Tuesday, May 1, 2012

Hutan Sumatera Utara


Hutan Sumatera Utara

  
PENGELOLAAN HUTAN KONSERVASI CAGAR ALAM (CA)
CA SIBOLANGIT
Cagar alam Sibolangit merupakan satu kesatuan kawasan dan Taman Wisata Sibolangit. Secara administratif terletak di Desa Sibolangit Kecamatan Sibolangit Kabupaten Deli Serdang. Jarak kawasan ini dari Medan (Ibukota Propinsi Sumatera Utara) diperkirakan 40 Km dan dapat ditempuh dengan kendaraan selama lebih kurang 1 jam perjalanan.

Pada tahun 1914 Tuan J.A Lorzing mendirikan Kebun Raya Sibolangit, sebagai cabang dari Kebun Raya Bogor. Kemudian pada tanggal 10 Maret 1938 Kawasan Kebun Raya Sibolangit tersebut ditetapkan statusnya menjadi Cagar Alam berdasarkan Surat Keputusan Z.b No. 37/PK. Pada tahun 1980 menurut Surat Keputusan Menteri Pertanian

No. 636/Kpts/Um/9/1980 sebagian kawasan Cagar Alam Sibolangit (seluas 24,85 Ha) dialih fungsikan menjadi Kawasan Taman Wisata Sibolangit. Dengan demikian Kawasan Cagar Alam Sibolangit hanya tinggal 85,15 Ha dan sampai sekarang belum ada perubahan.

FLORA DAN FAUNA
Potensi vegetasi tidak jauh beda dengan yang ada di Kawasan Taman Wisata Sibolangit, yang didominasi oleh pohon-pohon besar seperti Angsana (Pterocarpus indicus), Nyamplung (Calophyllum inophillum), Meranti (Shorea sp), dll. Juga terdapat jenis tanaman palem dan pinang, durian hutan.
Demikian halnya dengan fauna, yang sering dijumpai adalah jenis kera dan lutung disamping juga jenis-jenis lainnya seperti : Babi Hutan, Kancil, Trenggiling, Kus-Kus, burung Rangkong, dan lain-lain.


CA DOLOK TINGGI RAJA
Kawasan Cagar Alam Dolok Tinggi secara administratif pemerintahan terletak di Kecamatan Silau Kahean Kabupaten Simalungun Propinsi Sumatera Utara.
Untuk dapat mencapai lokasi ini ditempuh melelui jalan darat dengan trayek/route :
·  Medan – Lubuk Pakam – Tebing Tinggi – Dolok Tinggi Raja sejauh lebih kurang 110 Km dengan waktu tempuh 3 jam.
·  Medan – Lubuk Pakam – Galang – Dolok Masihul – Dolok Tinggi Raja 97 Km.
Luas keseluruhan Kawasan Cagar Alam Dolok Tinggi Raja lebih kurang 167 Ha, dan ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Zelfbestuur Besluit (ZB) tanggal 18 April 1924 No. 24.

FLORA DAN FAUNA
Potensi flora yang tumbuh di kawasan ini didominasi oleh Meranti Bunga (Shorea parvifolia), Kenari (Canarium) dan Malu Tua (Tristia sp) Rotan (Calamus Manau) Anggrek (Bulbophylum), Kantong Semar (Nephenthes sp) serta Pandan (Pandanus sp).

Potensi fauna tercatat lebih dari 45 jenis satwa liar, diantaranya yang sudah dilindungi, seperti : Harimau Sumatera, Kancil, Kijang, Rusa, Kambing Hutan, Siamang, Beruang dan lain-lain.
WISATA

Kawasan Cagar Alam Dolok Tinggi Raja memiliki fenomena alam yang khas antara lain sumber air panas yang mengandung belerang membentuk teras-teras tanah kapur ke bawah dengan warna beraneka ragam.

Potensi sumber air panas tersebut (sekitar 35 Ha.) menarik perhatian pengunjung (pada umumnya masyarakat lokal) dan semakin meningkat terutama pada hari-hari libur.


CA DOLOK SAUT
Cagar Alam Dolok Saut secara administrasi termasuk desa Raut Bosi,
Kecamatan Pangaribuan, Kabupaten Tapanuli Utara, pada saat ini
termasuk dalam pengelolaan Sub Seksi KSDA Tapanuli Utara di
Tarutung.

Untuk mencapai kawasan ini dapat ditempuh sebagai berikut :
·  Medan – Tarutung – Siborong-borong 300 Km
·  Medan – Siborong-borong – Sipahutar – Pangaribuan
Kawasan ini ditetapkan berdasarkan Keputusan Zelbestuur Besluit (ZB)
No. 36 tanggal 4 Februari 1924, seluas 39 Ha. Pada jaman dahulu cagar
alam ini dikenal sebagai Tombak Pagar Besi (Hutan berpagar besi),
memang tadinya berpagar besi dan pagar kawat berduri yang dibuat
oleh kehutanan tahun 1924.

FLORA DAN FAUNA
Kawasan ini mengandung keunikan berupa formasi flora berdaun jarum
hidup berdampingan dengan berdaun lebar, dimana hal ini jarang
terjadi. Biasanya antara kedua jenis tumbuhan tersebut bersaing hingga
salah satu yang menang atau tumbuh dominan. Namun kenyataannya
di CA Dolok Saut formasi kedua jenis hampir berimbang.

Jenis tumbuhan tersebut adalah Pinus (Pinus merkusii), Sampinur
bunga (Podocarpus imbricatus), Sampinur tali (Dacrydium junghuhnii),
yang termasuk jenis daun jarum. Sedangkan yang berdaun lebar antara
lain adalah : Kemenyan (Styrax sp), Hoting (Quercus sp), Suren (Toona
sureni), Haundolok (Eugenia sp) dsb.

Jenis fauna yang terdapat antara lain : Babi Hutan (Sus sp), Rusa
(Cervus unicolor), Siamang (Hylobates sindactylus), Kambing hutan
(Capricornus sumatrensis), Trenggiling (Manis Javanica) dan berbagai
jenis burung seperti Enggang (Bucerotidae), Pergam (Ducula sp) dsb.
Mencermati manfaat yang disumbangkan oleh kawasan Cagar Alam
Dolok Saut ini, tentunya sudah selayaknya untuk mempertahankan
kelangsungannya agar tetap lestari.

