Tuesday, May 1, 2012

Membangun Citra Jeruk Medan


Membangun Citra Jeruk Medan


23 October 2011
Penggunaan pupuk organik, pupuk hayati, dan hormon atau zat perangsang tumbuh organik, dapat meningkatkan produktivitas dan mutu jeruk siem madu.
Pada awalnya, untuk meningkatkan produktivitas maupun kualitas jeruk siem madu, yang lazim dikenal dengan jeruk Medan, petani menggunakan bahan kimia anorganik. Padahal, mpenggunaan bahan kimia dalam jumlah yang tinggi dapat mencemari lingkungan dan tanaman. Bahkan, dalam jangka panjang, kesuburan tanah bisa menurun.

Salah satu alternatifnya, menggunakan pupuk organik, pupuk hayati, dan hormon atau zat perangsang tumbuh (ZPT). Selain tidak merusak lingkungan, hasil yang didapat relatif tinggi. “Perbedaannya, jika dahulu masih menggunakan pupuk berbahan kimia (anorganik) hasilnya biasa saja. Namun semenjak memakai Bio Extrim (pupuk hayati majemuk cair), bunganya banyak sekali serta daunnya lebar-lebar,” kata  Kasman Barus, pengelola kebun jeruk siem madu (jeruk Medan) di Desa Tunggu Jumpa, Kec. Barus Jahe, Kab. Tanah Karo, Sumatera Utara.

Hormax dan Susu  
Selain itu, agar hasil jeruk dapat lebih maksimal, Kasman juga memanfaatkan Hormax (hormon perangsang tumbuh atau ZPT organik) agar batang menjadi besar dan buahnya sehat, kemudian Organox (pupuk bio organik cair) sebagai pupuk organiknya dan dicampur susu. “Berkat perpaduan antara Hormax dan Organox yang dicampur dengan susu, kini bunga pada tanaman jeruk mulai tumbuh dengan cepat. Bahkan bunganya pun keluar dua kali lipat,” jelas Agus A. Barus, pemilik lahan jeruk yang dikelola Kasman tersebut.

Agus menambahkan, banyaknya bunga yang tumbuh bahkan hingga dua kali lipat itu karena Hormax mengandung hormon etilena (perangsang bunga) yang bersumber dari sekresi bakteri Bacillus sp., yang berperan sebagai imunomodulator (Isolauri). Hormon ini menguatkan sistem kekebalan tanaman jeruk. Sang bakteri juga bersifat sebagai antibiotik terhadap jasad renik patogen, maka terjadilah proses vaksinasi (kebal serangan virus). Tidak hanya itu, proses vegetatif dan generatif tanaman jeruk juga terpacu lantaran Hormax pun mengandung hormon auksin, sitokinin, dan giberellin.
Mengenai dosisnya, “Lahan seluas setengah hektar dengan jumlah 250 pohon jeruk hanya membutuhkan 5 liter Hormax, 5 liter Organox dan satu liter susu dengan tambahan air dua tong (satu tong 100 liter),” urai Kasman.

Kasman berharap, dengan begitu buah yang dihasilkan benar-benar besar dan bermutu. Batang jeruknya kuat untuk menopang buah agar tidak jatuh berkat menggunakan pupuk hayati dan ZPT organik. Pada umumnya buah jeruk dihargai bukan dari banyaknya, tetapi dari ukuran dan mutu buahnya. “Biasanya untuk mengetahui berapa harga buah jeruk memakai ukuran jari tangan. Artinya, jika jeruk bisa dilingkari dengan satu tangan, yaitu jari tengah bertemu dengan ibu jari maka jeruk itu akan dihargai Rp3.000–Rp3.500 per buah (di Kramat Jati, Jakarta untuk kualitas super),” jelas Kasman 

Memang, Kasman sendiri biasanya menjual hasil panennya ke Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. Sebab dengan dijual ke Ibukota, selain harga per buah tinggi, jeruk-jeruk berukuran kecil juga masih dihargai. “Tidak seperti di daerah sini (Tanah Karo) untuk jeruk yang hasilnya kurang maksimal, tidak dihargai atau reject (afkiran),” keluhnya.

Lihat dan Gunakan
Setelah melihat keberhasilan beberapa petani, termasuk Kasman Barus, banyak petani jeruk di daerah tersebut yang mulai ikut menggunakan pupuk organik, pupuk hayati, dan hormon atau ZPT organik. “Biasanya mereka melihat dulu, bagaimana hasilnya, baru memakainya,” ucap Kasman. Sekarang banyak petani jeruk di Tanah Karo tidak lagi memandang sebelah mata terhadap pupuk hayati dan ZPT organik itu. Pasalnya, dengan pupuk tersebut, selain dapat meningkatkan produktivitas, mereka juga dapat mengurangi dosis penggunaan pupuk NPK.

Bayangkan saja, dengan penggunaan Bio Extrim, Organox, Hormax, dan susu ini, penggunaan pupuk NPK turun 75 persen. Sebelumnya, kebun seluas setengah hektar dengan jumlah pohon sebanyak 250 batang ini membutuhkan 500 kg pupuk NPK karena setiap pohon dipupuk 2 kg. “Namun, setelah menggunakan Bio Extrim, kini penggunaan pupuk NPK pada lahan setengah hektar ini hanya 125 kg,” tambah Kasman.

Hasil perlakuan tersebut menggembirakan. Pohon tampak lebih rimbun. Demikian pula jumlah buah per pohon lebih banyak. Karena itulah Kasman Barus ingin membangun kembali citra jeruk Brastagi yang dipasok dari daerah Tanah Karo dengan pupuk organik, pupuk hayati, dan ZPT organik. Apalagi, dulu jeruk Medan ini sempat menguasai pasar jeruk di Pasar Induk Kramat Jati, Jakarta. Mudah-mudahan, apa yang dicita-citakan Kasman Barus benar-benar menjadi kenyataan.


Yuwono Ibnu Nugro

No comments:

Post a Comment