Sumatera Utara Punya Kopi
Ini cerita tentang koleksi kopi saya. Sebelumnya saya pernah posting tentang kopi-kopi dari Papua, sekarang saya ingin berbagi cerita tentang kopi-kopi dari Sumatera Utara.
===
Sumatera Utara, sama seperti Aceh tetangganya, juga memiliki tradisi minum kopi yang cukup panjang. Sejak jaman dulu hingga saat ini orang Batak terkenal senang minum kopi. Beberapa daerah di Sumatera Utara terbukti mampu menghasilkan biji kopi yang baik yang melegenda.
Tidaklah usah ditanya mengenai Mandailing Natal dan Lintong Nihuta sebagai daerah penghasil kopi yang sudah sangat terkenal di seantero dunia. Jangan lupa pula menyebut Sidikalang, Simalungun dan Tobasa dalam tambahan daftar daerah di Sumatera Utara yang menghasilkan biji kopi berkualitas.
Dari kedai kopi di tengah kota Medan atau Pematang Siantar sampai lapak tepi bukit, pinggiran danau toba sisi Tapanuli Utara. Dari Batak Karo, Orang Medan sampai Batak Toba, tradisi mengopi di Sumatera Utara terasa sama kentalnya seperti kentalnya kopi yang mereka minum.
Untuk kopi dari Sumatera Utara, saya dapet beberapa variannya yaitu kopi “Massa” dari kilang kopi “Kok Tong” Pematang Siantar dan kopi Sidikalang. Untuk kopi Sidikalang yang saya punya ada “Tanpak Sidikalang” dan “Golden Shell.”
Kopi “Massa” Kok Tong – Pematang Siantar
Kopi Kok Tong merupakan legenda di Pematang Siantar, Kota terbesar kedua di Sumatera Utara setelah Medan. Di rintis oleh Lim Tee Kee, seorang keturunan totok daratan cina, pada awalnya kedai kopi ini dinamai kedai kopi “Hang Seng” yang berdiri sejak tahun 1925.
Lim Kok Tong, Generasi kedua keluarga ini kemudian mengubah namanya menjadi Massa/ Kok Tong pada tahun 1978, yang kemudian oleh A Min, generasi ketiga, kedai kopi ini dikembangkan dengan membuka cabang hingga ke mal-mal di kota medan.
Kopi Kok Tong dibuat menggunakan kopi Robusta “yang diolah secara klasik dari biji kopi yang bermutu tinggi” (begitu tulisan di bungkusnya) yang diambil dari dataran tinggi Simalungun dan Tobasa.
Secara fisik, Kopi “Massa” Kok Tong ini dikemas dalam bungkus kotak warna kuning yang di dalamnya terdapat dua bungkus kopi giling halus yang masing-masing memiliki berat 250 gr.
Bayangan sempurna saya tentang cara menikmati kopi ini adalah meminum secangkir panas-panas di kedai peranakan tengah Kota Siantar, sambil ditemani setangkap roti beroleskan selai srikaya, pada saat hujan mengguyur sore hari.
Kopi Sidikalang
Rasanya sudah tidak perlu lagi memperkenalkan kopi Sidikalang. Namanya sudah cukup tersohor sejajar dengan Mandailing dan Lintong varian kopi lain di Sumatera Utara, bahkan konon kabarnya kopi ini mampu bersaing dengan kopi Brazil, salah satu varian kopi terbaik di dunia.
Kopi Sidikalang dibuat oleh petani kopi di dataran tinggi Dairi yang sejuk. Iklim yang dingin membuat kopi, tuak dan rokok linting menjadi komoditas khas dalam pergaulan sehari-hari.
Pada awalnya jenis kopi yang ditanam di Sidikalang adalah Robusta, namun saat ini jenis tanaman kopi yang populer di Dairi adalah arabika. Tanaman ini dianggap lebih cepat berbuah dan ukuran pohonnya lebih kecil. Sementara kopi robusta yang menjadi tanaman tradisional rakyat mulai habis dibabati karena jangka waktu panennya dianggap terlalu lama.
Kopi Tanpak Sidikalang adalah salah satu produsen lokal bubuk murni kopi Sidikalang yang ber-skala home industry. Usaha pembuatan dan pengemasan kopi di Sidikalang rata-rata masih merupakan usaha keluarga yang pengolahannya pun masih sangat sederhana.
Kopi Kok Tong dan kopi-kopi Sidikalang ini belum saya buka atau saya coba, sehingga belum bisa saya berikan review tentang rasanya.
Rencananya suatu saat nanti saya ingin membuat acara cupping bareng beberapa teman penyuka kopi, untuk tahu secara spesifik rasa dan aromanya, setelah itu baru review akan rasa kopi-kopi ini saya tambahkan di postingan ini.
Anda Berminat gabung minum kopi ini bareng-bareng? Mari.
Sumber:
goo.gl/WdQcZ goo.gl/ttGwc goo.gl/5Omsb goo.gl/bv56f goo.gl/n0XQW goo.gl/aQgOp
No comments:
Post a Comment