CA BATU GAJAH
Cagar Alam Batu Gajah merupakan Kawasan Suaka Alam yang secara
administratif pemerintahan terletak di Desa Pematang Kecamatan
Pangaribuan Kabupaten Simalungun.

Untuk mencapai kawasan Cagar Alam Batu Gajah dapat ditempuh
dengan route sebagai berikut :
·  Medan – Tebing Tinggi – Pematang Siantar – Dolok Pangaribuan
(Tiga Dolok) dengan jarak 153 Km dan waktu ditempuh selama
lebih kurang 3 sampai dengan 4 jam.
·  Medan – Berastagi – Kabanjahe – Tiga Runggu – Prapat – Dolok
Pangaribuan (Tiga Dolok) sekitar 202 Km dengan waktu tempuh
lebih kurang 5 jam.

Dari Dolok Pangaribuan perjalanan masih dilanjutkan menuju desa
terdekat dengan Kawasan, yaitu Desa Pematang sejauh lebih kurang 3
Km. Dari Desa Pematang dengan berjalan kaki memasuki lokasi sejauh
lebih kurang 1 Km.

SEJARAH
Cagar Alam Batu
Gajah ditetapkan sebagai
kawasan alam
pada zaman pemerintahan
kolonial Belanda
yakni dengan peraturan
ZB. Nomor 24 tgl.
18 April 1924 dengan
luas 0,80 Ha.

Konon ceritanya kawasan Cagar Alam Batu Gajah ini, dahulunya
merupakan tempat beribadah bagi para umat pemeluk agama Hindu,
karena itu tempat ini dianggap keramat.

FLORA DAN FAUNA
Didalam kawasan Cagar Alam Bagu Gajah terdapat berbagai jenis flora
berupa tumbuhan sekunder diantaranya adalah : Tusam (Pinus
merkusii), Pulai (Alsnia scolaris), Aren (Arenga sp), Bambu (Bambussa
sp), Pakis-pakisan, dan lain-lain.

Fauna yang dapat dilihat baik di dalam maupun disekitar kawasan
adalah berbagai jenis burung antara lain, tekukur, pergam, kutilang,
mamalia kecil seperti musang, kera, babi hutan dan lain-lain. Sekitar
kawasan adalah berupa lahan persawahan dan perkampungan yang
cukup padat, ternak penduduk sering digembala di lokasi ini.

Didalam kawasan Cagar Alam Batu Gajah disamping potensi flora dan
faunanya, juga kaya akan peninggalan benda-benda bersejarah yang
mempunyai nilai historis religius, yang bagi pemeluk agama hindu
sebagai tempat beribadah.

Benda-benda bersejarah dimaksud berupa batu-batuan yang berbentuk
khas seperti : Batu Gajah (batu yang bentuknya menyerupai gajah)
sebanyak 2 buah, Batu katak sebanyak 1 buah, Batu Ulok (Ulok berasal
dari daerah Tapanuli yang berarti ular) sebanyak 1 buah, Batu lesung
sebanyak 1 buah dan Batu Karang sebanyak 1 buah.

CA MARTELU PURBA
Cagar Alam Martelu Purba merupakan Kawasan Cagar Alam yang
termuda di Propinsi Sumatera Utara. Status kawasan ini sebelumnya
adalah Kawasan Hutan Lindung Martelu Purba, yang pertama kali diatur
dalam ZB tanggal 8 Juli 1916 dan kemudian dikukuhkan dengan Surat
Keputusan Menteri Pertanian No. 9232/Kpts/Um/1982 tanggal 27
Desember 1982. Akhirnya berdasarkan Surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. 471/Kpts-II/1993 tanggal 2 September 1993, statusnya
dialih fungsikan menjadi kawasan Cagar Alam Martelu Purba dengan
luas sekitar 195 Ha. Kawasan ini secara administratif pemerintahan
terletak di Desa Tiga Runggu Kecamatan Purba Kabupaten Simalungun.
Lokasi dapat ditempuh dengan menggunakan kendaraan umum
maupun kendaraan pribadi. Waktu tempuh sekitar 4 jam dengan route
perjalanan dari Medan menuju Pematang Siantar dan berakhir di Desa
Tiga Runggu sejauh lebih kurang 140 Km.

FLORA DAN FAUNA

CA Martelu Purba merupakan cagar alam yang unik karena sebenarnya istilah alam disini kurang cocok, karena hutan yang ada disini bukanlah alam tetapi merupakan hutan buatan hasil tanaman
reboisasi. Seluruh luas kawasan hutan ini ditanami dengan jenis meranti (Shorea sp). Tegakan meranti tersebut saat ini telah tinggi 25 m dengan diameter batang sekitar 60 cm, tegakan ini memiliki formasi umur yang sama.

Kawasan hutan ini berada ditepi jalan raya, bahkan dibelah jalan,
sehingga bila kita menggunakan kendaraan dari dalam mobil sudah
dapat mengamati pepohonan yang tumbuh. Karena hutan ini sejenis
dan seumur, maka dari jauh nampak pemandangan yang indah dengan
tajuk merata.

Dalam menjaga kawasan ini petugas kehutanan baik Sub Seksi KSDA
Simalungun maupun dari Cabang Dinas telah memiliki kantor yang
berada di tepi kawasan.
Jenis fauna yang ada dalam kawasan ini antara lain Harimau (Panthera
tigris) meskipun populasinya sangat jarang namun daerah ini
merupakan home range. Satwa yang lain seperti Kambing hutan, Babi
Hutan, Beruang (Helarctos malayanus), burung-burung seperti burung
murai, perkutut, pergam dsb.

Kawasan ini sangat berpotensi dalam pengembangan penelitian bidang
kehutanan, ekologi, serta untuk mempelajari pepohonan (Arboretum).

CA BATU GINURIT
Ditetapkan sebagai kawasan Cagar Alam berdasarkan ZB. No. 90
tanggal 17 Oktober 1934. Kawasan ini juga mempunyai sejarah dimana
pada dinding batu terdapat tulisan-tulisan ada kemiripannya yang
terdapat di Cagar Alam Aek Liang Balik. Sebahagian masyarakat di
sekitar lokasi menganggap kawasan yang luasnya mencapai sekitar
0,50 Ha, ini sebagai tempat keramat.

