi atau perpaduan dari agama Islam dan Kristen.
Ketika agama Parmalin berkembang di Tanah Batak, Sisingamangaraja XII sendiri sudah berada di Dairi dalam pengungsian menghindari serbuan-serbuan dari tentara Belanda. “Jadi agama Sisingamangaraja XII adalah Batak asli yang usianya jauh lebih tua dari agama Parmalin,” katanya.
Mengenai bukti-bukti otentik yang ditunjukkan dalam stempel Sisingamangaraja XII yang menggunakan aksara campuran Batak Mandailing Angkola, Arab Melayu dan Kawi juga tidak membuktikan bahwa ia telah memeluk agama Islam.
Sebagai seorang yang mengklaim dirinya penguasa di Tanah Batak, sudah selayaknya Sisingamangaraja XII memiliki sebuah stempel sebagai lambang kebesarannya dan wajar saja jika dia menggunakan aksara Arab Melayu dalam stempelnya kerena saat itu Bahasa Melayu sudah menjadi bahasa pengantar di Sumatera.
Sumber:
https://jfchatib.wordpress.com/
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
No comments:
Post a Comment