Anggrek Alam Toba, Antara Ada dan Tiada
indosiar.com, Sumatera Utara - Danau Toba, Sumatra Utara. Terbentuk dari letusan gunung berapi, sebagian reruntuhannya menjadi Pulau Samosir yang berada di tengah-tengah danau. Peristiwa alam ini juga membuat Danau Toba dikelilingi dinding bukit yang tingginya mencapai hampir 500 meter di atas permukaan laut.
Di dinding-dinding tebing ini jugalah tumbuh berbagai jenis tanaman anggrek. Seperti anggrek Vanda Three Colour, Vanda Kalajengking, Anggrek Hitam, dan masih banyak lagi.
Saat ini memang bukan waktunya anggrek berbunga. Sayangnya warga di kawasan Toba tidak banyak yang tertarik mengembangkan budi daya anggrek alam ini. Tidak banyak pula pemandu wisata yang peka dengan keberadaan anggrek di tebing-tebing yang ada di sekeliling Danau Toba. Padahal dengan menggunakan perahu, wisatawan dapat diajak menyisir Danau Toba menikmati keindahan dan keharuman anggrek-anggrek liar ketika musim berbunga.
Adalah Marandus Sirait, seorang putra Batak berusia 37 tahun, salah satu warga setempat yang berusaha mengembangkan flora khas tanah Sumatra Utara, termasuk bunga anggrek.
Marandus berangan-angan menjadikan tanah seluas hampir 10 hektar miliknya, sebagai kawasan hutan wisata yang mengoleksi beragam pohon dan bunga asli Sumatra Utara. Mimpi yang masih harus ia tunda karena kendala biaya. Namun apa yang diimpikan Marandus yang pernah terpilih sebagai Kader Konservasi Alam Sumatra Utara 2001 dari Menteri Kehutanan ini, wajar adanya.
Indonesia sendiri sesungguhnya kaya akan anggrek. Dari 25 ribu jenis anggrek alam yang ada di dunia, 6 ribu diantaranya berasal dari tanah air. Perbedaan suhu, kelembaban udara, kondisi geografis merupakan faktor utama penyebab keragaman jenis anggrek.
Karena itulah anggrek sulit bertahan hidup jika dipindahkan ke daerah lain. Untuk mengatasinya, para penggemar anggrek mengawinkan anggrek yang berbeda jenis, dengan tujuan mendapatkan jenis anggrek baru yang bisa bertahan hidup di daerah yang berbeda dengan daerah asalnya. Anggrek hasil kawin silang ini disebut Anggrek Hibrida.
Selain lebih mudah menyesuaikan diri, secara fisik bunga anggrek hibrida memiliki warna dan bentuk lebih indah. Namun keharuman anggrek hibrida kalah dibandingkan anggrek alam yang masih asli. Bentuk anggrek alam pun lebih unik.
Taman anggrek di Taman Mini Indonesia Indah adalah salah satu pusat budidaya anggrek terbesar di Indonesia. Berdiri sejak 20 April 1975, taman anggrek ini pernah menjadi kebanggaan. Setiap tamu negara yang datang ke Jakarta, biasanya diajak untuk menikmati keindahannya. Namun kini keindahan bunga kebanggan bangsa Indonesia itu mulai terabaikan.
Taman anggrek TMII mengoleksi 116 jenis anggrek yang terdiri dari 39 marga, dan berasal dari 27 propinsi di Indonesia. Termasuk beragam anggrek alam khas Indonesia. Diantaranya Colegyn Asperata dari Sumatra dan Kalimantan, Dendrobium Aloifolium dari Jambi, dan Vanda Three Colour dari Sumatra Utara. Sayangnya kebanyakan anggrek alam hanya berkembang di musim penghujan, sehingga keindahannya tidak selalu bisa dinikmati.
Di sisi lain, keberadaan anggrek alam di hutan belantara tanah air, mulai terancam keberadaannya akibat eksploitasi hutan. Padahal sesungguhnya, selain untuk agribisnis, anggrek yang tumbuh subur di tanah air ini juga bisa menjadi peluang pariwisata yang potensial.(Idh)
Sumber:
No comments:
Post a Comment