Kawasan Cagar Alam Batu Ginurit secara administratif pemerintahan
terletak di Desa Bandar Durian Kecamatan Aek Natas Kabupaten
Labuhan Batu. Lokasi ini dapat dicapai dengan kendaraan umum sejauh
lebih kurang 320 Km, dari Medan menuju Kisaran dan berakhir di Desa
Bandar Durian dengan waktu tempuh sekitar 6 jam.

FLORA DAN FUNA
Secara umum flora di kawasan Cagar Alam Batu Ginurit didominasi oleh
tumbuhan merambat dan semak belukar jenis Compositae, rotan, liana
dll.

Sedangkan fauna yang ditemukan di kawasan ini meliputi : Rusa,
Beruk, Bagi Hutan, Bajing, Pergam, Kelelawar, dan lain-lain.
Bila ditinjau dari potensinya kawasan hutan ini lebih beroperasi dalam
bidang budaya dibanding bidang kehutanan, namun demikian dengan
ditetapkannya, kawasan ini sebagai kawasan hutan perlu dilakukan
penelitian lebih mendalam. Disamping itu perlu dilakukan kerjasama
penelitian dengan Departemen Pendidikan dan Kebudayaan
(Depdikbud) terutama untuk meneliti situs purbakala yang terdapat
disitu.

CA AEK LIANG BALIK
Cagar Alam Aek Liang Balik merupakan kawasan Cagar Alam terkecil
dari semua kawasan cagar alam yang di Propinsi Sumatera Utara yaitu
lebih kurang 0,31 Ha. Kawasan ini sebelumnya berstatus sebagai Hutan
Lindung Dolok Tombus, dan baru kemudian pada tanggal 22 Nopember
1936 berdasarkan ZB. No. 211 statusnya ditetapkan menjadi kawasan
Cagar Alam Aek Liang Balik.

Kawasan Cagar Alam Aek Liang Balik secara administratif pemerintahan
terletak di Desa Bandar Manis Kecamatan Kuala Hulu Labuhan Batu.
Kawasan ini dapat dicapai dengan menggunakan kendaraan melalui
route Medan – Aek Kanopan – Bandar Manis sejauh lebih kurang 270
Km dengan waktu tempuh sekitar 7 jam. Selanjutnya dari Bandar Manis
ke Kawsan harus berjalan kaki sekitar 4 jam perjalanan.

Kawasan ini juga mempunyai nilai sejarah dengan ditemukannya
tulisan-tulisan pada dinding batu setinggi lebih kurang 7 meter yang
diduga mirip Hyroglyph Mesir. Tulisan-tulisan ini ada persamaannya
dengan yang ada di Cagar Alam Batu Ginurit.

FLORA DAN FAUNA
Pada kawasan Cagar Alam Aek Liang Balik vegetasinya sangat rapat
terutama semak belukar dan tumbuhan bawah, pohon yang tinggi
antara lain jenis Ficus sp, rotan dan liana menjalar menutup rapat
dinding batu situs.

Sedangkan satwa didalam kawasan ini tidak menetap dan hanya
sebagai tempat mencari makan. Perlu dilakukan penelitian terhadap
kawasan ini, karena mengingat kecilnya kawasan ini, apakah masih
relevan sebagai kawasan hutan.
Kawasan ini menurut laporan petugas hampir tidak pernah dimonitor,
karena letaknya yang terpencil dan berada dalam kawasan masyarakat,
sedangkan pos KSDA saat ini berada di Aek Raso (Holiday Resort) agak
jauh dari kawasan.

CA DOLOK SIBUAL-BUALI
Kawasan Cagar Alam Dolok Sibual-buali secara administratif
pemerintahan terletak di Desa Baringin, Marancar dan Tapus,
Kecamatan Sipirok, Batang Toru dan Padang Sidempuan Kabupaten
Tapanuli Selatan. Lokasi ini dapat dicapai dengan kendaraan melalui
route : Medan – Tarutung dan Sipirok lebih kurang 350 Km sekitar 7
jam perjalanan.

Ditetapkan menjadi kawasan Cagar Alam pada tanggal 8 April 1982
sesuai dengan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
215/Kpts/Um/14/1982 dengan luas keseluruhan mencapai lebih kurang
5.000 Ha.

Kondisi Cagar Alam ini masih utuh dan merupakan sumber air bagi
daerah sekitar kawasan. Disamping itu juga, kawasan ini mengandung
potensi geothermal atau panas bumi yang sangat besar.

FLORA DAN FAUNA
Flora didominasi oleh famili Euphobiaceae, Myrtaceae, Anacardiaceae
dan Moraceae, Dipterocarpaceae, Rafflesia sp, Pinus merkusii Strain
Tapanuli dan lain-lain. Keadaan vegetasi tadi di lapangan masih relatif
baik bahkan belum diganggu, didalam hutan masih banyak ditemui
pohon-pohon yang berdiameter 1 m. Disamping jenis pohon-pohon
besar yang disebut, pada strata kedua banyak ditemui anakan pohon
dan perdu yang rapat juga banyak dijumpai tumbuhan berbunga dan
anggrek hutan. Dalam kawasan ini banyak dijumpai sumber air dan
sungai-sungai kecil yang berair jernih dan dingin. Jenis fauna pada
kawasan ini bervariasi, menurut kabar terakhir diperkirakan masih
terdapat Orang utan (Pongo pygmaeus), satwa yang lain adalah
Pelanduk (Tragulus napu), Kijang, Trenggiling, Beruang madu, Landak
(Hystrik branhyura), Siamang (Symphalangus syndactylus), Kucing Batu
(Felis marmorata), Ungko (Hylobates agilis) dll. Jenis burung Poksai
jambul putih (Garrulax leucophus), Julang (Rhyticeros undulatus),
Celepuk (Otus sp), Matahari ekor panjang (Heterophasia picaides).
(Gambar: Aeschynanthus sp & Paku sarang burung/Asplenium nidus)
Kawasan ini sangat ideal untuk penelaahan hutan alam daerah
pegunungan, juga dapat dijadikan sebagai sumber plasma nutfah,
kekayaan flora/fauna dapat dijadikan obyek penelitian. Dengan
perkiraan adanya Orang Utan kawasan ini dapat diusulkan sebagai
Stasiun Rehabilitasi/penelitian Habitat dan Populasi.

