Wednesday, May 2, 2012

Kemegahan Candi Portibi Makin Hilang


Kemegahan Candi Portibi Makin Hilang


Jumat, 11 Februari 2011 
(Berita DAerah-Sumatera) Candi Portibi yang merupakan peninggalan Agama Hindu di Desa Bahal, Kecamatan Portibi, Kabupaten Padang Lawas Utara, Sumatra Utara, tidak lagi semegah namanya pada ribuan tahun yang silam.

Tetapi, nama Candi Portibi yang dulunya pernah diagung-agungkan di Sumatra Utara dan memiliki nilai sejarah cukup tinggi itu, sekan-akan tampaknya kelihatan hilang ditelan zaman yang semakin terus berkembang seperti di era globalisasi.

Bahkan, bisa jadi benda atau peninggalan bersejarah yang ada di negeri tercinta ini akan semakin "terpuruk", karena tidak lagi diperhatikan, dirawat dan dilestarikan oleh pemerintah.

Nah, lantas yang menjadi pertanyaan, mau dikemanakan Candi Portibi yang sangat autentik, bahwa di wilayah Pantai Barat Sumatra ini dulunya ada berdiri sebuah Kerajaan Hindu dari India.

Peninggalan nilai religius (agama,red), yakni berupa Candi Portibi itu, bisa jadi hanya satu ini yang terdapat di Kabupaten Padang Lawas Utara (Paluta) yang dulunya masuk ke dalam wilayah Pemerintahan Kabupaten Tapanuli Selatan sebelum dilakukan pemekaran.

Bangunan Candi Portibi tersebut tidak hanya kelihatan agak kumuh, tetapi juga kurang terawat dan tidak dilestarikan oleh pemerintah.

Salah seorang warga Desa Aek Godang, Sadin Siregar (48) mengatakan, kondisi Candi Portibi itu, terlihat seperti terkesan seperti ditelantarkan atau kurang mendapat perawatan dari pemerintah atau Dinas Kebudayaan dan Pariwisata di kabupaten itu.

Akan tetapi, katanya, jalan atau infrastruktur menuju ke lokasi Candi Portibi itu juga mengalami kerusakan yang cukup parah, yang sampai saat ini belum kelihatan adanya perbaikan dari pemerintah.

"Seolah-olah jalan menuju lokasi Candi Portibi seperti sengaja dibiarkan, tidak diketahui apa sebabnya. Apa mungkin dana APBD Pemkab Paluta untuk perbaikan infrastruktur itu yang belum ada. Kita tunggu sajalah kebijakan yang akan dilakukan pemerintah setempat," kata Siregar yang mengaku sering berkunjung ke Candi tersebut.

Ia mengatakan, jalan-jalan yang rusak dan berlobang-lobang itu, kelihatan sejak dari Gunung Tua, Ibukota Kabupaten Paluta menuju Kecamatan Portibi sepanjang lebih kurang lima kilometer dari panjang jalan seluruhnya mencapai 20 Km.

Candi Portibi itu adalah salah satu aset budaya dan peninggalan sejarah. Candi itu didirikan oleh Raja Rajendra Cola yang menjadi Raja Tamil Hindu Siwa, di India Selatan, yang diperkirakan sudah berusia ribuan tahun.

Kerajaan Portibi merupakan kerajaan yang sangat unik. Keunikan pertama dari segi namanya yaitu portibi, Portibi dalam bahasa Batak artinya dunia atau bumi. jadi dapat diartikan kerajaan portibi merupakan kerajaan dunia.

Bahkan, kata Siregar, kerusakan infrastruktur menuju lokasi Candi Portibi itu, menyebabkan minat kunjungan wisatawan mancanegara dan nusantara semakin berkurang.

"Coba bayangkan, bagaimana wisatawan atau orang dari luar kota mau berkunjung ke lokasi Candi Portibi itu, kalau jalan untuk menuju ke sana rusak parah, berlobang, serta penuh lumpur. Ini perlu menjadi perhatian bagi Pemkab Paluta," katanya.

Menurut dia, biasanya jalan-jalan menuju objek peninggalan bersejarah itu, harus mulus, serta tidak ada hambatan seperti terjadi sekarang.

"Yang namanya tempat-tempat objek wisata, lokasinya juga harus aman dan tidak ada gangguan terhadap wisatawan.K alau tidak terjamin keamanan bagi turis maupun pengunjung yang datang kesana, jelas orang takut masuk ke lokasi tersebut," katanya.

