Produksi Kentang Untuk Ekspor
Selain nasi atau beras, salah satu komoditi yang menghasilkan karbohydrat adalah kentang. Karena itu, budidaya kentang terutama di tanah karo terus ditingkatkan. Terutama untuk jenis umbian ini yaitu Granola, yang paling sering di cari untuk memenuhi kebutuhan hidup.
Tanah Karo, salah satu daerah agreria utama di Sumut awalnya adalah salah satu produsen kentang untuk kebutuhan Sumut, Indonesia bahkan ekspor ke negara Malaysia dan Singapura. Tetapi berjalannya waktu, petani mulai malas untuk menanam kentang. Dan menggantinya dengan berbagai tanaman lain. Hingga akhirnya kebutuhan kentang tidak mencukupi. Menutupi hal ini, akhirnya pemerintah Kab Karo untuk kembali membudi dayakan kentang sebagai salah satu komoditasnya. “Untuk mengembalikan kejayaan Karo sebagai penghasil sayuran di Sumut, kita akan membudi dayakan kembali penanaman kentang untuk jenis bibit Granola G1,” ujar Bupati Kab Karo, Kena Ukur Karo Jambi Surbakti.
Walaupun kebutuhan untuk ekspor, kentang Granola bukan menjadi pilihan utama, melainkan kentang California (bentuknya seperti kentang siap saji). Tetapi kebutuhan kentang untuk daerah dan nasional, kentang Granola masih dibutuhkan.
Redupnya pamor Karo sebagai penghasil sayuran utama dikarenakan kurangnya pendidikan para petani akan ilmu menanam. Karena untuk pasaran internasional, sayuran yang paling dicari adalah sayuran yang tidak menggunakan pestisida. Sementara para petani di Karo masih menggunakan pestisida, malah berlebihan. “Petani masih banyak yang menggunakan pestisida, sementara dunia internasional, sudah tidak membutuhkan pestisida, karena itu kita akan terus memberikan penyuluhan pada petani akan cara bercocok tanam,” ujar Plt Dinas Pertanian dan Perkebunan Kab Karo, Agustori Tarigan.
Petani Karo selama ini mendapatkan pupuk penggalengan di Jabar dan Jatim. Dengan menggunakan pupuk cair dari penggalengan, berarti tanaman masih menggandung pestisida. Sementara untuk pupuk kompos (alami dari kotoran binatang) tidak dapat dipenuhi. “Perkiraan saya, pupuk kompos untuk menutupi kebutuhan tanaman di Karo itu tidak semuanya mencukupi. Karena kurangnya ternak, terutama di karo sendiri,” ujar Petrus Sitepu yang merupakan ketua pengembangan Karo dan juga pemilik Gundaling Farm.
Menurutnya, hal sangat sulit untuk mengekspor kentang. Karena permintaan yang tidak sesuai dengan standar internasional. “Pupuk alami kurang, sedangkan menggunakan lembah sawit tidak memungkinkan. Karena kebun sawit juga sudah menggunakan limbahnya untuk pupuk kebun.” Ujar Petrus.
Karena itu, menurutnya selain penyuluhan, petani juga membutuhkan pupuk kompos untuk menanam. Sedangkan untuk ternak sapi, di Kab Karo sendiri sangat terbatas. “Kalau menurut saya, minimal 1 rumah tangga memiliki 7 lembu untuk menutupi kebutuhan pupuk kompos seluas 1 Ha,” tambah Petrus.
Sementara itu, untuk meningkatkan pengetahuan dan semangat para petani di Karo, Bank Indonesia untuk Medan-Aceh memberikan bantuan berupa screen home untuk para petani. “Dengan bantuan ini, petani dapat lebih belajar tentang ilmu menanam kentang. Kentang yang kita pilih juga sebagai alasan bahwa masyarakat kita masih mengkonsumsi kentang, terutama untuk jenis Granola,” ujar pemimpin BI Medan, Nasser Atroft. (Mag-9/sumutcyber)
No comments:
Post a Comment