CA DOLOK SIPIROK
Secara administratif kawasan ini terletak di desa Silanggo dan Rambe
Sikasor, Kecamatan Sipirok Kabupaten Tapanuli Selatan dan sebagain
dalam Kecamatan Pahaejae, Kapupaten Tapanuli Utara.

Untuk menuju kawasan ini dapat ditempuh jalan melalui route : Medan
- Tarutung – Sipirok – Ramba Sikasor – 370 Km dengan waktu tempuh 7
jam. Setelah sampai desa terdekat perjalanan dilanjutkan dengan jalan
kaki. Kebanyakan mendaki bukit dan turun jurang, karena memiliki
topografi bergelombang dan sangat curam.
Kawasan ini ditetapkan sebagai Cagar Alam berdasarkan Keputusan
Menteri Pertanian No. 2669/Kpts/Um/14/1982 dengan luas 6.970 Ha.

FLORA DAN FAUNA
CA Dolok Sipirok terletak tidak jauh dengan CA Dolok Sibual-buali,
dengan demikian keduanya memiliki ekosistem hutan yang hampir
sama, demikian juga mengenai keadaan topografi, tanah, iklim dan
flora faunanya. Diperkirakan pada kawasan hutan ini masih ada jenis
Orang Utan (Pongo pygmaeus), informasi terakhir ada penduduk yang
menjual satwa tersebut disamping itu pernah ditemukan sarang Orang
Utan.

Penelitian keberadaan Orang utan masih dilanjutkan diharapkan hasil
penelitian dapat memastikan keberadaan satwa tersebut, sehingga
dalam waktu segera dapat direncanakan program lebih lanjut.

TAMAN WISATA (TW)

TW SIBOLANGIT
Kelompok Hutan Sibolangit terletak diantara jalan raya Medan Brastagi,
sekitar 40 km dari kota Medan dengan waktu tempuh lebih kurang 1
jam. Sebagai jalur wisata, kondisi jalan sangat mulus sehingga dapat
dilalui oleh berbagai jenis kendaraan bermotor roda dua dan roda
empat.

Untuk dapat lebih menikmati keindahan alam selama perjalanan,
banyak pula diantara para wisatawan lokal dan mancanegara yang
mengendarai sepeda (bicycle). Walaupun sedikit letih mengayuh
sepeda, namun perjalanan dirasakan sangat menyenangkan dan sudah
barang tentu lebih bebas, karena dapat berhenti ditempat yang
diinginkan guna melepaskan rasa letih (beristirahat).

Sepanjang perjalanan akan terlihat pula kios-kios dagangan buahbuahan
segar yang merupakan hasil bumi setempat, seperti :
rambutan, belimbing, apel, semangka jambu batu, dll. Disamping itu
Sibolangit juga terkenal dengan duriannya yang harum dan manis.
Sehingga kurang lengkap rasanya perjalanan kalau tidak menikmati
durian Sibolangit.

Sebelum memasuki Sibolangit, terlebih dahulu melewati kawasan wisata
permandian Sembahe. Di lokasi ini mengalir air sungai yang jernih dan
sejuk. Pada hari-hari libur tempat ini ramai dikunjungi khususnya oleh
wisatawan lokal untuk sekedar mandi-mandi dan bersantai ria.

Melanjutkan perjalanan, pada tanjakan yang terjal dan berkelok 180,
disebelah kanan ruas jalan akan dijumpai sumber air yang telah
diusahakan sejak tahun 1959 dan sekarang dikelola oleh Perusahaan
Daerah Air Minum (PDAM) Tirtanadi. Sumber air ini juga sebagai
pemasok kebutuhan air bagi Kota Medan dan sekitarnya. Hal ini
menunjukkan bahwa pengelolaan hutan Sibolangit yang baik akan
memberikan manfaat yang cukup besar khususnya dalam hal
pengaturan tata air.

Tidak jauh dari lokasi PDAM Tirtanadi dimaksud, disebelah kiri jalan
akan ditemukan papan informasi yang memberikan petunjuk bahwa kita
sudah memasuki gerbang kawasan Hutan Sibolangit.

SEJARAH
Bermula pada tahun 1914 atas prakarsa DR. J.C. Koningsberger
Direktur Kebun Raya Bogor ketika itu didirikan Kebun Raya (Botanical
Garden) Sibolangit oleh Tuan J.A. Lorzing sebagai cabang dari Kebun
Raya Bogor. Selanjutnya pada tanggal 10 Maret 1938 dengan Surat
Keputusan Z.B. No. 37/PK, Kebun Raya diubah Statusnya menjadi
Cagar Alam.

Mengingat Cagar Alam ini kaya akan berbagai jenis tumbuh-tumbuhan
(flora) yang bukan hanya sekedar untuk koleksi, melainkan juga
memberikan kontribusi yang sangat pening bagi keperluan ilmu
pengetahuan dan pendidikan (sebagai laboratorium alam) serta
pengembangan pariwisata (rekreasi), maka pada tahun 1980
berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
636/Kpts/Um/9/1980 sebagai Cagar Alam Sibolangit (seluas lebih
kurang 24,85 Ha.) dialih fungsikan menjadi kawasan Taman Wisata
Sibolangit.

Secara administratif pemerintahan, kawasan Taman Sibolangit ini
terletak di Desa Sibolangit Kecamatan Sibolangit Kabupatem Deli
Serdang Propinsi Sumatera Utara.

FLORA DAN FAUNA
Flora yang tumbuh di kawasan ini sebagian jenis asli dan sebagian lagi
berasal dari luar negeri. Pada umumnya terdiri dari pohon yang besar
dengan diameter lebih dari 1 meter, seperti diantaranya jenis sono
kembang (Dalbergia latifolia), Angsana (Pterococarpus indicus) dan
kelenjar (Samanea saman). Ada juga jenis tanaman palam dan pinang.
Disamping itu terdapat pula tumbuhan yang merambat seperti
Philodendron sp. Adanya tumbuhan ini dikarenakan jumlah curah hujan
yang cukup tinggi (diperkirakan antara 3000 sampai dengan 4000
mm/tahun).

