Tuesday, May 1, 2012

Takjub Taman Eden 100 dan Anggrek Toba Nan Langka


Takjub Taman Eden 100 dan Anggrek Toba Nan Langka


Mon, Jan 17, 2011 at 17:07 | Jakarta, matanews.com

Kawasan Danau Toba memang tidak ada matinya bagi para pelancong penyuka panorama pemandangan, kawasan perbukitan yang dipadu dengan luasnya danau yang menghampar jauh hingga ujung mata di depan sana.

Mendengar kata Parapat, mungkin bagi Anda yang suka bertualang sudah tidak asing lagi. Yah..kota Parapat adalah kota wisata yang sudah terkenal dan mendunia. Kota ini juga sebagai pintu masuk bagi pelancong untuk menikmati sajian keindahan diberbagai tempat disekitarnya dan Pulau Samosir yang berada di seberang.

Salah satu tempat yang unik dan pantas Anda kunjungi saat mampir ke Parapat adalah agrowisata alam dan konservasi anggrek Toba yang kini hampir punah. Nama tempat ini juga cukup unik, yakni Taman Eden 100.

Kawasan Taman Eden 100 berada di Lumban Rang, Desa Sionggang Utara, Kecamatan Lumban Julu, Kabupaten Toba Samosir, Sumatra Utara. Kawasan hutan agrowisata ini, letaknya antara jalan Parapat-Porsea, 16 km dari Parapat dan 40 km dari Balige.

Kawasan alami dan kaya dengan flora dan fauna ini berdiri sekitar tahun 2000. Percaya atau tidak, harimau Sumatera masih terlihat berseliweran di kawasan hijau ini.
Kawasan ini seakan mengajak pengunjung untuk bebas memilih objek mana yang harus dinikmati terlebih dulu. Apakah melihat hutan yang lebat dan beragam jenis pepohonan yang sudah langka, dan bahkan floranya pun spesifik, seperti anggrek Toba yang tumbuh di kawasan ini.

“Di sini banyak tumbuh anggrek yang langka dan sudah dikonservasi seluas 1 hektare dengan 100 jenis, dengan wisata alam yang menantang,” kata Eliyas Sirait, pengelola Taman Eden 100 yang telah berusia 73 tahun ini.
Keunikan Taman Eden 100, yaitu setiap pengunjung yang berminat menanam pohon disediakan bibit dan tempat. Pohon yang ditanam akan diberi label nama dan asal pengunjung. Tak heran kalau pepohonan yang ada, hampir seba¬gian besar berlabel inisial si penanam.

“Memang ini unik dan salah satu tujuan kami agar timbul kesadaran masyarakat melestarikan dan mencintai lingkungan. Mungkin tahun berikutnya berkunjung, dia bisa melihat pohon yang ditanamnya,” ungkapnya sembari tersenyum.

Menelusuri kawasan ini butuh fisik dan stamina yang kuat. Karena banyak pilihan untuk itu. Mulai dari kegiatan ringan berjalan mengelilingi kawasan konservasi sampai aktivitas berat yang menantang seperti tracking, mendaki gunung dan ‘camping ground’ dan lainnya.
Namun yang utama diperlukan kewaspadaan, kebersihan dan kesopanan untuk memulai wisata ini. Peringatan ini sesuai dengan yang dipasang pengelola di depan pintu masuk ke kawasan hutan wisata yang berbukit dan terjal.

Di tempat ini juga terdapat 3 air terjun, gua kelelawar, bukit Manja yang bisa melihat Danau Toba, bahkan pendaki gunung bisa mendaki gunung Pangulu Bao. Yang menarik juga ada rumah Tarzan yang berada di atas pepohonan.

Anak Eliyas, Marandus Sirait malah menilai tempat yang dikelola keluarga besarnya itu sangat tepat dijadikan sebagai lokasi wisata edukasi.
“Sebagai objek wisata edukasi, setiap pengunjung dapat mempelajari lebih jauh tentang berbagai jenis tanaman kategori langka yang ada di kawasan tersebut,” kata Marandus Sirait dalam sebuah kesempatan di Lumbanjulu.

Ia mengatakan, objek wisata itu dibangun bersama keluarganya untuk mengingatkan manusia, agar terus menjaga dan melestarikan alam.
Sebagai generasi penerus, kata Marandus, pihaknya wajib menjaga dan melestarikan alam dengan merawat tanaman serta memelihara lingkungan. Sejumlah tanaman langka, dibudidayakan dan dikoleksi di taman tersebut.

“Taman seluas 40 hektare ini didominasi pohon khas yang tumbuh  di sekitar Danau Toba, seperti hariara, jabi-jabi, ingul, andaliman, mangga, nangka dan jambu,” ujar pria penerima Kalpataru kategori perintis lingkungan 2005 itu.

Selain itu, berbagai jenis pohon yang tergolong sudah langka ditanam di objek wisata rohani ini. Bahkan, sekelompok monyet hidup berdampingan dengan aman bersama para pengelola taman asri yang ramah lingkungan tersebut.
Menurut Marandus, jumlah pengunjung ke objek wisata ini terus meningkat, terutama saat libur setiap akhir pekan.

“Jumlah pengunjung yang tercatat dalam tahun ini saja mencapai 12.000 orang, berasal dari berbagai daerah termasuk Pulau Jawa dan sejumlah wisatawan mancanegara,” ujarnya.
Setiap pengunjung, kata Marandus, diberi kebebasan menikmati taman tanpa dipungut biaya dan boleh menanam sendiri pohon yang dipilihnya. “Bibit tanaman tersedia dengan membayar Rp 30 ribu per batang sebagai ongkos perawatan,” katanya menambahkan.

Jika Anda berwisata ke Taman Eden 100, sama halnya juga berperan dalam melestarikan alam. Pasalnya, setiap pengunjung diberi kesempatan menanam pohon dengan label nama yang menanam. Bagaimana, apakah Anda berminat?.(hms)


Sumber:

No comments:

Post a Comment