Lobu Tua Sejarah Awal Barus
Oleh : Claude, Guiliot
Barus adalah sebuah kota kuno di pantai barat Propinsi Sumatera Utara yang terkenal di seluruh Asia, sejak lebih dari seribu tahun, berkat hasil hutannya. Selain itu, nama Barus juga muncul dalam sejarah peradaban Melayu dengan Hamzah Fansuri, penyair mistik terkenal yang baru-baru ini ditemukan kembali makamnya di Mekkah. Situs Lobu Tua merupakan salah satu situs kuno daerah Barus, dan pernah dihuni antara akhir abad ke-9 hingga awal abad ke-12 Masehi. Buku ini bertujuan menunjukan betapa pentingnya peranan Barus dalam sejarah kuno Nusantara. Selain memuat hasil-hasil penelitian arkeologi terbaru mengenai benda-benda yang ditemukan di situs Lobu Tua, diperkenalkan juga penelitian terbaru tentang sumber-sumber kuno berkenaan dengan Barus, termasuk sebuah prasasti berbahasa Tamil, sebuah teks berbahasa Armenia, dan beberapa sumber Cina. Buku ini juga memuat sumbangan artikel mengenai kamper dan kemenyan yang dahulu menjadi sumber kekayaan Barus.
ISBN : 390.19.28.2001
Dimensi : 21
Jenis Cover : Soft Cover
Berat Buku : 0
Jenis Kertas : HVS
Sumber:
http://www.obor.or.id/bukus/view/210/baru
KERAMIK CINA DARI BARUS DAN TIMUR DEKAT Persamaan, Perbedaan dan Kesimpulan Awal (Marie-France Dupoizat)
Kondisi geografi Asia Tenggara yang sangat unik dengan daerah maritimnya yang begitu luas merupakan kajian yang sangat menarik untuk diangkat. Misalnya saja kajian sejarah maritim khususnya tentang perdagangan maritim serta terbentuknya sebuah wilayah perdagangan baru dan besar, yang nantinya menjadi pusat ekonomi suatu wilayah. Akan tetapi kajian-kajian tersebut akan lebih berwujud jika disertai dengan penemuan-penemuan fisik seperti bangunan, benda-benda, arsip dan lain-lainnya. Fenomena ini dapat kita temui pada temuan penggalian arkeologi disitus Lobu Tua, Barus, Pantai Barat, Sumatera Utara. Hal ini menambah perbendaharaan sejarah nusantara bahwa dunia perdaganagan maritim Nusantara sudah ramai sejak sebelum tahun 1000 Masehi.
Barus yang terletak di pantai barat Sumatera yang terlihat jauh dari dari jalur maritim tradisional yang dikenal. Akan tetapi hasil hutannya yang bernilai tinggi dan daerah penghasilannya terbatas membuat Barus menjadi tempat persinggahan yang cukup ramai.
Pada awal abad ke-11 M, dalam sebuah inventaris harta karun Kalifah Dinasti Fatimid dari Mesir bahwa banyak ditemukan wadah dari porselin Cina yang berisi kafur fanshuri yaitu kamper dari Barus. Periode abad ke-8 M hingga ke-11 M adanya penempatan masyarakat dari kawasan timur yang beragama Islam khususnya pelaut dari Arab adn Persia dengan membuka ruang ekonomi baru untuk bahan-bahan Timur Jauh dari pantai Lautan Hindia sampai ke Cina., sehingga membentuk sebuah jaringan untuk penyediaan barang yang dibutuhkan dan aspek ini membuktikan adanya dualisme Barus yang berhubungan dengan Cina dan Timur Dekat.
Persamaan Keramik Cina dari Barus dengan Timur Dekat:
· Pada pecahan mangkuk berglatsir hijau zaitun.
Pecahan-pecahan mangkuk ini berasal dari keramik Cina dari Barus dan Timur Dekat dengan warna bahan putih, berwarna kehijau-hijauan dengan lelehan.
· Pada bagian kakinya berbentuk lingkaran lebar yang bundar yang disebut ‘bi’, jenis ini muncul pada paruh kedua abad ke-3 M.
· Adanya keramik berwarna putih keabu-abuan.
· Ditemukannya keramik dengan dasar tidak melengkung tetapi rata dan bagian dalamnya ditandai sebuah goresan bundar. Pembuatan keramik ini diperkirakan di Jingdezhen(Jiangxi).
· Pecahan tempayan berglatsir hijau zaitun pucat, dasar rata, badan berbentuk bulat lonjong, leher berbentuk selinder dan kupingan horizontal. Jenis tempayan ini masuk ke wilayah Asia Tenggara sejak abad ke-9 M, yang disebut juga dengan “tempayan dusun”.
Perbedaan Keramik Cina dari Barus dengan Timur Dekat:
· Warna glatsir mengkilat
· Dasarnya bundar
· Profil tepiannya
Kesimpulan Awal:
Diantara keramik Cina hasil penggaliaan di Shiraf dan Sohar terdapat beberapa jenis yang tidak ditemukan di Lobu Tua Barus yaitu keramik putih yang berasal dari tungku dibagian utara Cina, keramik batuan dari Changsha yang hiasannya berwarna coklat oksidan dan hijau oksida tembaga, keramik batuan dari Yue yang dasarnya berglatsir, mangkuk dengan dasar jenis bi hasil tungku dari bagian utara Cina atau Yuezhou.
Munculnya Laut Merah sebagai daerah lalu lintas maritim pada akhir abnad ke-10 M, dengan adanya keramik Cina dari Lobu Tua lebih mendekati temuan dari Fustat dibanding temuan dari Siraf. Perpecahan dunia Islam pada paruh kedua abad ke-11 M, menyebabkan perubahan jaringan hubungab dan putusnya kegiatan perdagangan jarak jauh. Di kota Kanton yang metropolitan, kegiatan pedagang Arab dan Persia merupakan kelompok masyarakat yang besar yang terganggu dan berkurang dengan perubahan itu. Semenjak perubahan itulah keramik dari Fujian mulai memasuki pasaran Asia Tenggara.
Di Asia Tenggara hilangnya keramik yang berasal dari Timur Dekat sejak abad ke-12 M, mendorong hipotesis putusnya jaringan perdagangan atau perubahan yang menyebabkan perubahan pada masyarakat yang mendiami tempat perdagangan yang jauh.
Lobu Tua merupakan sebuah tempat pemukima yang makmur denga benda-benda bermutu tinggi. Keramik Cina mudah didapati di Lobu Tua karena tidak da tanda benda ini diiperbaiki seperti halnya disitus sejaman di Timur Dekat, atau disitus Ko Ko Khao (Thailand). Adanya temuan keramik bermutu tinggi yang diimpor dari Cina menunjukkan bahwa pada awal abad ke-12 M kehidupan penduduk Lobu Tua cukup mewah.
Bibliografi
Anthony Reid. Asia Tenggara dalam Kurun Niaga 1450-1680: Tanah di Bawah Angin. Yayasan Obor Indonesia. Jakarta: 1992.
Claude Guillot, ed. Lobu Tua Sejarah Awal Barus.EFEO Pusat Penelitian Arkeologi-Yayasan Obor Indonesia. Jakarta: 2002
Marwati Djoened Poesponegoro, Nugroho Notosusanto. Sejarah Nasional Indonesia Jilid II. Balai Pustaka, Jakarta: 1993.
M.C Ricklef. Sejarah Indonesia Modern 1200-2004. PT. Serambi Ilmu Semesta, Jakarta: 2005
Sumber:
No comments:
Post a Comment