Sedangkan tanaman bawah atau ground cover yang dipakai sebagai
pembatas jalan setapak pada umumnya didominasi jenis Anthurium dari
famili Araceae. Di kawasan Tanaman Wisata Sibolangit juga ditemukan
salah satu tumbuhan yang tergolong langka (tumbuh setiap 5 tahun
sekali) dan mempunyai daya tarik tersendiri yaitu Bunga Bangkai
(Amorphophallus titanum).

Jenis fauna yang sering dijumpai adalah Kera
(Macaca fascicularis) dan Lutung (Presbytis
sp) yang senang bermain-main di pohon.
Apalagi pada musim buah duku dan durian,
frekuensi kunjungannya akan semakin sering.
Keberadaan kera dan lutung ini memberikan
daya tarik tersendiri karena dapat beratraksi
dan mengeluarkan bunyi suara yang amat
nyaring.

Selain itu, pada musim yang sama (musim
buah) banyak dijumpai jenis-jenis burung
seperti : burung Rangkong (Buceros sp),
burung Kutilang, Kacer, Srigunting serta jenis
hewan lainnya : Bagi Hutan, Kancil
Trenggiling dan Kuskus.

OBYEK WISATA
Obyek wisata yang menjadikan daya tarik di Kawasan ini adalah
pemandangan alam yang indah dan tenang disamping aneka koleksi
(kebun) botaninya.

Fasilitas wisata pendukung yang telah tersedia seperti : jalan setapak
mengelilingi kawasan, pondok tedung (shelter), guest house dan pusat
informasi (Kantor Resort KSDA Sibolangit atau Sub Seksi KSDA Deli
Serdang).

TW LAU DEBUK-DEBUK
Taman Wisata Lau Debuk-debuk terletak di Desa Doulu Kecamatan
Kabanjahe Kabupaten Tanah Karo. Kawasan ini sebelumnya berstatus
sebagai Cagar Alam, berdasarkan Keputusan Raja Deli tanggal 30
Desember 1924. Kemudian oleh Menteri Pertanian berdasarkan Surat
Keputusannya No. 320/Kpts/Um/5/1980 tanggal 9 Mei 1980 statusnya
dialihkan menjadi Taman Wisata dengan luas 7 Ha.

FLORA DAN FAUNA
TW Lau Debuk-debuk hanya memiliki luas 7 Ha, terdiri dari hutan hujan
tropis pegunungan dengan ketinggian 700 m dpl, keadaan cuaca disini
cukup dingin dan kadang-berkabut. Jenis-jenis vegetasi antara lain
Pinus merkusii, Altingea exelsa, Schima wallichii, Manglitia glauca,
Dacrydium junghuhnii dll. Jenis satwa kebanyakan adalah terdiri dari
jenis mamalia kecil seperti tikus sawah, bajing, musang, monyet, uylar
sawah, kodok merupakan jenis reptelia dan berbagai jenis burung
antara lain kutilang, jalak, murai dsb.

OBYEK WISATA
Daya tarik utama kawasan ini yaitu adanya kolam yang sekaligus
tempat permandian alam dengan sumber air panas yang mengandung
belerang. Dekat dengan kolam tersebut terdapat juga sumur serta
kotak-kotak kecil sebagai tempat pemujaan/sesajen. Lokasi Lau Debukdebuk
merupakan salah satu tempat suci dan keramat terbesar bagi
penganut aliran kepercayaan orang Karo. Penganutnya disebut “Kalak
Pemena” (Perbegu = animisme). Pada hari-hari tertentu, menurut harihari
Karo, para penganut aliran kepercayaan “Pemena” ini melakukan
acara “erpangir” (mandi bersihkan diri dengan air bunga) di Lau Debuk
rimo malem (jeruk biasa) dan bunga rampai. Sebelum erpangir mereka
terlebih dahulu menyerahkan sesajen.

TW DELENG LANCUK
Kelompok Hutan Deleng Lancuk adalah nama sebuah bukit yang berada
di dalam Kawasan Hutan Sibayak II. Di kaki selatan terdapat Danau
seluas lebih kurang 100 Ha yang dikenal dengan Danau Lau Kawar.
Kelompok Hutan Deleng Lancuk dengan luas 435 Ha termasuk Danau
Lau Kawar telah ditunjuk menjadi Taman Wisata Alam sesuai dengan
Surat Keputusan Menteri Kehutanan No. 08/Kpts/II/1989 tanggal 6
Pebruari 1989. Secara administratif pemerintahan Kawasan Hutan
Wisata ini terletak di Kebupaten Daerah Tingkat II Tanah Karo
Kecamatan Simpang Empat Desa Lau Kawar.

Perjalanan mengunjungi Hutan Wisata Deleng Lancuk, dapat ditempuh
melalui jalan darat dari 2 kota
besar di Sumatera Utara, yakni
·  Perjalanan dari Medan melalui
Kabanjahe lebih kurang 60
km dapat ditempuh lebih
kurang 1 1/2 jam.
·  Perjalanan dari Kota
Pematang Siantar melalui
Kabanjahe kurang lebih 126
km dengan waktu tempuh
sekitar 2 jam.

FLORA DAN FAUNA
Tumbuhan yang terdapat pada Hutan Wisata Alam Deleng Lancuk ini
didominasi oleh jenis Keliung (Quercus sp), (Castanopsis sp), dan jenis
Ficus. Lebih kedalam lagi akan dijumpai paya-paya (tanah gambut
terapung) yang banyak ditumbuhi jenis rumput-rumputan sampai pada
semak belukar.

Pada pinggiran danau (tebing) banyak dijumpai berbagai jenis Anggrek
pohon dengan bunga-bungaan yang indah, sedangkan tumbuhan
bawah agak jarang yang terdiri dari tumbuhan berbatang basah dan
jenis Anggrek Tanah.

Type vegetasi dataran tingggi, ditandai dengan pohon-pohon besar
yang banyak ditumbuhi oleh lumut.
Di dalam kawasan Taman Wisata Alam Deleng Lancuk juga terdapat
jenis satwa liar, seperti : Rusa Rawa (Cervus uni color), Owa (Hylobates
moloch), Musang (Paradoxurus hermaprodicus), Kambing Hutan
(Naemorhaedus sumatrensis) dan Burung Enggang (Buceros sp).