Oleh karena itu, ia mengharapkan kepada Pemkab Paluta harus menyediakan petugas keamanan khusus di lokasi objek wisata Candi Portibi tersebut. Ini perlu dipikirkan agar semakin menarik minat wisatawan berkunjung ke lokasi candi bersejarah peninggalan Agama Hindu itu.

"Kalau petugas pengamanan ini tidak disediakan, dikhawatirkan Candi Portibi itu hanya tinggal sebagai kenangan saja, wisatawan takut, tidak akan mau datang le lokasi tersebut," katanya.

Ternak berkeliaran

Sementara itu, salah seorang pengunjung asal Rantau Prapat, Ali Hanafi Ritonga (43) mengatakan, ia sangat menyesalkan kurangnya perawatan atau perhatian Pemerintah Pusat terhadap Candi Portibi itu, hewan ternak berupa kambing juga masuk ke halaman Candi bersejarah tersebut.

"Ini benar-benar keterlaluan, ternak bisa masuk berkeliaran dengan bebas ke lokasi bersejarah yang memiliki nilai budaya yang sangat tinggi itu," ujarnya.

"Saya rasa, cuma ini satu-satunya Candi peninggalan Agama Hindu yang ada di Pemkab Paluta (dulu Kabupaten Tapanuli Selatan,red) Sumatera Utara. Namun sayang kurang mendapat perawatan serius dari Badan Pengembangan Pariwisata Departemen Bidang Pelestarian dan Pengembangan Peninggalan Bersejerah dan Purbakala Provinsi NAD dan Sumut," kata Ritonga.

Ia mengatakan, kalau di Pulau Jawa, yang namanya peninggalan bersejarah, benar-benar dikelola dengan baik sehingga Pemerinta Daerah setempat bisa mendatangkan pendapatan yang cukup besar dari kunjungan para wisatawan.

Namun, lain pula dengan di Wilayah Kabupaten Paluta ini, justru ada peninggalan bersejarah seperti ini justru dibiarkan dan tidak dikelola dengan baik. Yang penting sekarang ini bagaimana caranya wisatawan bisa merasa betah dan nyaman berkunjung ke lokasi Candi Portibi itu.

"Ya, tentunya Pemkab Paluta harus membangun infrastruktur berupa jalan yang cantik menuju ke lokasi Candi Portibi tersebut agar tetap mulus dan tidak berlobang-lobang lagi seperti yang ada saat ini," kata Ritonga.
Perlu direnovasi

Salah seorang pemerhati Candi Portibi, Drs Haji Syafruddin Ritonga, MSc, mengatakan, dirinya sangat prihatin setelah melihat langsung kondisi Candi Portibi ini yang terkesan seperti ditelantarkan.

Padahal, katanya, Candi Portibi yang berada di wilayah Sumatra Utara ini merupakan peninggalan sejarah yang tidak bisa dilupakan begitu saja keberadaannya.

"Candi Portibi itu harus dirawat dan tidak bisa diabaikan. Peninggalan bersejerah ini harus tetap dilestarikan, sehingga para pelajar dan anak cucu kita nantinya bisa tetap mengenal Candi Portibi itu," kata dosen senior pada Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik (FISIP) Universitas Medan Area (UMA) itu.

Selanjutnya ia menjelaskan, bangunan atau relief yang terdapat di Candi Portibi itu juga harus dicat dengan warna kuning, sehingga tetap kelihatan megah seperti pada ratusan tahun yang lalu.

Selain itu, batu-batu yang terdapat di Candi Portibi itu, jangan ada yang dicorat-coret oleh pengunjung atau masyarakat, karena ini jelas merusak keindahan peninggalan bersejarah tersebut.

Begitu juga, katanya, rumput yang sudah tumbuh cukup panjang di halaman Candi Portibi itu harus dirawat dan dipotong dengan rapi, sehingga wisatawan yang datang ke lokasi tersebut tetap merasa nyaman dan tidak risih.

Dengan demikian, katanya, wisatawan mancanegara maupun nusantara yang akan berkunjung ke Candi Portibi itu merasa betah, tidak takut. Hal yang seperti ini perlu diciptakan oleh pemerintah daerah setempat, sehingga orang akan merasa tetap tertarik untuk berkunjung ke lokasi tersebut.

"Pemerintah tetap harus bertanggung jawab untuk menata, merawat dan memugar Candi Portibi sebagai situs berjarah yang terdapat di wilayah Sumatera Utara itu. Ini juga termasuk dalam aset negara dan bangsa yang harus dijaga kelestariannya," kata Syafruddin.

(ma/MA/bd-ant)

No comments:

Post a Comment