Thursday, May 3, 2012

Barus Pintu Masuk Agama Di Indonesia


Barus Pintu Masuk Agama Di Indonesia


2011-11-10 07:23:53 -
Metro Siantar - Kamis, 10 November 2011
Dewan Pertimbangan Presiden Akan Lakukan Penelitian

Mungkin sebagian di antara kita masih ada yang merasa asing dengan nama “Barus”, sebuah kota tua di Indonesia yang terletak di pinggir pantai Barat Sumatera Utara tepatnya di Tapanuli Tengah (Tapteng).

Tapi, tahukah kita bahwa Barus ternyata memiliki peranan yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia soal masuknya 5 agama besar di Indonesia, bahkan dalam sejarah dunia.

“Barus, sebuah kecamatan di Kabupaten Tapteng, yang terletak di pinggir Pantai Barat Sumatera merupakan kota Emporium dan pusat peradaban pada abad 1 – 17 M, dan disebut juga dengan nama lain, yaitu Fansyur,” kata Bupati Tapteng, Raja Bonaran Situmeang SH MHum disela-sela acara Pra Peringatan Hari Kesehatan Nasional (HKN) ke 47 se Dapil I Tapteng yang berlangsung di halaman SDN Tukka, Rabu (9/11) kemarin.

Menurut Bonaran, Barus memiliki peranan yang sangat penting dalam sejarah bangsa Indonesia, bahkan dunia, sebab Barus dulunya merupakan salah satu Bandar (pelabuhan) terbesar di dunia dan jalan masuk pertama kalinya 3 agama yang ada di Indonesia yakni Islam, Katolik dan Protestan.

“Bahkan disinyalir, Hindu dan Budha pun masuk ke Indonesia juga melalui Barus yang dalam Al Quran dan Al Kitab disebut sebagai Fansyur. Barus, menjadi salah satu tujuan wisata bagi para peneliti arkeologi Islam misalnya, baik dari dalam negeri dan dari luar negeri. Dibuktikan saat ini kita dapat melihat peninggalan sejarah Islam di Barus, yaitu dengan adanya makam Papan Tinggi dan ,” jelas Bonaran.

Untuk menyibak perjalanan sejarah tersebut, tambah Bonaran, Dewan Pertimbangan Presiden yang dipimpin oleh mantan menteri, Mutia Hatta akan berkunjung langsung sekaligus melakukan penelitian di Barus pada tanggal 16 hingga 20 November 2011 mendatang. “Besarnya konstribusi sejarah Tapteng, khususnya Barus bagi perjalanan bangsa ini dan juga dunia internasional ternyata sampai kepada para pemimpin bangsa di Jakarta, termasuk Presiden.


Mereka akan mengunjungi dan melakukan penelitian terhadap situs-situs sejarah yang ada di Barus, khususnya terkait Barus sebagai pintu gerbang masuknya agama Islam, Katolik dan Protestan,” terang Bonaran.
Bonaran berharap, kedatangan tim peneliti selama 5 hari nanti bisa memberikan konstribusi terhadap perkembangan kemajuan pembangunan di Tapteng ini.


“Sebab jika nanti pemerintah pusat mengembangkan Barus sebagai Kota Wisata Rohani, seluruh masyarakat Tapteng pasti akan menerima dampak positifnya,” pungkasnya.
Tak hanya itu, kata Bonaran, pada masa lalu Barus dan rempah-rempah merupakan komoditas perdagangan yang sangat berharga dan diperdagangkan sampai ke Arab, dan Parsia, sebab Kapur Barus sangat harum dan menjadi bahan utama dalam pengobatan di daerah Arab dan Persia.

“Kehebatan kapur ini pun menjalar ke seluruh dunia dan mengakibatkan dia diburu dan mengakibatkan harganya tinggi. Kapur Barus ini sudah dikenal di dunia sebagai pengharum dan bahan pengawet yang ampuh, bahkan Raja Firaun yang dalam sejarahnya tertulis saat meninggal juga diawetkan menjadi mumi dengan Kapur Barus,” pungkas Bonaran. (ahu/tob)


No comments:

Post a Comment