OBYEK WISATA
Deleng Lancuk dan Danau Lau Kawar memiliki potensi kepariwisataan
yang sangat tinggi berupa kombinasi antara alam berbukit dengan
danau yang berair jernih. Kondisi ini menciptakan panorama alam yang
sangat indah dan menarik. Disamping itu keadaan cuaca sejuk yang
diperngaruhi oleh hembusan angin pegunungan segar membuat
perasaan semakin nyaman.

Dengan potensi danaunya dapat dilakukan kegiatan-kegiatan wisata
seperti menikmati pemandangan alam, hiking, memancing di Danau
Lau Kawar atau berkemah.

Prasaranana dan sarana pendukung yang tersedia di Kawasan Hutan
Wisata Alam Deleng Lancuk antara lain jalan masuk, pintu gerbang
(loket karcis), areal camping ground dan MCK. Sarana penginapan
(seperti hotel, losmen dan motel) sampai saat ini belum ada.

TW SICIKEH-CIKEH
Taman Wisata Sicikeh-cikeh ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No. 78/Kpts-II/1989 tanggal 7 Pebruari 1989
dengan luas 575 Ha. Secara administrasi termasuk Desa Pancar Nauli,
Kecamatan Sidikalang, Kabupaten Dairi, Propinsi Sumatera Utara.
Keadaan topografi lapangan Taman Wisata Sicikeh-cikeh sebagian
bergelombang berat dan sebagian bergelombang sedang dan ringan,
dengan ketinggian antara 1.500 – 2.000 m dpl.
Lokasi ini dapat dicapai melalui jalan dengan 2 jalur/jurusan, yaitu :
§ Medan – Brastagi – Kabanjahe – Sidikalang – Sicikeh-cikeh lebih
kurang 450 km dengan waktu tempuh sekitar 5 jam
§ Medan – Samosir – Sidikalang – Sicikeh-cikeh lebih kurang 500 km.

FLORA DAN FAUNA
Flora pada umumnya terdiri dari pohon berdaun lebar dan berdaun
jarum, antara lain Sampinur Bunga (Dacrydium junghuhnii) serta
Sampinur tali, Haundolok (Eugenia sp), Kemenyan (Styrax benzoin),
Kecing (Quercus sp), dan lain-lain. Kebanyakan pohon diselimuti
dengan lumut, demikian juga dengan permukaan tanah ditemui lumutlumutan.
Selain populasi pohon yang masih relatif cukup, penutup tanah banyak
ditemui tumbuhan yang berbunga indah antara lain anggrek dan
berbagai jenis pakis, paku-pakuan, rotan, liana dan sebagainya.
Jenis-jenis fauna yang ada seperti beruang madu, kambing hutan,
harimau, babi rusa, rusa, owa dan jenis serangga. Sedangkan jenis
burung seperti burung poksai putih, murai batu, kutilang, dan itik liar.

OBYEK WISATA
Hutan Wisata Sicikehcikeh,
dengan potensi
flora dan fauna yang
dapat dijadikan
sebagai laboratorium
penelitian hutan.
Kawasan ini
mempunyai 3 buah
danau saling
berdekatan dan
keadaan airnya yang
tetap stabil.

TW HOLIDAY RESORT
Taman Wisata Holiday resort ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan
Menteri Kehutanan No. 695/Kpts-II/1990 tanggal 27 Nopember 1990
dengan luas 4.963,75 Ha. Secara administratif termasuk Desa Persiapan
Aek Raso, Kecamatan Kota Pinang, Kabupaten dati II Labuhan Batu,
Propinsi Sumatera Utara.
Lokasi sejauh lebih kurang 390 km dari Medan, dengan rute perjalanan
Medan – Rantau Prapat – Kota Pinang – Cikampek – Aek Raso.
(Gambar 2. Komplek Pusat Latihan Gajah)

FLORA DAN FAUNA
Flora yang terdapat dalam kawasan ini merupakan vegetasi hutan
sekunder yang terdiri dari anakan pohon asli seperti Meranti (Shoerea
sp), Kapur (Dryobalanops aromatica), Jabon (Antocephalus cadamba),
Sungkai (Peronema canescens), Perdu (Eupathorium sp), Bambu
(Bambusa sp), Medang (Litsea sp), Laban (Vitex sp), serta rumputrumputan.
Jenis fauna terutama jenis burung seperti Perkutut (Geopelia striata),
Murai batu (Copsychus delivutia), Jalak (Acridoteres fuscus) dll. Jenis
mamalia yang terdapat adalah seperti Rusa (Cervus timorensis), Babi
hutan (Sus vittatus), Kijang (Muntiacus muntjak), Monyet (Macaca
fascicularis), Musang (Viveridae), Gajah (Elephas maximus), dsb.

OBYEK WISATA
Di Taman Wisata
Holiday Resort terdapat
lokasi Pusat Latihan
Gajah, lokasi
penangkapan satwa,
arboretum dan lokasi
wisata.
Pusat Latihan Gajah ini
dimaksudkan untuk
mendidik/melatih gajahgajah
yang menggangu
menjadi gajah
jinak/terlatih agar
dapat dimanfaatkan.

SUAKA MARGASATWA (SM)

SM KARANG GADING / LANGKAT TIMUR LAUT
Dahulunya status Suaka Margasatwa Karanggading dan Langkat Timur
Laut adalah sebagi Hutan Produksi dengan Register 2/L sesuai Besluit
Kerajaan Negeri Deli tanggal 6 Agustus 1932 No. 148/PK dan telah
disyahkan oleh Gubernur Pesisir Timur Pulau Perca pada tanggal 24
September 1932.

Kemudian berdasarkan Surat Keputusan Menteri Pertanian No.
811/Kpts/Um/11/1980 Kawasan Hutan Langkat Timur Laut/Hutan
Produksi tersebut telah diubah statusnya menjadi Suaka Alam dengan
fungsi sebagai Suaka Margasatwa. Dan sesuai SK Mentan tersebut
ditetapkan pula :
·  Kawasan Hutan Karanggading dengan luas 6.245 Ha berada di
wilayah Kabupaten Daerah Tingkat II Deli Serdang
·  Kawasan Hutan Langkat Timur Laut dengan luas 9.520 Ha berada
di Kabupaten Daerah Tingkat II Langkat
Kawasan Suaka Margasatwa Karanggading dan Langkat Timur Laut
secara administratif pemerintahan terletak di Kecamatan Tanjung Pura,
Kecamatan Secanggang Kabupaten Langkat dan Kecamatan Labuan
Deli, Kecamatan Hamparan Perak Kabupaten Deli Serdang.
Untuk mencapai lokasi dapat ditempuh melalui jalan darat dan jalan
laut.

·  Jalan Darat : dapat dilalui dengan kendaraaan pribadi maupun
kendaraan umum melalui route Medan – Stabat – Secanggang
sejauh lebih kurang 70 Km dengan waktu tempuh lebih kurang 2
jam dan Medan – Tanjung Pura – Pematang Sentang sejauh lebih
kurang 90 km dengan waktu sekitar 3 jam.
·  Jalan Laut : dari Belawan ke kawasan dapat ditempuh sekitar 2 jam
perjalanan dengan menggunakan boat.
Kawasan SM. Karanggading dan Langkat Timur Laut merupakan
ekosistem hutan pantai atau mangrove.

FLORA DAN FAUNA
Oleh karena kawasan ini termasuk dalam ekosistem hutan
pantai/mangrove maka vegetasinya didominasi jenis Bakau Putih/Hitam
(Rizophora apiculata), Langgadai (Bruquiera parviflora), Buta-buta
(Excocaria sp) dan Nyirih (Xylocarpus granatum) serta Nipah (Nipa
fructican)
Sedangkan jenis satwa yang banyak dijumpai adalah kera (Macaca
fascilcularis), Lutung (Presbytis cristata) dan Raja Udang (Alcedo athis).
Selain itu terdapat juga elang Laut, ular, ikan dan beberapa jenis
mamalia.
Kawasan Suaka
Margasatwa
Karanggading dan
Langkat Timur
Laut disamping
berfungsi sebagai
hutan penyangga
atau benteng dari
abrasi pantai, juga
berperan sebagai
tempat kehidupan
(nursery ground)
sekaligus habitat biota laut berupa ikan, udang, kepiting dll.

SM DOLOK SURUNGAN
Suaka Margasatwa Dolok Surungan sebelumya merupakan Kawasan
Hutan Dolok Surungan dengan luas 10.800 Ha dan Kawasan Hutan
Dolok Sihobun seluas 13.000 Ha, sebagaimana yang ditetapkan Surat
Keputusan Zelfbestuur tanggal 25 Juni 1924 Nomor 50.
Pada tahun 1974, tepatnya tanggal 2 Februari 1974, berdasarkan Surat
Menteri Pertanian No. 43/Kpts/Um/2/1974 ditetapkan kedua kawasan
tersebut (Dolok Surungan dan Dolok Sihobun) menjadi kawasan Suaka
Margasatwa Dolok Surungan dengan luas 23.800 Ha.

Kawasan Suaka Margasatwa Dolok Surungan secara administratif
pemerintahan terletak di 2 Kabupaten, yaitu Kapupaten Tapanuli Utara
(Kecamatan Habinsaran) dan Kebupaten Asahan (Kecamatan Bandar
Pulau). Ada dua route perjalanan untuk mencapai kawasan ini :
·  Medan – Kisaran – Dolok Maraja – Salimpotpot sejauh lebih kurang
235 km dengan waktu tempuh lebih kurang 7 jam
·  Medan – Prapat – Pasoburan – Janji lebih kurang 260 km dan dapat
ditempuh sekitar 7 jam.

FLORA DAN FAUNA
Flora kawasan ini terdiri dari dua tipe yaitu jenis tumbuh di ketinggian
1.000 – 2.173 meter diatas permukaan laut antara lain, Anturmangan
(Casuarina sp), Mayang (Palaguium sp), Haundolok (Eugenia sp),
Medang (Manglietia sp). Kawasan ini juga merupakan habitat satwa
langka seperti : Rusa, Babi Hutan, Harimau Sumatera, Landak, Elang,
Siamang dan lain-lain.
PERANAN KAWASAN
Kawasan SM Dolok Surungan,
merupakan kawasan konservasi
terluas ketiga setelah Taman
Hutan Raya Bukit Barisan (51.600
Ha) dan Kawasan SM Barumun
(40.330 Ha), memberikan
manfaat yang penting karena
merupakan habitat bagi hidup
dan berkembang biaknya satwa
liar yang dilindungi terutama
Tapir (Tapirus indicus).
Kawasan ini adalah kawasan
yang paling rawan mengalami
gangguan.

SM BARUMUN
Kawasan SM Barumun merupakan kawasan konservasi terluas kedua
setelah Taman Hutan Raya Bukit Barisan, yaitu sekitar 40.330 Ha.
Ditetapkan berdasarkan Surat Keputusan Menteri Kehutanan No.
70/Kpts-II/1989 tanggal 6 Februari 1989.

Sebelum ditetapkan sebagai suaka margasatwa status hutan Barumun
adalah hutan lindung dan telah ditunjuk sebagai kawasan hutan sejak
tahun 1921. Kawasan SM Barumun secara administratif pemerintahan
terletak di Kecamatan Sosopan, Kecamatan Barumum, Kecamatan
Siabu dan Kecamatan Penyabungan Kabupaten Tapanuli Selatan.
Kawasan ini dapat dicapai dari Kota Medan sejauh lebih kurang 510 km
dengan waktu sekitar 10 jam.

Topografi kawasan adalah bergelombang dan berbukit-bukit dengan
kelerengan lebih dari 45 %, dengan puncak tertinggi adalah Dolok
Malga (2.014 m).

FLORA DAN FAUNA
Terdiri dari formasi hutan dengan ketinggian dibawah 1000 m dpl dan
hutan pada ketinggian lebih 1000 m dpl. Vegetasi daerah rendah
didominasikan oleh familia Dipterocarpaceae dengan jenis al. Damar
(Shorea multiflora), Meranti padi (Hopea sp), Meranti bunga (Shorea
acuminata), Vegetasi daerah tinggi seperti Anturmangun (Casuarina
sumatrana), Tusam (Pinus merkusii), Sampinur bunga (Podocarpus
imbricatus) dan Sampinur tali (Dacrydium junghuhnii).

Jenis satwa antara lain Harimau, Gajah (Elephas maximus sumatranus),
Beruang Tapir (Tapirus indicus), Siamang, Rusa, Babi Hutan. Jenis yang
lain seperti reptilia antara lain Ular sawah (Phyton reticulatus), Ular
gendang (Phyton curtus), jenis ular berbisa. Jenis burung sangat aneka
ragam seperti Perkutut Pergam, Kutilang, Ayam Hutan dsb.
Fungsi kawasan ini terutama untuk melindungi satwa dan fungsi
lindung lain yang berguna bagi masyarakat umumnya.

SM SIRANGGAS
Kawasan SM Sirnggas berdasarkan Peta Kawasan Hutan Tapanuli Utara
pada Zaman Belanda tanggal 6 Januari 1934 No. 28 berstatus sebagai
kawasan Hutan Lindung dan kemudian dikuatkan dengan Surat
Keputusan Menteri Pertanian No. 923/Kpts/Um/12/1982 tanggal 27
Desember 1982.

Pada tanggal 6 Pebruari 1989 berdasarkan, surat Keputusan Menteri
Kehutanan No. 71/Kpts-II/1989 statusnya dirubah menjadi Kawasan
Suaka Margasatwa dengan luas keseluruhan mencapai lebih kurang
5.657 Ha.

Menurut istilah daerah, Siranggas mengandung arti “kurus”. Bila
dikaitkan dengan pengertian dimaksud, maka SM Siranggas berarti juga
kawasan hutan yang terdiri dari pohon-pohon yang kurus. Dan memang
pada umumnya vegetasi yang tumbuh relatif kecil dan kurus.
Secara administratif pemerintahan kawasan ini terletak di Kecamatan
Kerajaan dan Kecamatan Salak Kabupaten Dairi.
Kawasan SM. Siranggas dapat dicapai dengan rute perjalanan Medan -
Sidikalang sejauh lebih kurang 150 km, kemudian menuju Kecamatan
Salak (tepatnya di Desa Kecupak) sejauh kurang 32 Km.

FLORA DAN FAUNA
Vegetasinya didominasi oleh jenis Hoting (Quercus sp), Meang
(Palagium sp), Sampinur bunga (Podocarpus sp), Damar (Agathis sp)
dan kemenyan yang tumbuh secara alami, serta jenis buah-buahan
seperti Durian (Durio zibethinus), Bacang (Mangifera sp) dan Manggis
(Garcinia sp). Tumbuhan bawahnya sengat rapat, diantaranya jenis
Familia Zingiberaceae, juga jenis-jenis palmae dan jenis-jenis pohon
anakan.

Kawasan ini juga sebagai habitat satwa, seperti : Harimau Sumatera,
Rusa, Kiah-kiah, Kancil, Beruang dan Trenggiling.
Peranan yang paling utama adalah sebagai habitat dalam
mempertahankan keanekaragaman jenis yang sebagai laboratorium
penelitian, dan sumber plasma nutfah.

TAMAN HUTAN RAYA (TAHURA)

BUKIT BARISAN
Tahura Bukit Barisan merupakan Tahura ketiga di Indonesia yang
ditetapkan oleh Presiden dengan Surat Keputusan Presiden R.I. No. 48
Tahun 1988 tanggal 19 Nopember 1988. Pembangunan Tahura ini
sebagai upaya konservasi sumber daya alam dan pemanfaatan
lingkungan melalui peningkatan fungsi dan peranan hutan.

Tahura Bukit Barisan adalah unit pengelolaan yang berintikan kawasan
hutan lindung dan kawasan konservasi denga luas seluruhnya 51.600
Ha. Sebagian besar merupakan hutan lindung berupa hutan alam
pegunungan yang ditetapkan sejak jaman Belanda, meliputi Hutan
Lindung Sibayak I dan Simancik I, Hutan Lindung Sibayak II dan
Simancik II serta Hutan Lindung Sinabung.

Bagian lain kawasan Tahura ini tersiri terdiri dari CA/TW. Sibolangit,
SM. Langkat Selatan TW. Lau Debuk-debuk dan Bumi Perkemahan
Pramuka Sibolangit.

FLORA DAN FAUNA
Kawasan hutan ini didominasi oleh jenis-jenis pohon pegunungan baik
jenis lokal maupun yang berasal dari luar. Beberapa jenis tersebut
antara lain : Pinus Merkusii, Altingia exelsa, Schima wallichii,
Podocarpus sp, Toona surei dan jenis yang lain seperti Durian, Dadap,
Rambutan, Pulai, Aren, Rotan, dan lain-lain.

Jenis tanaman yang berasal dari luar diantaranya : Pinus caribeae,
pinus khasia, Pinus insularis, Eucalyptus sp, Agathis sp, dan lain-lain.
Beberapa fauna yang hidup di kawasan ini antara lain : Monyet,
harimau, siamang, babi hutan, ular, elang, kecil, rusa, treggiling, dan
lain-lain.

OBYEK WISATA
Sebagian dari Kawasan Tahura, terutama sekitar Tongkoh dan Brastagi
telah berkembang menjadi salah satu daerah tujuan wisata yang
penting di Sumatera Utara.
Faktor penunjang utama sebagai obyek wisata adalah udara yang
sejuk, vegetasi alam yang baik dan pemandangan alam yang indah,
sumber air dan danau Toba serta budaya yang memikat.
Sarana prasarana seperti jalan raya dengan kondisi yang baik dan
mulus yang menghubungkan sebagian besar kawasan Tahura, sarana
akomodasi dan penginapan, lokasi perkemahan dan jalan setapak
dibeberapa kawasan.
Sarana akomodasi dan
penginapan sudah
tersebar disekitar,
mulai dari Sibolangit
sampai dengan
Brantagi baik berupa
penginapan sederhana
maupun hotel
berbintang taraf
international. Sebagai
jantung utama Tahura
Bukit Barisan berada di Tongkoh.
Di Tongkoh ini telah disediakan fasilitas penginapan, ruangan primer,
perpustakaan, restoran, panggung budaya, juga aktrasi tunggang
gajah, serta sarana karantina satwa. Selain untuk wisata , lokasi
Tongkoh juga cocok untuk kegiatan penelitian, olah raga misalnya
Lintas Wisata Alam dsb.
Kawasan Tahura Bukit Barisan memiliki dua buah Gunung yaitu Gunung
Sibayak (2.211 m) dan Gunung Sinabung (2.451 m).


Sumber:

No comments:

Post a Comment